Liputan6.com, Jakarta Umat Muslim tengah berbahagia lantaran hari raya Idul Fitri 1443 hijriah telah tiba. Di hari kemenangan ini keluarga Muslim biasanya berkumpul sambil menyantap makanan khas lebaran seperti ketupat dan opor ayam.
Adik kecil, keponakan, dan anak-anak dalam keluarga biasanya menerima tunjangan hari raya (THR) dari orangtua, kakak, paman, bibi, hingga kakek dan nenek. Semua ini dilakukan demi menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri dengan suka cita dan penuh kebahagiaan.
Baca Juga
Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa pada hari ini umat Muslim dianjurkan untuk bergembira. Dalam salah satu hadits dijelaskan,
Advertisement
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ. قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
Artinya, “Diriwayatkan dari sahabat Anas, ia berkata, ‘Sekali waktu Nabi SAW datang di Madinah, di sana penduduknya sedang bersuka ria selama dua hari. Lalu Nabi bertanya ‘Hari apakah ini (sehingga penduduk Madinah bersuka ria)?’.”
“Mereka menjawab ‘Dulu semasa zaman jahiliah pada dua hari ini kami selalu bersuka ria.’ Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikannya dalam Islam dengan dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Idul Adha) dan hari raya fitri (Idul Fitri),” (HR Abu Dawud) mengutip NU Online, Senin (2/5/2022).
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Momen Introspeksi Diri
Hari raya Idul Fitri memang momen kemenangan bagi umat Muslim setelah berjuang tiga puluh hari menjalani puasa atau satu bulan melawan hawa nafsu. Namun, umat Muslim juga harus rela melepas kepergian bulan Ramadhan.
Idul Fitri adalah sebuah simbol kesempurnaan. Jika kesempurnaan telah diraih, maka harus ada yang pergi, yaitu bulan Ramadhan. Syekh Ali ath-Thanthawi berkata dalam syairnya,
إِذَا تَمَّ أمرٌ بَدَا نَقْصُهُ # تَرَقَّبْ زَوَالاً إِذَا قِيْلَ تَمَّ
Artinya, “Jika sesuatu telah sempurna, maka akan tampak kekurangannya. Renungilah yang hilang jika sesuatu telah dikatakan sempurna.”
Syair ath-Thanthawi di atas berpesan bahwa ketika sebuah kemenangan telah diraih, kesempurnaan telah dicapai, maka ada sesuatu yang pergi yang harus direnungi dan diintrospeksi.
Ada banyak cara untuk mengintrospeksi diri setelah Ramadhan pergi. Pertama adalah dengan bersyukur karena telah diberi kenikmatan besar berupa umur panjang dan kesehatan sehingga masih bisa bertemu Ramadhan tahun ini. Bahkan melewatinya sampai selesai satu bulan hingga tiba hari kemenangan.
Advertisement
Jika Bersyukur
Jika bersyukur, maka Allah akan menambah kenikmatan itu dengan bertemu di Ramadhan berikutnya.
“Mungkin ada saudara kita yang dicabut usianya sebelum Ramadhan tiba sehingga tidak bisa berjumpa dengan bulan puasa, mungkin juga ada saudara kita yang dicabut usianya di pertengahan Ramadhan sehingga tidak mendapatkan kesempatan berpuasa satu bulan lamanya,” kata Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online.
“Atau ada pula saudara kita yang menjelang Idul Fitri nyawanya dicabut oleh Allah SWT sehingga tidak bisa ikut merayakan hari kemenangan ini. Karena itu, kita yang sampai detik ini masih diberi usia panjang harus banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT,” tambahnya.
Allah SWT berfirman,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
Artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]: 7).
Meningkatkan Semangat Ketakwaan
Melalui ayat ini, ada pesan penting untuk dipahami bersama. Jika bersyukur kepada Allah SWT karena masih dianugerahi usia panjang dan kesehatan badan sehingga bisa berjumpa dan merampungkan satu bulan Ramadhan dengan berpuasa, maka Allah akan menambah kenikmatan tersebut dengan berjumpa di Ramadhan-Ramadhan berikutnya.
Cara bersyukurnya yaitu dengan selalu meningkatkan semangat ketakwaan dan beribadah kepada Allah SWT.
Selain itu, tetap konsisten dalam beribadah. Setelah Ramadhan berlalu, ibadah harus tetap getol, bukan malah kendor.
Satu bulan Ramadhan, 29 atau 30 hari berpuasa, dengan segala ragam ibadah wajib dan sunnah di dalamnya, seharusnya mampu memperkokoh benteng keimanan. Ibarat sebuah lembaga, Ramadhan adalah madrasah yang mendidik umat Muslim menjadi pribadi yang tahan banting, pribadi yang memiliki imunitas iman kebal tak terkalahkan.
Para ulama menjelaskan bahwa salah satu tanda diterimanya amal ibadah seseorang selama bulan Ramadhan adalah ia masih bisa menjaga konsistensi ibadah setelah bulan ini berlalu.
Advertisement