Liputan6.com, Jakarta Kita tentu berbesar hati membaca berita bahwa survei terakhir menunjukkan proporsi penduduk di wilayah asal dan tujuan mudik Jawa-Bali yang mempunyai antibodi SARS CoV-2 adalah sebesar 99.2%. Kita tentu berharap agar dengan angka yang sudah hampir 100% ini maka situasi COVID-19 dapat terus terkendali baik. Dalam hal ini maka ada 3 usulan, sbb:
1. Sebagaimana tertulis pada laporan resminya, hasil survei ini menggambarkan situasi di 21 kabupaten/kota yang diteliti. Usulannya adalah akan baik tentunya kalau ada survei lain yang menggambarkan situasi Indonesia pada umumnya, atau setidaknya di sebagian cukup besar dari 500-an kabupaten di negara kita.
Baca Juga
Â
Advertisement
Usulan 2
Kalau kita melihat pengumuman pemerintah Inggris tentang hasil survei antibodi mereka pada 14 Maret 2022 maka disebutkan bahwa Inggris menggunakan batas 179 ng/ml untuk dinyatakan sebagai positif, ini setara dengan nilai 100 BAU/ml standar unit WHO.
Angka batas ini sudah dinaikkan dari batas sebelumnya yang hanya 42 ng/ml, maksudnya supaya memberi interpertasi yang lebih baik. Usulannya adalah bahwa dalam hal ini akan baik kalau dijelaskan angka ini dalam kaitannya dengan survei kita di Indonesia yang menuliskan Level of detection (LOD): 0,40 U/mL
Â
Advertisement
Usulan 3
Laporan Inggris itu juga menyebutkan bahwa dengan batas 179 ng/ml itu artinya kalau positif memberi proteksi 67% lebih rendah risiko mendapat infeksi COVID-19 varian Delta, sesudah seseorang mendapat dua kali vaksinasi dengan Pfizer atau AstraZeneca, dibandingkan dengan mereka yang belum divaksin atau belum pernah sakit.
Usulannya adalah akan baik kalau diumumkan juga hal serupa dari survei kita dalam bentuk:
3.1. bagaimana sebenarnya interpertasi, apakah ada angka secara kuantitatif berapa persentase turunnya risiko (seperti di Inggris) untuk data kita di 21 Kabupaten kita ini
3.2. juga penurunan risiko itu apakah berbeda pada jenis2 vaksin tertentu. Ini krn di Inggris menyebutkan dampak dua jenis vaksin mereka, dan kita menggunakan beberapa jenis vaksin.
Â
Â
**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia TenggaraMantan Dirjen Pengendalian Penyakit & Kepala BaLitbangkes Kemenkes RI