Sukses

Malaria Masih Tinggi di Indonesia Timur, Sumbang 80 Persen Kasus

Malaria menjadi salah satu penyakit yang masih sering muncul di Indonesia Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Senin 25 April 2022 mendatang, Indonesia akan kembali memperingati Hari Malaria Sedunia. Peringatan kali ini mengusung tema nasional Ciptakan Inovasi Capai Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria.

Hal tersebut lantaran Indonesia juga memiliki target menjadi negara yang bebas Malaria pada tahun 2030. Hingga kini, sudah sekitar 68 persen daerah yang dinyatakan mencapai eliminasi.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Dr dr Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan bahwa penyakit Malaria didominasi oleh daerah Indonesia Timur.

"Saat ini memang paling banyak Malaria itu 80 persen di wilayah Timur," ujar Maxi dalam temu media Hari Malaria Sedunia pada Jumat, (22/4/2022).

Berkaitan dengan hal tersebut, Maxi menyebutkan, penanganan Malaria di Indonesia masuk dalam prioritas nasional demi mendukung eliminasinya pada 2030.

"Jumlah kasus Malaria di Indonesia pada tahun 2021 ditemukan sebanyak 304.607 kasus. Jumlah ini sebenarnya menurun dibandingkan pada tahun 2019," kata Maxi.

Sehingga berdasarkan jumlah kasus tersebut diketahui angka kasus kesakitan malaria, yang dinyatakan dalam indikator Annual Paracite Incidence (API) ada sebesar 1,1 kasus per 1000 penduduk.

"Rata-rata nasional saat ini yang tertinggi itu di wilayah Timur. Terutama Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Maluku," ujar Maxi.

"Kita ingin tahun 2030 itu sudah eliminasi Malaria di nasional, di Indonesia. Tentu langkah-langkahnya perlu saya sampaikan tahun 2022 ditargetkan sebanyak 365 kabupaten kota yang mencapai eliminasi Malaria," Maxi menjelaskan. 

2 dari 4 halaman

Regionalisasi target eliminasi

Lebih lanjut Maxi menjelaskan bahwa untuk mencapai target Indonesia bebas Malaria pada tahun 2030, maka dibuatlah regionalisasi target eliminasi tersebut.

Hingga kini, terdapat lima regional yang masuk dalam target eliminasi Malaria. Lalu, apa sajakah kelima regional tersebut? Berikut diantaranya.

- Regional pertama: Jawa dan Bali

- Regional kedua: Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat

- Regional ketiga: Kalimantan dan Maluku Utara

- Regional keempat: Maluku dan Nusa Tenggara Timur

- Regional kelima: Provinsi Papua dan Papua Barat

"Kalau dilihat memang yang masih bermasalah mulai pada regional yang jadi prioritas, yaitu regional ketiga, keempat, dan kelima," kata Maxi.

Maxi pun menuturkan bahwa Kementerian Kesehatan tidak bisa bekerja sendirian dalam menangani Malaria. Melainkan harus adanya bantuan dari stakeholders, seluruh kementerian lembaga, bersama seluruh lapisan lainnya termasuk peran swasta.

"Kedua ditentukan oleh keberhasilan deteksi dini kasus di masyarakat. Di sini juga saya perlu sekali peran kader kesehatan di wilayah-wilayah yang sulit seperti di Papua, di pegunungan, di Maluku kepulauan," ujar Maxi.

3 dari 4 halaman

Didukung oleh lingkungan

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr Tiffany Tiara Pakasi.

Tiara mengungkapkan bahwa untuk mencapai target tersebut memang diperlukan intensifikasi pelaksanaan penanggulangan malaria secara terpadu dan menyeluruh.

"Keberhasilan Indonesia bebas Malaria tahun 2030 ditentukan oleh keberhasilan deteksi dini kasus malaria di masyarakat, terutama kasus pada penduduk migran. Deteksi kasus penduduk migran adalah terkait dengan kewenangan sektor diluar kesehatan,” kata Tiara.

Tak hanya itu, keberhasilan itu juga ditentukan oleh pengendalian faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya banyak tempat perkembangbiakan nyamuk di sana.

Seperti tambak terbengkalai, persawahan, perkebunan dengan genangan air, rawa, lagun, dan lingkungan dengan genangan air lainnya.

Sehingga dalam hal ini dibutuhkan pula kesadaran masyarakat untuk mengelola lingkungannya agar tidak menjadi sarang dari nyamuk untuk berkembang dan mengembangkan Malaria.

4 dari 4 halaman

Sudah ada vaksinnya

Penyakit Malaria sendiri bukanlah penyakit yang tidak bisa untuk dicegah. Pada Rabu, 6 Oktober 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menyetujui penggunaan vaksin malaria untuk pertama kalinya.

"Ini momen bersejarah. Vaksin malaria untuk anak-anak telah lama ditunggu. Kehadiran vaksin ini merupakan terobosan ilmu pengetahuan, kesehatan anak dan pengendalian malaria," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip laman resmi WHO.

"Kehadiran vaksin ini mampu mencegah malaria serta menyelamatkan puluhan ribu jiwa anak muda setiap tahunnya," kata Tedros mengutip laman resmi WHO.

Menurut Tiara sendiri, vaksin Malaria di Indonesia belum memiliki rencana atau belum masuk dalam program pengendalian.

"Vaksin Malaria itu --- untuk kebijakan pengendalian Malaria yang sudah jadi bagian dari program itu memang belum dengan vaksin ini," kata Tiara.

"Tapi tentunya kita terbuka ya kalau nanti misalnya ada piloting, atau rekomendasi dari ahli. Tentunya berkembang seperti itu sesuai dengan rekomendasi ahli dan kebutuhan kita," tambahnya.