Liputan6.com, Jakarta Sudah ada tiga kasus anak meninggal dunia dengan dugaan hapatitis akut yang belum diketahui penyebabnya di DKI Jakarta. Sementara itu, di Jawa Barat (Jabar) belum ada laporan kasus tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat (Jabar) R Nina Susana Dewi mengatakan hingga saat ini belum mendapatkan laporan adanya kasus hepatitis akut misterius di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga
"Sampai saat ini belum ada kasus yang terlaporkan di Jabar," kata Nina dalam keterangan dari Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat mengutip Antara, Rabu (4/5/2022).
Advertisement
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran terkait penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology). SE bernomor HK.02.02/C/2521/2022 dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis tersebut.
Nina mengatakan sesuai dengan SE dari Kemenkes terkait kewaspadaan kasus hepatitis akut tersebut, maka Dinas Kesehatan Jabar sudah menyampaikan SE tersebut ke dinas kesehatan tingkat kabupaten/kota dan juga ke rumah sakit se-Jabar.
Selain itu, pihaknya juga meminta supaya dilakukan pemantauan dan koordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat untuk mencegah penyebaran penyakit di wilayah Jabar.
"Jadi agar dilakukan pemantauan dan koordinasi termasuk dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan," kata Nina.
Kasus 3 Anak Meninggal di DKI
Sebelumnya, pada 1 Mei 2022, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan Kementerian Kesehan RI tengah berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut pada tiga anak yang meninggal di DKI Jakarta. Dilakukan pemeriksaan panel virus secara lengkap. Lalu, Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
Nadia juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak panik dengan kondisi tersebut.
“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang," kata Nadia.
Sebagai upaya bentuk pencegahan, Nadia mengingatkan kepada masyarakat untuk melakukan gaya hidup bersih dan sehat.
"Mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Nadia mengutip Sehat Negeriku
Sebagai upaya bentuk pencegahan, Nadia mengingatkan kepada masyarakat untuk melakukan gaya hidup bersih dan sehat.
"Mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Nadia.
Advertisement
IDI dan IDAI Dukung Investigasi Kemenkes
Merespons temuan hepatitis akut misterius, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PB IDI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendukung penuh investigasi yang dilakukan Kemenkes.
Berikut pernyataan resmi IDI dan IDI yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 3 Mei 2022:
IDI dan IDAI mendukung penuh upaya Pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait untuk penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini.
PB IDI Minta Nakes Mewaspadai Gejala Hepatitis Akut Misterius pada Anak
Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi meminta seluruh organisasi profesi dan tenaga kesehatan mewaspadai gejala hepatitis akut misterius pada anak.
"Kami meminta agar seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter, dan tenaga Kesehatan yang bertugas di berbagai jenis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan juga mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa," kata Adib.
PB IDI menyebut gejala hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini, antara lain perubahan warna urine (gelap) dan/atau feses (pucat), (sakit) kuning, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal.
Lalu, ada demam tinggi, mual, muntah atau nyeri perut, lesu, dan/atau hilang nafsu makan, diare, serta kejang. ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST)/SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.
AST atau ALT merupakan enzim yang digunakan sebagai indikator kerusakan hati.
Advertisement
Waspada Bila Temukan Gejala Berikut pada Anak
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Piprim Basarah Yanuarso juga meminta seluruh dokter anak dan residen dokter anak turut mengawasi apabila gejala hepatitis akut misterius muncul pada pasien anak.
IDAI pun mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati. Masyarakat dapat melakukan pencegahan infeksi hepatitis akut misterius dengan sejumlah langkah, antara lain:
Mencuci tangan
Meminum air bersih yang matang
Makan makanan yang bersih dan matang penuh
Membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya
Menggunakan alat makan sendiri-sendiri
Memakai masker dan menjaga jarak
IDAI pun meminta masyarakat dapat mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual/muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/kejang, lesu, dan demam tinggi, maka dapat langsung memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.