Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Frekuensi Hubungan Seks Terbaik untuk Rumah Tangga yang Hangat dan Bahagia

Seks jadi salah satu aspek penting dalam kehidupan rumah tangga. Lalu, seberapa sering atau rutinkah pasangan harus berhubungan seks?

Liputan6.com, Jakarta Hubungan seksual jadi salah satu aspek penting dalam kehidupan rumah tangga. Anda pun mungkin pernah mendengar bahwa seks merupakan kunci dari rumah tangga yang hangat dan bahagia.

"Berhubungan seks secara teratur dapat membantu Anda tetap bahagia dan sehat, baik secara fisik maupun mental," ujar pakar hubungan, Julie Spira dikutip Elite Daily, Sabtu (14/5/2022).

"Bahkan saat Anda lelah karena jadwal kerja yang membuat stres, sebaiknya tetap meluangkan waktu untuk tetap berhubungan seks di akhir pekan bersama pasangan," tambahnya.

Julie menjelaskan, seks menjadi pengalaman yang dapat membuat pasangan untuk tetap terhubung satu sama lain. Tanpanya, hubungan dianggap bisa terganggu.

Penting pula untuk mengingat bahwa setiap pasangan menikmati seks secara berbeda. Frekuensi seks pada setiap pasangan pun dapat berbeda tergantung kebutuhan masing-masing.

Namun studi yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior ternyata menemukan frekuensi seks terbaik untuk hubungan yang hangat dan bahagia.

Studi tersebut menemukan bahwa rata-rata frekuensi seks terbaik ada pada kisaran satu minggu sekali atau sekitar 54 kali dalam satu tahun. Para peneliti menjelaskan bahwa hasil yang didapatkan tersebut belum mempertimbangkan hal lainnya seperti usia dan kondisi masing-masing pasangan.

Mereka pun mengakui bahwa setiap pasangan berbeda dan frekuensi seks akan bergantung pada seberapa sering Anda bertemu dalam setiap harinya.

Studi berbeda yang dipublikasikan dalam SAGE Journals bahkan menemukan bahwa frekuensi seks yang berlebihan justru bukanlah sesuatu yang baik.

2 dari 4 halaman

Rumah Tangga yang Hangat dan Bahagia

Dalam studi pada SAGE Journals tersebut, para peneliti menemukan bahwa berhubungan seks sekali dalam seminggu adalah pasangan yang paling bahagia.

Serta, peneliti menemukan bahwa berhubungan seks lebih dari satu kali dari seminggu tidak menjamin dapat meningkatkan kepuasan hubungan.

Menurut para peneliti, pasangan yang berhubungan seks dua kali seminggu, tiga kali seminggu, atau setiap hari sama puasnya dengan mereka yang melakukannya setiap minggu.

Tetapi sekali lagi, penting untuk tetap mengingat bahwa penelitian tersebut hanyalah salah satu contoh, dan tidak dapat mencakup keseluruhan hubungan atau keinginan Anda dan pasangan sendiri.

"Jadi jangan sampai statistik ini terjebak dalam pikiran Anda, dan jangan gunakan kehidupan seks sebagai barometer soal seberapa banyak seks yang seharusnya Anda lakukan," kata pelatih kencan dan hubungan, Frank Kermit.

"Terserah masing-masing pasangan untuk mencari tahu apa yang setidaknya perlu bagi mereka, dan paling masuk akal bagi mereka berdasarkan kebutuhan seksual individu dan batasan seksual pribadi," Frank menuturkan.

3 dari 4 halaman

Penyebab Jarang Berhubungan Seks

Mengutip sumber berbeda, terapis pernikahan dan keluarga dr Dana McNeil mengungkapkan penyebab apa saja yang dapat membuat pasangan jarang bahkan berhenti berhubungan seks.

Dana menjelaskan bahwa ada beberapa alasan dibalik mengapa pasutri berhenti berhubungan seks. Alasan paling umum yang terjadi ialah karena kelelahan akibat rutinitas sehari-hari. Aktivitas sejak pagi hingga sore hari dinilai sudah cukup menguras tenaga para pasangan.

"Bagi sebagian orang, seks masuk dalam daftar aktivitas (to-do-list) yang membuat mereka berpikir bahwa melakukannya harus dengan totalitas. Sehingga keinginan tersebut seringkali menghilang setelah lelah bekerja atau beraktivitas," kata Dana dikutip Bustle.

Terlebih, konflik-konflik yang belum terselesaikan juga bisa menjadi penyebab dari menurunnya frekuensi seks pasutri sehari-hari. Bahkan, hal kecil seperti pekerjaan rumah pun bisa memicu pasutri kehilangan minat antar satu sama lain.

"Sehingga menarik diri dari keintiman dianggap bisa melindungi pasangan dan jadi cara untuk mengambil kembali kendali hubungan yang sedang tidak dalam situasi yang baik," ujar Dana.

4 dari 4 halaman

Mengatasi Kurangnya Frekuensi Seks

Kabar baiknya, hubungan yang memiliki frekuensi seks minim merupakan kondisi yang dapat diubah.

Namun sebelumnya, para pasutri diharuskan untuk memahami terlebih dahulu inti masalah sebelum bergegas menyelesaikannya.

"Anda harus dapat mengidentifikasi keyakinan dan harapan seputar seks, juga peran yang Anda inginkan dalam hubungan. Mulailah dengan melakukan refleksi diri," ujar terapis pernikahan dan keluarga, Lesli Doares.

Setelah mengetahui sumber masalahnya, Anda dapat memulai percakapan yang terbuka dengan suami atau istri dan jujur dengannya tentang mengapa frekuensi di antara kalian berdua jadi masalah bagi Anda. Penting untuk melakukannya dengan cara yang tepat dan tidak menyudutkan mereka.

"Yang terpenting, terbukalah terhadap potensi bahwa perilaku Anda juga mungkin berkontribusi dalam masalah ini, dan cobalah untuk berempati dengan sudut pandang pasangan Anda. Ingat bahwa percakapan itu merupakan sesuatu yang jalan dua arah,” kata Lesli.

Artinya, Anda juga harus mau mendengarkan pikiran, perasaan, keyakinan, dan harapan pasangan. Dari sanalah, solusi biasanya bisa ditemukan.