Sukses

Epidemiolog: Status Endemi Bisa Dicapai Jika Kasus COVID Landai dan Tidak Ada Varian Baru

Tidak bisa sembarangan menentukan status endemi sekalipun kasus COVID melandai

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, Indonesia secara de facto telah menuju endemik COVID-19.

"Secara de facto (kenyataannya), Indonesia sudah menuju endemi," kata Muhadjir dalam keterangan tertulis pada Kamis, 12 Mei 2022.

Menurut Muhadjir, hal ini didasari indikator-indikator yang menunjukkan perbaikan situasi pandemi COVID-19, seperti angka kasus aktif COVID-19 hingga kematian yang menunjukkan penurunan.

"Intinya, pokoknya, dilihat dari angka kasus aktif, positivity rate, tingkat okupansi rumah sakit, kemudian angka kematian sekarang sudah ada tanda-tanda bukan tertinggi dari penyakit yang ada," Muhadjir menambahkan. 

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama kemudian menanggapi pernyataan tersebut.

Tjandra Yoga, mengatakan, kalau memang benar sudah ada pernyataan dari PMK, pihak PMK yang dapat menjawab secara pasti apa saja fakta di lapangan terkait Indonesia menuju endemi.

"Tetapi yang jelas kasus sudah melandai, kematian sudah ditekan, positivity rate sudah rendah dan reproductive number dikabarkan sudah di bawah satu. Kalau semua angka tetap landai dalam beberapa bulan ke depan maka tentu situasi akan terkendali," ujar Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis pada Sabtu, 14 Mei 2022.

Dia, menambahkan, status endemi dapat dicapai ketika angka-angka tersebut bisa tetap landai dalam beberapa bulan dan tidak ada varian baru COVID-19.

"Kalau angka-angka dapat tetap landai beberapa bulan dan juga kalau tidak ada varian baru," Tjandra Yoga menekankan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tergantung Skenario

Status endemi secara global juga belum bisa dipastikan kapan akan terjadi. Hal ini tergantung pada situasi di masa depan, apakah COVID-19 memburuk atau berangsur-angsur membaik.

"Ada 3 skenario, base scenario, best scenario dan worst scenario, tergantung apa yang akan terjadi di waktu mendatang," katanya.

Di sisi lain, lanjut Tjandra Yoga, masing-masing negara bisa saja menyebutkan bahwa di negaranya COVID-19 sudah terkendali.

Adapun strategi yang bisa dilakukan agar status endemi segera tercapai adalah public health and social measure, test, trace and treat (3T), dan vaksinasi.

Dalam keterangannya, Muhadjir juga menyampaikan bahwa meskipun memang kasus COVID-19 sudah semakin membaik, tapi masyarakat perlu tetap waspada dan berhati-hati.

Mengingat kasus meninggal dan yang terjangkit juga masih ada.

"Tetapi dilihat dari beberapa indikator itu kita sebetulnya de facto (secara fakta) sudah menuju ke endemi," kata Muhadjir.

Dia, mengatakan, transisi pandemi ke endemi ini dipertaruhkan paling tidak dua minggu setelah Idul Fitri.

Apabila pasca Idul Fitri tidak ada tambahan kasus yang signifikan, maka menurutnya, COVID-19 di Indonesia akan segera menjadi endemi.

"Taruhannya setelah libur tahunan ini. Kalau nanti setelah Idul Fitri, 2 minggu atau 3 minggu nanti tidak ada kenaikan kasus. Maka kita optimis segera transisi ke endemi," kata Muhadjir.

3 dari 4 halaman

Optimis Segera Endemi

Tak hanya Muhadjir, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo pun optimistis skema pasca pandemi semakin dekat. Terlebih, kata dia, situasi COVID-19 terus terkendali selama delapan minggu terakhir.

"Sejak 24 Maret hingga 12 Mei atau selama delapan minggu, angka reproduction rate konsisten di angka 1. Ini artinya selama 8 minggu, pandemi COVID-19 sudah terkendali, dan skema pandemi berakhir semakin dekat," kata Abraham, Jumat (13/5/2022).

Kendati begitu, dia menyampaikan pemerintah masih tetap menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Pemerintah juga terus memonitor angka kasus hingga beberapa minggu ke depan, untuk memastikan apakah ada lonjakan kasus.

Dia pun mengingatkan masyarakat untuk tidak tergesa-gesa mengendorkan protokol kesehatan. Masyarakat diminta menunggu hasil evaluasi penanganan COVID-19 pasca mudik lebaran.

"Prokes jangan sampai kendor. Jangan sampai masa kelam pandemi terulang. Kalau bisa kita sama-sama akhiri pandemi di tahun ini, dan fokus pada pemulihan ekonomi," tutur dia.

4 dari 4 halaman

Momentum Pengakhiran Pandemi

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menyatakan, pelaksanaan mudik dan perayaan Idul Fitri 2022 merupakan momentum pengakhiran pandemi COVID-19. Menurutnya, pelaksanaan mudik dan Lebaran yang lancar pun bisa jadi indikator penting dalam pengendalian pandemi menuju endemi COVID-19 di Indonesia dan dunia.

"Saya tentu berharap bahwa mudik kali ini menjadi indikator penting Indonesia berhasil mengendalikan pandemi dan sebagai awal dari pengakhiran pandemi, awal dari kita menuju situasi lingkungan endemi COVID-19 di Indonesia dan di dunia," tuturnya, Senin (9/5/2022).

Sementara itu, Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia tidak lagi dalam fase kedaruratan merespons pandemi COVID-19, melainkan transisi menuju endemi.

"Sebagaimana tertera pada data COVID-19 terkini, tampak adanya penurunan tren angka kasus COVID-19, perawatan di rumah sakit, termasuk layanan intensif dan kematian akibat virus Corona," ungkap Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 10 Mei 2022.

"Bisa dikatakan bahwa saat ini Indonesia sudah tidak lagi berada dalam kondisi kedaruratan dalam merespons pandemi COVID-19 dan mulai bertransisi menuju fase endemi."

Kabar membaiknya situasi COVID-19 juga terlihat dari tingkat hunian tempat tidur COVID-19 dan perilaku masyarakat. Adanya mobilitas tinggi, terutama selama libur Lebaran turut mendongkrak pemulihan ekonomi.

"Hal lain juga tercermin pada mulai menurunnya tempat hunian tempat tidur COVID-19 dan perilaku sosial ekonomi masyarakat, misalnya pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran menurun, indeks belanja meningkat, dan mobilitas (tinggi) masyarakat ke luar rumah," papar Wiku.