Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan menjadi momen bagi umat Muslim untuk melakukan berbagai ibadah dengan tekun. Namun, apakah semua amal ibadah itu pasti diterima Allah SWT?
Salah seorang ulama kenamaan dari madzhab hambali, Syekh Ibnu Rajab al-Hambali pernah menjelaskan,
Baca Juga
مَنْ عَمِلَ طَاعَةً مِنَ الطَّاعَاتِ وَفَرِغَ مِنْهَا فَعَلَامَةُ قَبُوْلِهَا أَنْ يَصِلَهَا بِطَاعَةٍ أُخْرَى وَعَلَامَةُ رَدِّهَا أَنْ يَعْقِبَ تِلْكَ الطَاعَةَ بِمَعْصِيَةٍ مَا أَحْسَنَ اْلحَسَنَةَ بَعْدَ السَّيِّئَةِ تَمْحُوْهَا وَأَحْسَنُ مِنْهَا بَعْدَ الْحَسَنَةِ تَتْلُوْهَا.
Advertisement
Artinya, "Siapa yang melakukan suatu amal ibadah dan telah rampung melaksanakannya, maka tanda diterima amal tersebut adalah diiringi dengan amal ibadah yang lain. Sebaliknya, jika amal ibadah itu tidak diterima oleh Allah ta'âlâ, maka amal tersebut diiringi dengan kemaksiatan.”
“Betapa baik amal ibadah yang dilakukan setelah perbuatan maksiat sehingga menghapus dosa maksiat. Lebih baik lagi jika amal ibadah tersebut diikuti ibadah berikutnya," (Ibnu Rajab, Lahtâiful Ma’ârif, 1997: 262) seperti dikutip dari NU Online, Senin (2/5/2022).
Jika ditarik dalam konteks ibadah selama bulan Ramadhan, maka penjelasan Ibnu Rajab di atas menegaskan bahwa ciri-ciri ibadah puasa kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT, baik ibadah wajib maupun sunnah, maka kita mampu menjaga konsistensinya setelah Ramadhan berlalu.
Jangan sampai yang tadinya sering baca Al-Qur’an, setelah bulan puasa Al-Qur’annya ditutup dan baru dibuka lagi di Ramadhan tahun depan. Yang tadinya gemar bersedekah kepada saudara dan handai taulan, setelah Ramadhan sudah malas dilaksanakan.
“Maka, kalau begini bisa jadi Allah SWT belum menerima ibadah puasa Ramadhan yang sudah kita rampungkan. Nau’udzubillâh,” kata Muhamad Abror, penulis keislaman NU Online.
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Ketenangan Hati
Selain itu, ciri-ciri ibadah selama bulan puasa seseorang diterima oleh Allah SWT adalah ia akan merasakan dampak spiritual dalam dirinya, yaitu dalam wujud ketenangan batin dan kepuasan hati.
Hal ini sebagaimana telah disinggung oleh Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Ḫikam,
مَنْ وَجَدَ ثَمْرَةَ عَمَلِهِ عَاجِلاً فَهُوَ دَلِيْلٌ عَلَى وُجُوْدِ الْقَبُوْلِ
Artinya, “Siapa yang memetik buah dari amalnya seketika di dunia, maka itu menunjukkan Allah menerima amal ibadahnya.”
Menurut Syekh Ahmad Zarruq dalam As-Syirkatul Qaumiyyah (salah satu syarah Al-Ḫikam) menjelaskan, maksud “buah amal” tersebut di antaranya berupa ketenangan hati. Tidak ada rasa khawatir dan kesedihan dalam diri seseorang. (Syekh Ahmad Zarruq, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010: 80)
Dengan demikian, Idul Fitri diartikan pula sebagai hari kelulusan hamba setelah satu bulan berpuasa. Bukti kelulusannya adalah ia mampu menjaga konsistensi ibadah setelah Ramadhan berlalu dan memperoleh ketenangan hati.
Ketenangan hati dan berbagai pembelajaran selama Ramadhan perlu disertai rasa syukur. Pasalnya, syukur dapat menambah kenikmatan.
Advertisement
Manfaat Bersyukur
Jika bersyukur, maka Allah akan menambah kenikmatan itu dengan bertemu di Ramadhan berikutnya.
“Mungkin ada saudara kita yang dicabut usianya sebelum Ramadhan tiba sehingga tidak bisa berjumpa dengan bulan puasa, mungkin juga ada saudara kita yang dicabut usianya di pertengahan Ramadhan sehingga tidak mendapatkan kesempatan berpuasa satu bulan lamanya,” kata Abror yang juga alumni pesantren di Cirebon.
“Atau ada pula saudara kita yang menjelang Idul Fitri nyawanya dicabut oleh Allah SWT sehingga tidak bisa ikut merayakan hari kemenangan ini. Karena itu, kita yang sampai detik ini masih diberi usia panjang harus banyak-banyak bersyukur kepada Allah SWT,” tambahnya.
Allah SWT berfirman,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
Artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]: 7).
Cara Bersyukur
Ayat di atas mengandung pesan untuk diingat bersama. Jika bersyukur kepada Allah SWT karena diberi kesempatan merampungkan ibadah Ramadhan tahun ini. Maka, harapannya Allah akan menambah kenikmatan tersebut dengan kesempatan serupa di Ramadhan berikutnya.
Cara bersyukurnya yaitu dengan selalu meningkatkan semangat ketakwaan dan beribadah kepada Allah SWT.
Selain itu, tetap konsisten dalam beribadah. Segala ibadah yang dilakukan rutin di Bulan Ramadhan maka sepatutnya terbawa di bulan-bulan berikutnya bahkan lebih intens lagi.
Satu bulan Ramadhan, 29 atau 30 hari berpuasa, dengan segala ragam ibadah wajib dan sunnah di dalamnya, seharusnya mampu memperkokoh benteng keimanan. Ibarat sebuah lembaga, Ramadhan adalah madrasah yang mendidik umat Muslim menjadi pribadi yang tahan banting, pribadi yang memiliki imunitas iman kebal tak terkalahkan.
Para ulama menjelaskan bahwa salah satu tanda diterimanya amal ibadah seseorang selama bulan Ramadhan adalah ia masih bisa menjaga konsistensi ibadah setelah bulan ini berlalu.
Advertisement