Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiology) di Indonesia telah mencapai 18 orang.
Terkait hal tersebut, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso (rumah sakit rujukan pusat untuk kasus dugaan hepatitis akut) dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya mitigasi.
Baca Juga
Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi meluasnya penyakit hepatitis akut atau yang juga dikenal sebagai hepatitis misterius ini di Indonesia.
Advertisement
Syahril menjelaskan, langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi global seputar hepatitis akut secara cepat.
"Sejak ditemukan penyakit Hepatitis Akut di Inggris Raya, Kemenkes bergegas melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga kesehatan dari negara-negara lain seperti CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan Pemerintah Inggris untuk mendapatkan pembelajaran terkait dengan kondisi yang sedang terjadi," ujar Syahril dalam keterangan pers ditulis Sabtu, (14/5/2022).
"Kemenkes juga aktif informasi global maupun regional melalui informasi resmi yang dikeluarkan oleh WHO, CDC, dan Pemerintah Inggris," tambahnya.
Penyakit hepatitis akut sendiri pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada 5 April 2022 lalu. Setidaknya sudah 20 negara melaporkan adanya kasus hepatitis akut dengan jumlah sebanyak 228 orang, dan lebih dari 50 kasus tambahan yang juga sedang diselidiki.
Selanjutnya, langkah kedua yang dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan publik. Upaya tersebut dilakukan dengan adanya sosialisasi dan edukasi terkait kejadian hepatitis akut sejak akhir bulan April. Saat itu, ada tiga anak meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut. Namun, berdasarkan data hingga 13 Mei 2022, sudah 7 anak yang meninggal diduga terkait penyakit ini.
Â
Surat Edaran hingga Tatalaksana
Upaya sosialisasi dan edukasi ini juga dilakukan dengan Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia, termasuk melakukan sosialisasi langkah-langkah penanggulangan penyakit
Sebelumnya, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).
Dengan harapan, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan juga siap untuk melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Ketiga, Kemenkes juga berupaya untuk memperkuat deteksi dengan melakukan penyelidikan epidemiologi, melakukan analisis pathogen menggunakan teknologi Whole Genome Sequencing (WGS) dan pengembangan pelaporan kasus menggunakan sistem NAR.
Lebih lanjut Syahril menjelaskan, langkah keempat yang dilakukan berkaitan dengan disusunnya pedoman tatalaksana terkait kasus hepatitis akut.
Sejak ramainya perbincangan terkait hepatitis akut di Indonesia, Kemenkes pun telah menunjuk rumah sakit rujukan yakni RSPI Sulianti Saroso untuk kasus hepatitis akut yang ada.
Hal tersebut lantaran RSPI Sulianti Saroso dianggap memiliki tenaga kesehatan yang akseptabel dan fasilitas kesehatan yang juga memadai.
Advertisement
Anjuran untuk Lakukan Pencegahan
Dalam kesempatan yang sama, Syahril pun mengungkapkan bahwa masyarakat perlu untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan serangkaian pencegahan agar terhindar dari hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini.
Langkah-langkah pencegahan tersebut masih tak jauh berbeda dengan protokol kesehatan COVID-19 yang sudah ada. Berikut diantaranya.
1. Mencuci tangan pakai sabun
2. Memasak makanan dan minuman hingga matang
3. Menggunakan alat makan yang bersih
4. Menghindari kontak dengan orang sakit
5. Memakai masker
6. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan
Hal tersebut dikarenakan hepatitis akut diketahui memang dapat menular lewat saluran pernapasan dan saluran cerna. Sehingga upaya-upaya tersebut dianggap bisa untuk mencegahnya.
Bersamaan dengan itu, masyarakat juga diminta untuk waspada terkait gejala yang serupa dengan hepatitis akut seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare.
Gejala tersebut dapat berlanjut dengan perubahan warna air kencing hingga berwarna pekat seperti teh, warna feses putih pucat, kulit dan mata menguning, hingga penurunan kesadaran.
Segera Periksa Bila Ada Gejala
Bila anak atau orang sekitar menunjukkan gejala yang serupa dengan hepatitis akut, maka disarankan untuk langsung memeriksakan kondisi ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Kita mengingatkan agar masyarakat lebih peduli terhadap kejadian ini karena kejadiannya cepat sekali, maka kita tidak boleh menunda sampai ada gejala-gejala yang berat," ujar Syahril.
"Jangan menunggu sampai mata atau kulit kuning, sampai tidak sadar dan kejang-kejang. Tapi mulai dari gejala-gejala awal seperti mual, muntah diare harus segera ditangani agar tidak berlanjut ke gejala yang lebih berat," Syahril menuturkan.
Sejauh ini, dari 18 kasus yang ada di Indonesia, sembilan diantaranya masuk dalam status pending classification, tujuh discarded (sembuh), satu dalam proses verifikasi, dan satu probable.
Ketujuh kasus discarded yang ada terdiri dari 1 orang positif Hepatitis A, 1 orang positif Hepatitis B, 1 orang positif Tifoid, 2 orang demam berdarah dengue, 2 lainnya berusia lebih dari 16 tahun.
Selain itu, dari hasil investigasi kontak tidak ditemukan adanya penularan langsung dari manusia ke manusia.
Advertisement