Sukses

IDAI Terbitkan Tata Laksana Hepatitis Akut pada Anak

Tata laksana dan alur penanganan kasus hepatitis akut berat pada anak.

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan tata laksana penanganan hepatitis akut berat pada anak. Tata laksana ini tertuang melalui surat rekomendasi kasus probable hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya pada anak.

Surat rekomendasi tersebut ditandatangani Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso dan Sekretaris Umum IDAI Hikari Ambara Sjakti tertanggal 5 Mei 2022. Rekomendasi ini pun diterbitkan sejalan dengan penemuan dugaan kasus hepatitis akut misterius dari tiga pasien anak yang meninggal di Indonesia.

Sesuai surat rekomendasi yang diperoleh Health Liputan6.com, Kamis (5/5/2022), tata laksana hepatitis akut berat, antara lain:

1. Perawatan umum

  • Rawat ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain
  • Tirah baring terutama pada fase akut
  • Monitoring perjalanan klinis (terutama kesadaran) dan laboratorium (terutama Prothrombin Time Test and International Normalized Ratio/PT/INR dan albumin)
  • Pengenalan gejala dan tanda hepatitis fulminan

2. PT/INR dipantau secara berkala

Bila ada kecenderungan peningkatan nilai PT/INR, pasien perlu mendapatkan perawatan diruang rawat intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi hepatitis fulminan

3. Pasien mengalami hepatitis fulminan bila didapatkan tanda koagulopati dengan INR > 2 yang tidak dapat dikoreksi dengan vitamin K (gangguan fase akut fungsi hepatoselular) atau terdapat penurunan kesadaran (ensefalopati) yang disertai koagulopati dengan INR > 1,5.

4. Kortikosteroid hanya diberikan pada kecurigaan hepatitis autoimun

5. Jika dicurigai terkait MISC maka tata laksana mengikuti panduan IDAI sebelumnya

Prothrombin Time Test untuk mengukur seberapa cepat darah membeku. International Normalized Ratio adalah perhitungan yang berasal dari tes Prothrombin Time Test yang membantu memastikan bahwa hasil tes distandarisasi dari satu lab ke lab berikutnya.

Adapun hepatitis fulminan merupakan kondisi saat hati mendadak gagal berfungsi atau lebih sering disebut dengan gagal hati akut. Artinya, hepatitis ini termasuk jenis tahap lanjut, yang mana perjalanan penyakitnya berkembang dengan cepat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tata Laksana Hepatitis Fulminan

Dalam SE IDAI juga memaparkan tata laksana jika terjadi gagal hati akut (hepatitis fulminan) pada anak, sebagai berikut:

1. Pasien dirawat di ruang rawat intensif untuk pemantauan secara ketat terus-menerus

2. Pasien dirawat di dalam ruangan yang tenang dengan seminimal mungkin stimulasi untuk mengurangi peningkatan tekanan intrakranial mendadak

3. Kebutuhan total cairan direstriksi menjadi 85 - 90 persen rumatan, untuk mengurangi risikoedema serebri. Keadaan hipovolemia/dehidrasi harus segera dikoreksi

4. Kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan pemberian nutrisi melalui Nasogastric Tube (NGT). Fungsinya untuk menyuplai makanan dan minuman pada pasien yang tidak memungkinkan untuk menelan

5. Pemantauan pasien, mencakup:

  • Saturasi oksigen
  • Urine output tiap 6 jam
  • Tanda vital tiap 6 jam, termasuk tekanan darah, observasi neurologis, pemeriksaan gula darah
  • Elektrolit dan PT/INR tiap 12 jam
  • Pemeriksaan darah perifer lengkap tiap hari
  • Kultur darah dan urin saat awal perawatan dan diulang sesuai perkembangan klinis

6. Obat

  • Hipoglikemia di atasi dengan pemberian dekstrosa intravena
  • Antibiotik sistemik dan antijamur oral profilaksis untuk menurunkan risiko infeksi bakteri dan infeksi jamur
  • Pada neonatus dapat diberikan asiklovir intravena sampai infeksi HSV dapatdisingkirkan
  • N-asetilsistein (NAC) intravena dapat diberikan melalui infus kontinyu 100 mg/kg/24jam sampai INR normal
  • Sedasi tidak diberikan pada gagal hati akut kecuali pasien memerlukan ventilasi mekanik
3 dari 4 halaman

Tata Laksana Hepatitis Misterius

Pada tata laksana penanganan hepatitis misterius, IDAI menyebutkan, saat ini pemeriksaan Hepatitis D dan Hepatitis E belum tersedia secara luas di Indonesia. Oleh karena adanya keterbatasan, maka skrining awal cukup diperiksakan terhadap Hepatitis A, B, dan C.

Tenaga kesehatan yang bertugas juga wajib melaporkan tanpa memandang penyebab yang lain.

Alur penapisan kasus probable hepatitis akut pada anak difokuskan pada anak usia di bawah 16 tahun dengan diagnosa awal gejala kuning pada kulit badan dan mata, sakit perut akut, diare akut, mual atau muntah, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, myalgia atau arthlalgia

Jika proses diagnosis medis mengarah pada gejala tersebut, maka pemeriksaan berlanjut pada potensi peningkatan enzim hati (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase/SGOT) atau Serum Glutamic Pyruvate Transaminase/SGPT), yakni enzim di hati.

Bila angkanya di atas 500 u/L, ada kecenderungan terinfeksi hepatitis.

IDAI juga merekomendasikan agar pemeriksaan berlanjut pada IgM anti-HAV untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A. Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi protein yang terdapat pada permukaan virus Hepatitis B.

Diagnosis Hepatitis C ditegakkan secara klinis dan didukung dengan pemeriksaan serologi HCV RNA. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan seluruhnya negatif, maka pasien dapat dikategorikan sebagai probable Hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya.

4 dari 4 halaman

Dugaan Hepatitis Akut Berat

Lead Scientist untuk kasus hepatitis akut misterius, Hanifah Oswari mengungkapkan, tiga kasus kematian anak di Indonesia yang sudah ditemukan ini baru dugaan kuat, bahwa kondisi tersebut hepatitis berat yang  menimpa banyak negara.

"Sekarang ini (hepatitis akut misterius) sedang dalam investigasi tim untuk kita teliti lebih jauh mengenai apa saja yang terjadi pada kasus-kasus ini dan dalam pemeriksaan lebih lanjut," ungkap Hanifah saat Press Conference: Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia pada Kamis, 5 Mei 2022 di Jakarta.

"Saya kira akan terlalu cepat untuk saya sampaikan di sini karena ada tim yang menangani kasus ini yang sedang meramu, menyusun, dan mengumpulkan data. Saya kira hal itu akan dilaporkan juga oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI."

Tatal laksana penanganan hepatitis akut misterius dari IDAI juga sudah disebarluaskan ke seluruh tenaga medis.

"Kami bekerja sama juga dengan Kemenkes dan sudah dibuat protokol untuk penanganan, baik di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan. Jadi, sebetulnya untuk tenaga medis sudah disiapkan protokol penanganan pasien secara detail. Saya kira sudah juga sudah disebarkan," ujar Hanifah yang juga dokter spesialis anak.