Sukses

Jumlah Pasien COVID-19 di RS Hasan Sadikin Turun 260 Orang

Kamaruzzaman mengatakan hampir semua pasien COVID-19 yang dirawat di RSHS, merupakan pasien dengan gejala sedang dan sangat berat.

Liputan6.com, Bandung - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan jumlah pasien Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) terus menurun setiap bulannya.

Menurut Direktur Perencanaan, Organisasi dan Umum RSHS Muhammad Kamaruzzaman jumlah pasien bulan April 2022 sebanyak 116 orang. Sebelumnya di bulan Maret 2022 mencapai 376 orang.

"Kalau dihitung dari tanggal 1 - 26 April ini tercatat di rumah sakit sebanyak delapan yang meninggal akibat COVID. Mereka rerata adalah yang mempunyai komorbid atau koinsidensi. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium klinik, varian yang terdeteksi di pasien yang dirawat oleh kita adalah varian Omicron," ujar Kamaruzzaman di Bandung, Selasa, 26 April 2022..

Kamaruzzaman mengatakan hampir semua pasien COVID-19 yang dirawat di RSHS merupakan pasien dengan gejala sedang dan sangat berat.Rumah sakit yang bertanggung jawab penuh pada Kementerian Kesehatan itu hanya menerima pasien COVID-19 dengan tingkat keparahan yang tinggi.

"Sebagaimana Rumah Sakit Hasan Sadikin adalah rumah sakit rujukan tipe A, tentu saja kasus-kasus yang diterima dengan tingkat keparahan sedang hingga kompleks atau tingkat parah yang lebih tinggi," kata Kamaruzzaman.

Sebelumnya pada akhir Maret 2022, Kamaruzzaman menyebutkan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat periode Februari - Maret 2022 cenderung menurun.

Kamaruzzaman menuturkan hal itu terlihat dari keterisian ranjang pasien COVID-19 yang terisi 34,6 persen dari 207 unit yang tersedia atau sebanyak 75 orang pasien.

"Nah dengan 207 tempat tidur mulai tanggal 18 Februari 2022, kami melihat ternyata data tanggal 22 Februari 2022 itu BOR-nya sampai 36,9 persen. Menurun terus pada tanggal 18 - 19 Maret 2022 itu menjadi 34,6 persen dengan kondisi adanya 207 tempat tidur tadi," ucap Kamaruzzaman.

 

2 dari 3 halaman

Jaga Keseimbangan Pelayanan

Kamaruzzaman menyebutkan sebelum periode penurunan keterisian ranjang pasien COVID-19 mengalami kenaikan yang signifikan.

Namun, itu disebabkan akibat sedikitnya jumlah ketersediaan ranjang dengan jumlah pasien COVID-19 yang dirujuk ke RSHS.

"Pada bulan Januari - 17 Februari 2022 saat varian Omicron merebak kita kurangin tempat tidur, hanya 54 unit yang tersedia. Itu memang BOR-nya tinggi 96,6 persen (52 orang pasien) jika dibandingkan jumlah tempat tidur dan pasien," ungkap Kamaruzzaman.

Kamaruzzaman menjelaskan keputusan pengurangan jumlah ranjang pasien tersebut agar keseimbangan pelayanan antara pasien COVID-19 dan pasien penyakit lainnya dapat dipenuhi.

Alasannya sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Jawa Barat, pelayanan pasien non COVID-19 harus tetap dilayani dengan baik.

"Tentunya kami memerlukan ruangan, nah itu kami ambil dari ruangan yang pernah difungsikan menjadi perawatan pasien COVID-19," sebut Kamaruzzaman.

Rumah sakit rujukan di Provinsi Jawa Barat itu pernah menyiapkan 376 ranjang perawatan pasien COVID-19 pada Juli - Agustus 2021. Setelah Oktober 2021, kapasitasnya diturunkan hingga menjadi 130 ranjang.

RSHS Bandung tetap menjadikan Gedung Kemuning sebagai tempat khusus untuk merawat pasien COVID-19.

Gedung dengan total berlantai enam itu, empat lantainya sanggup menampung 144 orang pasien. Untuk lantai lima yang biasa digunakan dokter dan perawat untuk tempat istirahat, bisa dipakai untuk menampung 40 ranjang. 

3 dari 3 halaman

Mengenai Varian Omicron

Hingga saat ini varian yang mendominasi penularan COVID-19 di Indonesia adalah Omicron.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus pertama COVID-19 varian omicron di Indonesia pada Kamis, 16 Desember 2021.

Kasus pertama Omicron ini terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

“Kementerian Kesehatan telah mendeteksi seorang pasien terkonfirmasi Omicron pada tanggal 15 Desember, data-datanya sudah kita konfirmasikan ke GISAID dan telah dikonfirmasi kembali dari GISAID bahwa memang data ini data sequencing Omicron,” kata Budi saat itu.

Sementara itu, di dunia varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta.

Varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. Kala itu, WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan Variant of Concern (VOC) lainnya.