Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak rentan mengalami demam usai Lebaran. Biasanya disebabkan perubahan pola makan, kurangnya istirahat, udara di lingkungan baru, dan ritme tubuh yang berubah saat liburan.
Guna memastikan bahwa anak demam adalah dengan mengecek suhu. Namun, cek suhu pun memiliki tatalaksana yang tepat untuk memeroleh hasil yang akurat.
Baca Juga
Sebab, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR dr Anggraini Alam SpA(K), mengatakan, hasil yang didapat akan berbeda tergantung kapan cek suhu dilakukan.
Advertisement
"Suhu normal zaman sekarang adalah 36,8 derajat Celsius. Dibanding dulu-dulu, suhunya lebih dingin, jadi, lebih rendah," kata Anggraini dalam webinar Serba-Serbi Penyakit Anak Pasca Lebaran pada Selasa, 10 Mei 2022.
Menurut Anggraini, suhu tertinggi terdapat di pagi hari, yaitu di kisaran pukul 09.00. Suhunya berkisar 36,4 sampai 37 derajat Celsius. Akan tetapi suhu tubuh berubah rendah di siang hari.
Anggraini, mengatakan, jangan kaget kalau saat cek suhu di siang hari didapatkan hasil 35,9 derajat Celsius atau paling tinggi 36,5 derajat Celsius.
"Paling tinggi justru di malam hari, antara pukul 07.00 atau 08.00 adalah suhu tertinggi," ujarnya.
Tidak hanya waktu, alat yang digunakan untuk mengecek suhu tubuh anak pun turut memengaruhi. Misalkan saja pada bayi yang tidak tepat bila menggunakan pengecek suhu yang ditembakkan ke telinga.
"Itu kurang akurat karena liang telinganya masih kecil sekali, masih sempit, sehingga gendang telinganya tidak terukur dengan alat tersebut," katanya.
Â
Cek Suhu Guna Ketahui Anak Demam atau Tidak
Menurut Anggraini, paling nyaman adalah menggunakan alat pengecek suhu yang langsung diarahkan ke dahi atau lengan. Bisa juga dengan meraba area tersebut.
"Tetapi tentunya si ibu jangan habis cuci tangan atau wudhu. Sehingga tangan si ibunya turut memengaruhi dalam menentukan suhu tubuh anak," katanya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa satu persen populasi anak di dunia begitu dirasa demam langsung dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Ternyata, kata Anggraini, seperempat dari anak yang dibawa ke IGD memang butuh tatalaksana di rumah sakit.
Lantas, bagaimana di Indonesia? Kira-kira apa saja penyebab demam apa anak?
Dari studi yang keluar lima tahun lalu, penyebab demam pada anak di Indonesia adalah :
1. Dengue virus
2. Tipes atau paratyphi atau Salmonella Typhi
3. Influenza
4. Leptospira
5. Chikungunya
Dan, kata Anggraini, tentu saja COVID-19 pun masih harus diwaspadai. Sehingga jangan anggap enteng bila anak tiba-tiba demam.
Â
Advertisement
Anak Demam Usai Lebaran
Kalau anak demam setelah Lebaran --- selain saat ini masih ada COVID-19 --- dengue virus pun jangan terlewatkan.
Kalau ternyata demam yang terjadi pada anak sudah seminggu tapi belum juga reda, ditambah napsu makannya tidak terkontrol semua makanan dimakan, bisa juga karena tipes atau paratyphi.
Apabila disertai adanya sakit kepala, sakit tenggorokan, selain COVID-19, ingat juga bahwa ada yang namanya influenza.
"Selama mudik di tempat kakek neneknya main di lapangan becek-becek, eh, ada hewan-hewan dan si anak banyak luka-luka di kakinya, lalu main kotor tapi lupa untuk dimandikan kemudian demam, leptospira hati-hati," katanya.
"Gejalanya demam, sakit-sakit badannya," Anggraini menambahkan.
Kalau kondisi anak semakin buruk, yang ditakutkan sudah menyerang hati dan terjadilah hepatitis.
Â
Pemeriksaan Dini Bila Anak Demam
Anggraini mengingatkan para orangtua untuk senantiasa memantau kesehatan anak-anaknya. Di tengah pandemi COVID-19, pemeriksaan dini sangat membantu karena virus yang ada saat ini menular dengan sangat cepat.
Menurut Anggraini, dengan mengetahui penyebab demam anak, bisa segera dilakukan penanganan penyakit.
"Sebagian besar gejala pada anak tidak berat, sehingga melakukan pemeriksaan cepat pada zaman COVID-19 sangat membantu," ujarnya.
Anggraini pun menekankan bahwa semua penyakit infeksi menunjukkan demam. Pengecekkan tubuh dapat dilakukan. Bila didapat angka yang tinggi, bisa mengecekkan langsung kondisi anak ke dokter.
Advertisement