Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat mengaku telah membentuk tim ahli kesehatan untuk mendeteksi keberadaan penyakit hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology) pada anak.
Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, tim ahli kesehatan yang bersiaga itu dari seluruh Dinas Kesehatan di 27 kabupaten dan kota, laboratorium kesehatan daerah (Labkesda), Rumah Sakit Kementerian Kesehatan Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) serta kantor kesehatan pelabuhan (KKP).
Baca Juga
"Di luar negeri sudah ada banyak yang meninggal dunia, juga terduga (pasien) di Jakarta. Saya laporkan di Jawa Barat belum ada dan mudah - mudahan tidak ada. Sehingga imbauan ke masyarakat yang pertama jangan panik. Seperti biasa kita sudah mengalami jatuh bangun oleh pandemi, kunci keberhasilannya mulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat adalah tenang saja negara sudah siap," ujar Ridwan Kamil, Senin, 9 Mei 2022.
Advertisement
Ridwan Kamil mengatakan kesiapan soal ruang isolasi dan berbagai alat medis berteknologi tinggi telah dipersiapkan guna mengantisipasi paparan penyakit hepatitis akut misterius.
Salah satu fasilitas yang ditinjau langsung antisipasi penyakit hepatitis akut oleh Ridwan Kamil adalah di RSHS Bandung.
"Bahkan alat - alat teknologi molekuler terbaru saya lihat sudah dimiliki, kemudian ruangan juga sudah disiapkan. Jaga - jaga penyakit ini ada di Jawa Barat," kata Ridwan Kamil.
Saat ini ruangan isolasi perawatan pasien di RSHS hanya diisi enam orang. Tiga orang dewasa dan tiga orang anak kategori pasien coronavirus disease 2019 (COVID-19).Â
Â
Â
Jalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Ridwan Kamil menegaskan agar terhindar dari penyakit hepatitis adalah menjalankan hidup sehat karena masuk dalam penyakit infeksi menular khusus.
"Bisa menular melalui pernapasan. Jika menular melalui pernapasan pakailah masker, jaga jarak, kurangi kerumunan dan lain sebagainya," ucap Ridwan Kamil.
Otoritasnya tetap waspadai dan mengedukasi warga khususnya orang tua yang memiliki anak-anak agar membiasakan aktivitas sehat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Imbauan Ridwan Kamil kepada masyarakat lainnya rutin mencuci tangan dengan sabun, memakan makanan yang matang dan bersih, tidak bergantian alat makan dengan orang lain, menghindari kontak dengan orang sakit, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, serta mengurangi mobilitas.
"Kita terus edukasi warga khususnya orang tua yang punya anak-anak di pandemi COVID-19 harus waspadai juga sebuah situasi baru terkait hepatitis yang tiba-tiba meningkat. Caranya sama seperti protokol kesehatan COVID-19," jelas Ridwan Kamil.
Advertisement
Jabar Waspada
Status kondisi kesehatan Jawa Barat sendiri adalah waspada terhadap penyakit yang telah dinyatakan badan kesehatan dunia, WHO sebagai kasus luar biasa.
Pada 5 April 2022 WHO telah menerima laporan dari Inggris Raya mengenai 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.
Usai secara resmi ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh WHO pada tanggal 15 April 2022, jumlah laporan terus bertambah. Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara.
Kisaran kasus terjadi pada anak usia satu bulan sampai dengan 16 tahun. Sejumlah 17 anak di antaranya memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.
Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal seperti nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah dan sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.Â
Langkah Strategis Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan bergerak cepat mengambil langkah-langkah strategis mencegah penyebaran kasus hepatitis akut. Salah satunya dengan memperkuat fasilitas kesehatan (faskes).
"Penguatan faskes dengan adanya rumah sakit rujukan untuk penanganan kasus hepatitis akut yang berat seperti Rumah Sakit Sulianti Saroso. Termasuk pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti terkait penyebab hepatitis akut berat ini," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi seperti dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan, Jumat, (6/4/2022).
Kementerian Kesehatan telah menunjuk Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut. Selain itu, Kementerian juga telah mengirimkan surat kewaspadaan kepada Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota yakni Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Hal ini sebagai upaya peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian infeksi hepatitis akut pada anak. Harapannya setiap kasus yang memiliki gejala serupa dengan hepatitis akut misterius segera dilaporkan.
Advertisement