Liputan6.com, Lampung Ketua Satgas COVID-19 Letjen TNI Suharyanto mengapresiasi tim gabungan arus mudik Lebaran 2022 yang bertugas di Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung. Ia berterima kasih atas upaya petugas yang menegur pemudik tak pakai masker.
Tim gabungan arus mudik Lebaran tetap siaga melakukan pencegahan penularan virus Corona. Mereka juga tegas kepada para pemudik yang melanggar protokol kesehatan, termasuk yang masih abai memakai masker.
Baca Juga
"Terima kasih telah menegur pemudik yang tidak pakai masker dan memberikan masker kepada pemudik," ucap Suharyanto saat melakukan kunjungan ke Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung baru-baru ini.
Advertisement
Kunjungan Suharyanto dalam rangka memastikan kesiapan Pelabuhan Bakauheni dalam menghadapi puncak arus mudik maupun arus balik Lebaran 2022.
Sebagaimana pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu yang memperbolehkan masyarakat untuk melakukan perjalanan ke kampung halaman masing-masing. Syarat pemudik sudah melakukan vaksinasi lanjutan atau booster, melakukan swab serta dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Menanggapi hal tersebut, Suharyanto saat melakukan kunjungan mengatakan, bagi pemudik yang belum lengkap vaksinasi COVID-19, tetap diperbolehkan mudik dengan melakukan vaksinasi di gerai yang ada di pelabuhan.
"Jika ada pemudik yang belum melengkapi vaksin hingga booster, tetap diperbolehkan mudik dengan terlebih dahulu melakukan vaksin di gerai yang telah disediakan," ujarnya melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
Â
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Pemudik Harus Penuhi Syarat Mudik
Selama melakukan kunjungan ke Pelabuhan Bakauheni, Suharyanto yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut meninjau beberapa fasilitas yang terdapat di pelabuhan, antara lain pos terpadu pelabuhan Bakauheni, posko pemantauan mudik lebaran, gerai vaksinasi, dan gerai swab.
Sebagai informasi, syarat bagi pemudik untuk membeli tiket--bagi yang khusus menggunakan transportasi mudik--adalah telah lengkap vaksinasi COVID-19 atau mempunyai surat keterangan hasil negatif COVID-19 yang masih berlaku.
Seluruh informasi pemudik terdata dalam aplikasi PeduliLindungi, sehingga dapat diketahui mana pemudik yang memenuhi syarat dan diperbolehkan melakukan perjalanan mudik Lebaran 2022.
Selain itu, ada juga Pengisian electronic Health Alert Card (e-HAC) di dalam aplikasi PeduliLindungi yang kini menjadi syarat mudik Lebaran 2022. e-HAC untuk mudik Lebaran berlaku untuk semua moda transportasi, baik darat, laut maupun udara.
Tujuan penggunaan e-HAC, khususnya perjalanan mudik Lebaran demi memantau potensi penularan virus Corona. Tatkala mengisi e-HAC, status kelayakan pemudik dapat diketahui beserta riwayat perjalanannya.
Advertisement
Pesan 'MUDIK'
Terkait protokol kesehatan mudik Lebaran, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama memberikan tips. Pesan ini tertuang dalam penggunaan kata 'MUDIK.'
Dalam pesan yang diterima Health Liputan.com pada Kamis, 28 April 2022, Tjandra menulis pesan 'MUDIK' yakni:
M-emakai masker dan selalu rajin mencuci tangan. Pemudik dan keluarga di kampung halaman juga sebaiknya sudah mendapat vaksinasi booster
U-payakan jangan ada dalam kerumunan berkepanjangan dan selalu berusaha jaga jarak kalau terpaksa di dalam kerumuman
D-isiapkan bekal yang cukup untuk perjalanan. Ingat, bukan tidak mungkin terjadi kemacetan panjang. Pemudik juga perlu menyiapkan makanan dan minuman untuk di jalan, obat-obatan yang mungkin diperlukan serta bekal untuk anak-anak
I-stirahat diperlukan kalau lelah berkendara, jangan dipaksakan. Sebaiknya bila sesudah 4 jam berturut-turut mengendarai kendaraan pribadi, maka sebaiknya istirahat dulu
K-endaraan yang digunakan harus dalam keadaan baik. Pemudik diharapkan berhati-hati saat berkendara, ikuti aturan lalu lintas dan arahan petugas
Pemudik Perlu Jaga Jarak
Tjandra Yoga Aditama menekankan, para pemudik perlu berupaya optimal untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan walau tidak terlalu mudah. Ini perlu disesuaikan dengan situasi lapangan yang ada.
"Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maka setidaknya ada tiga hal kalau kita harus terpaksa ada dalam kerumunan. Pertama, sedapat mungkin kalau ada kerumunan adalah di ruang terbuka daripada di ruang tutup," terangnya.
"WHO menyebutnya sebagai open air spaces safer than enclosed spaces. Artinya, ada dua hal kalau harus berkumpul, yakni memang akan jauh lebih baik kalau dilakukan di udara terbuka saja dan kalau terpaksa harus di dalam ruangan, maka seharusnya ada ventilasi terbuka dengan udara luar."
Kedua, pemudik tetap berupaya maksimal untuk menjaga jarak dengan orang lain di sekitarnya. WHO menyebutnya sebagai farther away from others safer than close together. Langkah ini untuk mencegah penularan kalau barangkali di sekitar pemudik ada yang batuk, bersin atau berbicara keras.
Ketiga, upayakan kalau harus ada dalam kerumunan, maka lama waktunya lebih singkat. Kalau lebih pendek waktu seseorang berada dalam kerumunan, maka akan lebih kecil kemungkinan tertular COVID-19.
"Bila berlama-lama, maka makin makin besar kemungkinan penularannya. WHO menyebutnya sebagai shorter time periods with others are safer. Artinya, kalau memang terpaksa harus berada dalam kerumunan, maka baik kalau direncanakan dengan baik tentang apa yang akan dilakukan, sehingga dalam waktu singkat dapat diselesaika," jelas Tjandra.
Advertisement