Sukses

Hari Perawat Internasional 2022, Ingatkan Beban Kerja hingga Persoalan Gaji

Hari Perawat Internasional 2022 mengambil tema Suara untuk Memimpin. Tema tersebut dipilih di tengah banyak perawat yang bertugas dalam ketidakamanan. Belum lagi upah yang dianggap tidak sepadan dengan pekerjaan berat

Liputan6.com, Jakarta Hari ini, 12 Mei, dunia memperingati Hari Perawat Internasional (International Nurses Day). Tahun ini tema yang diambil adalah Suara untuk Memimpin.

Tema tersebut dipilih di tengah banyak perawat yang bertugas dalam ketidakamanan. Belum lagi upah yang dianggap tidak sepadan dengan pekerjaan berat. Maka dari itu tema itu diambil agar para perawat dan petugas medis melakukan suatu tindakan dalam pekerjaannya lewat strategi yang bermakna. Sehingga bisa menghasilkan tindakan dan memperbaiki sistem dalam praktek klinis.

"Perawat telah memberikan segalanya dalam perang melawan COVID-19, Ebola, di daerah bencana dan di zona perang," kata Presiden Konsil Perawat Internasional (International Council of Nurses/ICN), Pamela Cipriano.

"Namun, mereka terus menghadapi kekurangan staf, kurangnya perlindungan, beban kerja yang berat, dan upah yang rendah. Saatnya sekarang untuk mengambil tindakan nyata untuk mengatasi keselamatan kerja, melindungi perawat dan menjaga kesehatan fisik dan mental mereka," lanjutnya mengutip laman resmi ICN dikutip Kamis (12/5/2022).

Belum lagi, sekitar 70 persen perawat adalah perempuan. Namun hanya 25 persen dari mereka yang memiliki kesempatan untuk memimpin. Belum lagi banyak perawat yang menanggung beban kerja yang berat tapi tidak dihargai. Lalu, saat di rumah masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

"Maka dari itu, ICN ingin membantu memberdayakan wanita dan mempromosikan kesetaraan gender dalam dunia keperawatan," cerita Pamela mengenai tema Hari Perawat Internasional 2022.

2 dari 3 halaman

Sejarah Hari Perawat Internasional: Kenang Florence Nightingale

Hari Perawat Internasional jatuh setiap tanggal 12 Mei. Ini merupakan tanggal lahir perawat modern yang membuat perubahan besar dalam keperawatan dunia. Dia adalah Florence Nightingale.

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia, 12 Mei 1820. Wanita berdarah Italia ini tutup usia pada 13 Agustus 1910, umur 90 tahun, di London, Inggris.

Florence merupakan salah satu pelopor perawat modern. Florence wanita pertama yang mengubah kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan menjadi juru rawat. 

Florence bukan hanya seorang perawat tapi ia juga seorang penulis dan ahli statistik. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Di usia 31 tahun, Florence sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun, semuanya ia tolak karena Florence merasa terpanggil mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dan mengabdikan dirinya untuk dunia keperawatan.

 

3 dari 3 halaman

Sang Bidadari Berlampu

Florence juga terjun membantu merawat tentaran dan korban Perang Crimea. Ini adalah perang yang membuat tentara Inggris Raya yang terluka di Laut Hitam dalam Perang Crimea sudah mencapai 18 ribu orang pada 1854.

Florence terjun membantu merawat korban perang Crimea usai mendapat permintaan dari sang sahabat, Sidney Herbert.

Sesampainya di rumah sakit, ia begitu terkejut. Sanitasi sangat buruk dan alat-alat medis tidak higienis. Bahkan, serangga beterbangan di lorong rumah sakit yang juga dipenuhi kotor dengan feses manusia.

Florence melihat para prajurit itu justru lebih banyak meninggal akibat penyakit menular daripada akibat luka di medan pertempuran.

Kemudian, Florence membeli ratusan sikat lantai dan meminta pasien yang sudah membaik untuk membersihkan rumah sakit.

Perjuangan merawat korban Perang Krimea terus berlanjut. Hingga Florence Nightingale mendapatkan julukan The Lady with The Lamp (Bidadari Berlampu) karena setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan menolong dalam keadaan gelap gulita. Berkat Florencelah banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

Â