Sukses

Cari Penyebab Hepatitis Akut, Indonesia Jalin Kerja Sama WHO, AS dan Inggris

Indonesia mencari penyebab hepatitis akut dengan upaya menjalin kerja sama internasional.

Liputan6.com, Jakarta Demi mencari penyebab hepatitis akut, Indonesia menjalin kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat (AS), dan Public Health England - UK Health Security Agency (UKHSA) Inggris.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin. Apalagi Indonesia melaporkan kematian tiga pasien anak yang diduga hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.

"Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama-sama oleh Indonesia yang bekerja sama dengan WHO. Kita juga bekerja sama dengan Amerika dan Inggris untuk bisa mendeteksi secara cepat penyebab penyakit ini apa," terang Budi Gunadi saat memberikan Keterangan Pers Bersama Menteri Kabinet Indonesia Maju di Kantor Presiden Jakarta pada Senin, 9 Mei 2022.

Diskusi mengenai hepatitis akut yang disebut Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) juga sudah dilakukan Indonesia bersama Amerika dan Inggris. Disimpulkan bahwa penyebab virus belum diketahui secara pasti.

CDC dan UKHSA juga terus melakukan investigasi mengenai kasus hepatitis misterius. Penyakit ini menyerang anak usia di bawah 16 tahun, bahkan paling banyak usia di bawah 10 tahun.

"Kami sendiri sudah melakukan koordinasi dan diskusi dengan teman-teman dari CDC Amerika dan juga Inggris sehari sesudah Lebaran 2022," jelas Budi Gunadi.

"Dan kami sudah mendapatkan banyak informasi dari mereka. Ya, memang kesimpulannya, belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan penyakit hepatitis akut ini."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Infeksi Adenovirus Strain 41

Dari hasil diskusi dengan AS dan Inggris, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, adanya kemungkinan infeksi Adenovirus strain 41 yang menjadi penyebab hepatitis akut misterius. Namun, hal ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

"Ya, kemungkinan besar (penyebab hepatitis akut) adalah Adenovirus strain 41. Tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada (tidak terdeteksi) Adenovirus strain 41 ini," ujarnya.

"Jadi, kita masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika untuk memastikan penyebabnya."

Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sejumlah kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya di negara lain. Laporan kasus juga datang dari Singapura.

"Pada 30 April 2022, Singapura melaporkan kasus yang pertama dan sampai sekarang kondisinya di Indonesia ada 15 kasus," kata Menkes Budi Gunadi.

"Di dunia itu, paling besar (kasus hepatitis misterius) ada di Inggris sebanyak 115 kasus. Kemudian di Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat."

Di Indonesia, dari jumlah 15 kasus hepatitis akut, Budi Gunadi tidak menyebut secara jelas, apakah keseluruhan kasus yang ditemukan masuk kategori konfirmasi, suspek atau probable.

3 dari 4 halaman

Tidak Semua Kasus Terdeteksi Adenovirus

Dalam pernyataan resmi 21 April 2022, CDC AS bekerja dengan Alabama Department of Public Health untuk menyelidiki 9 kasus hepatitis misterius pada anak-anak mulai dari usia 1 hingga 6 tahun. Tak satu pun dari anak-anak ini berada di rumah sakit karena infeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Kasus AS pertama diidentifikasi pada Oktober 2021 di rumah sakit anak-anak di Alabama yang menerima 5  anak dengan gangguan hati yang signifikan, termasuk beberapa gagal hati akut tanpa penyebab yang diketahui, yang juga dites positif terdeteksi Adenovirus.

Setelah diselidiki, tinjauan catatan rumah sakit mengidentifikasi 4 kasus tambahan, semuanya memiliki gangguan hati dan infeksi Adenovirus, tes laboratorium mengidentifikasi bahwa beberapa dari anak-anak ini memiliki Adenovirus tipe 41, yang lebih sering menyebabkan gastroenteritis akut pediatrik--gangguan Buang Air Besar (BAB).

CDC juga menyadari peningkatan kasus hepatitis pediatrik tanpa penyebab yang diketahui yang baru-baru ini dilaporkan di Eropa. Adenovirus telah dikonfirmasi di beberapa kasus Eropa, tetapi tidak semua.

Gejala hepatitis atau radang hati yang dilaporkan, antara lain demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut, urine berwarna gelap, tinja berwarna terang, nyeri sendi, dan penyakit kuning dan dapat disebabkan oleh virus.

4 dari 4 halaman

Penyelidikan Adenovirus dan Faktor Lain

Berdasarkan laporan CDC, Adenovirus menyebar dari orang ke orang dan paling sering menyebabkan penyakit pernapasan, tetapi tergantung pada jenisnya. Adenovirus juga dapat menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis (radang lambung atau usus), konjungtivitis (mata merah muda), dan sistitis (infeksi kandung kemih).

Adenovirus tipe 41 biasanya muncul dengan gejala berupa diare, muntah dan demam, disertai dengan gejala pernapasan. Meskipun ada laporan kasus hepatitis pada anak dengan gangguan sistem imun dengan infeksi Adenovirus, Adenovirus tipe 41 tidak diketahui sebagai penyebab hepatitis pada anak yang sehat.

Senjalan dengan CDC, UKHSA Inggris juga melakukan penyelidikan hepatitis misterius yang berhubungan dengan Adenovirus. Adenovirus adalah virus yang paling sering terdeteksi dalam sampel yang diuji di Inggris.

Namun, karena tidak umum adanya hepatitis dari infeksi Adenovirus pada anak-anak, penyelidikan terus berlanjut ke faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi. Ini termasuk SARS-CoV-2 atau infeksi lain, perubahan kerentanan yang mungkin disebabkan oleh pengurangan paparan selama pandemi atau perubahan genom Adenovirus itu sendiri.