Liputan6.com, Jakarta Belum usai pandemi COVID-19, kini muncul hepatitis misterius, jenis hepatitis baru yang belum diketahui penyebabnya dan berbeda dengan hepatitis yang telah ada sebelumnya.
Meski kejelasan terkait hepatitis misterius belum kunjung datang, masih ada serangkaian upaya yang bisa dilakukan terutama bagi orangtua untuk mencegah anak dari hepatitis misterius.
Baca Juga
Terkait hal tersebut, Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Muzal Kadim, SpAK mengungkapkan bahwa sebagian besar hepatitis ditularkan secara oral atau saluran cerna.
Advertisement
Seperti melalui mulut, angan yang terkontaminasi dan masuk lewat mulut, alat makan, atau lewat makanan dan minuman secara langsung.
Sedangkan hepatitis misterius juga bisa menular lewat percikan air liur (droplet). Sehingga hal yang bisa dilakukan oleh orangtua sejauh ini dapat berkaitan dengan hal-hal tersebut.
"Jadi sampai saat ini yang paling bisa dilakukan, yang paling baik adalah pencegahan untuk penularan lewat oral," ujar Muzal dalam diskusi media Hepatitis Akut yang Belum Diketahui Etiologinya pada Sabtu, (7/5/2022).
"Seperti cuci tangan, kebersihan dari makanan, sanitasi. Kemudian juga mencegah pada kasus yang sudah ada gejala misalnya, kita menghindari supaya tidak kontak lewat tangan dan yang masuk ke dalam mulut tersebut," tambahnya.
Selanjutnya, orangtua juga bisa mengajarkan anak agar taat pada protokol kesehatan COVID-19. Mengingat hepatitis misterius juga dapat menular melalui droplet.
"Kedua, kita lanjutkan sesuai seperti protokol COVID-19 ini. Seperti pakai masker, jaga jarak untuk mengurangi risiko. Disamping COVID-19, juga mengurangi risiko penularan lewat droplet itu," Muzal menuturkan.
Jaga Kondisi Anak di Tengah Arus Balik Mudik
Seperti yang telah dijelaskan di atas, menjaga higienitas atau kebersihan dianggap dapat membantu untuk mencegah adanya penularan virus hepatitis misterius.
Dalam kondisi arus balik mudik seperti saat ini, Muzal menyarankan orangtua untuk sebaiknya menyiapkan makanan sendiri untuk anak.
"Sebaiknya kita memang menyiapkan makanan untuk anak, sebelum berangkat (melakukan perjalanan) kita siapkan makanan. Di hindarilah barangkali makan di luar, jajan-jajan di luar terutama di tempat yang kita meragukan kebersihannya," ujar Muzal.
"Kita harus ada di tempat-tempat yang kebersihannya kita yakini. Bisa cuci tangan dengan baik, dengan sabun, cuci tangan dengan bersih dan makanannya juga kita harapkan kebersihannya," tambahnya.
Lebih lanjut Muzal mengungkapkan makanan terbaik bagi anak adalah makanan yang disiapkan sendiri, terutama pada bayi.
"Kalau mudik ini mungkin makanan-makanan tertentu yang sudah siap --- yang memang sudah siap dijual dalam bentuk bersih, terpercaya. Jadi bukan makanan yang disiapkan oleh misalnya warung atau restoran, itu mungkin kita tidak yakin akan kebersihannya," kata Muzal.
Dalam mempersiapkan makanan untuk anak, orangtua juga diingatkan untuk menjaga kebersihan. Serta jangan menggabungkan sendok dan alat makan anak.
Bagi orangtua, Anda juga bisa memasak lebih dulu air minum untuk anak bila memungkinkan untuk meminimalisir adanya kontaminasi air yang kotor.
Advertisement
Faktor Risiko Hepatitis Misterius
Dalam kesempatan yang sama, Muzal mengungkapkan bahwa biasanya faktor risiko terbesar yang menyebabkan seseorang terinfeksi virus seperti hepatitis adalah imunitas lemah.
"Misalnya pada kondisi gizi kurang, gizi buruk. Pada kondisi anak yang mendapatkan obat-obatan tertentu yang menekan sistem imun," kata Muzal.
"Pada kondisi anak yang HIV atau kondisi tertentu yang menyebabkan sistem imunnya berkurang," Muzal menjelaskan.
Namun pada beberapa kasus diduga hepatitis misterius yang ada, justru tidak ditemukan permasalahan imunitas lemah tersebut.
"Justru itu makanya agak aneh, unik. Kasusnya berat, tapi pada anak-anak yang tidak mempunyai faktor risiko immunocompromised (sistem imun yang lemah) tersebut. Jadi saat ini masih dicari ya," ujar Muzal.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dan IDAI saat ini juga telah melakukan investigasi lebih lanjut terkait hepatitis misterius.
Hal tersebut lantaran sebelumnya ada tiga anak Indonesia yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis misterius hingga 30 April 2022.
Gerak Cepat Bila Ada Gejala
Dalam kesempatan yang sama, Muzal menyarankan untuk langsung mengunjungi fasilitas kesehatan bila ada gejala serupa hepatitis misterius yang muncul.
"Gejalanya sebagian besar adalah gejala saluran cerna. Jadi biasanya muntah, diare, sakit perut. Demam, karena ini suatu infeksi sering disertai demam," ujar Muzal.
"Lalu lebih lanjut lagi ada kuning. Biasanya di kelopak mata itu, di sklera. Jadi kalau kelopak matanya ditarik di sklera mata yang putih itu jadi kuning," Muzal menambahkan.
Selanjutnya, kuning tersebut bisa berlanjut ke area badan bila kondisi sudah lebih berat. Urinnya pun berubah warna menjadi kecoklatan seperti air teh.
Kondisi tersebut kemudian bisa beralih ke hepatitis fulminan. Hepatitis fulminan merupakan kondisi dimana hati menjadi gagal berfungsi. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan gagal hati akut.
"Hepatitis fulminan bisa menyebabkan kesadaran menurun. Itu kalau sel-sel hatinya sudah banyak yang rusak. Jadi tergantung derajatnya, kalau rusaknya makin berat, gejalanya makin berat. Bahkan bisa menurunkan kesadaran, kejang, kalau tidak tertangani bisa menimbulkan kematian," kata Muzal.
Oleh karena itu, sejak awal orangtua harus sudah waspada terkait gejala-gejala tersebut. Sehingga bisa langsung melakukan tindakan pertolongan dengan cepat.
Advertisement