Sukses

Hand Sanitizer Tak Efektif Basmi Adenovirus

Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimat Hendarwan menyampaikan bahwa hand sanitizer tidak efektif untuk melawan Adenovirus yang disebut-sebut memiliki kaitan dengan hepatitis akut misterius.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimat Hendarwan menyampaikan bahwa hand sanitizer tidak efektif untuk melawan Adenovirus yang disebut-sebut memiliki kaitan dengan hepatitis akut misterius.

“Kalau kita membaca pedoman World Health Organizations (WHO) memang yang disarankan adalah regular hand washing (cuci tangan dengan sabun dan air mengalir),” kata Harimat dalam seminar daring BRIN, Kamis (12/5/2022).

Ia juga melihat referensi dari pernyataan dokter yang merupakan juru bicara American Academy of Pediatric. Dokter tersebut mengatakan bahwa hand sanitizer berbasis alkohol tidak bekerja dengan baik untuk melawan Adenovirus.

Lantas, apakah pedoman pencegahan perlu diubah agar masyarakat lebih memilih mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir ketimbang hand sanitizer?

“Kalau harus mengubah pedoman tentunya harus didiskusikan lagi dengan pemangku kepentingan terkait, dengan Kementerian Kesehatan dan sebagainya, mungkin dengan para pakar juga untuk menentukan ini harus diubah atau tidak.”

“Namun, perlu kita perhatikan juga, hand sanitizer berbasis alkohol ini efektif terhadap 90 persen jenis kuman ataupun virus.”

Perlu penelaahan lebih lanjut untuk betul-betul meyakini bahwa hand sanitizer berbasis alkohol ini memang tidak efektif, lanjutnya.

“Saya melihat perlu penelaahan lebih lanjut untuk betul-betul meyakini bahwa hand sanitizer berbasis alkohol ini memang tidak efektif karena dari beberapa referensi yang saya baca sih memang demikian. Namun tentunya penegakan ke arah evidence tadi  perlu referensi lain yang lebih menunjang.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Terkait Adenovirus

Harimat menambahkan, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari kejadian hepatitis akut unknown origin ini, tapi salah satu dugaan atau hipotesis yang sedang ditelusuri adalah keterkaitan antara Adenovirus dengan kejadian ini.

WHO juga mengatakan pada Selasa, 10 Mei, bahwa 348 kemungkinan kasus hepatitis akut yang misterius telah diidentifikasi.

Di waktu bersamaan penelitian tentang peran potensial Adenovirus dan infeksi COVID-19 semakin meningkat.

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan hipotesis utama tetap yang melibatkan Adenovirus.

“Adenovirus merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan sakit dari ringan sampai berat (severe). Secara umum dikenal sebagai patogen yang biasanya menyebabkan infeksi yang self-limited.”

Virus ini menyebar dari orang ke orang dan lebih umum menyebabkan penyakit saluran pernapasan, walaupun tergantung pada jenisnya, dapat juga menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis (peradangan pada lambung atau usus halus), konjungtivitis (mata merah), sistitis (infeksi kandung kemih), dan bisa juga menyebabkan gangguan saraf (neurological disease).

3 dari 4 halaman

Pada Orang Dewasa?

Belum lama ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan bahwa kasus hepatitis akut yang misterius di Jakarta berjumlah 21 orang.

Bahkan dari jumlah tersebut, ada pasien dewasa. Padahal kasus di dunia selama ini menunjukkan bahwa hepatitis akut hanya terjadi pada anak usia 0 hingga 16 tahun.

"Yang harus diketahui, ternyata hepatitis akut ini tidak hanya untuk anak-anak bahkan juga orang dewasa," kata Riza di Balai Kota Jakarta, Rabu (11/5/2022) mengutip News Liputan6.com.

Lantas, apakah hepatitis akut memang berpotensi menyerang orang dewasa?

Harimat Hendarwan kemudian memberi tanggapan atas pertanyaan tersebut.

Menurutnya, jika hepatitis akut memang ditemukan pada orang dewasa maka penyakit tersebut bukan lagi unknown origin in children tapi origin untuk seluruh usia.

“Saya melihatnya begini, kasus awal itu 0 sampai 10 tahun kemudian berkembang menjadi 16 tahun. Ini masih banyak hal yang belum kita ketahui, patogenesisnya bagaimana, patofisiologinya seperti apa, bahkan etiologinya sendiri kita belum tahu.”

“Jadi saya belum berani menjawab pertanyaan apa bisa pada orang dewasa atau tidak, kecuali nanti kita telusuri dulu yang kasus orang dewasanya ini bagaimana. Apakah memenuhi kriteria atau tidak,” ujar Harimat dalam seminar daring BRIN, Kamis (12/5/2022).

4 dari 4 halaman

Perlu Penelusuran Lebih Lanjut

Jika kasus yang disebutkan oleh Ahmad Riza Patria sudah sesuai kriteria unknown origin dan sudah diyakini valid maka akan dilaporkan ke otoritas yang berkompeten. Misalnya, ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sebagainya, lanjut Harimat.

“Mohon pendapat yang lebih tajam lagi dari para ahli untuk menyimpulkan apakah ini kemudian lari atau keluar batasan yang children atau tidak.”

“Jadi sejujurnya mohon maaf saya sendiri masih mencoba untuk menelusuri atau mempelajari lebih lanjut apakah ini memang bisa ke arah orang dewasa atau tidak. Kaitannya kenapa dia pada anak dan sebagainya juga kan kita belum terlalu jelas.

Ke depannya, kemungkinan hal ini juga akan menjadi perhatian khusus peneliti untuk menelusuri apakah betul terjadi pada orang dewasa juga.

“Tapi untuk saat ini barangkali saya belum berani untuk menyampaikan lebih jelas terkait hal tersebut karena perlu penelusuran lebih lanjut.”

Sebelumnya dilaporkan, hingga 10 Mei 2022, WHO mengatakan setidaknya telah muncul 348 kasus probable hepatitis akut unknown origin di 20 negara. Virus hepatitis akut hingga kini belum diketahui sumber penyebabnya (Unknown Aetiology) dan diperkirakan penyebaran virus ini akan terus bertambah.