Sukses

5 Hal yang Perlu Diketahui Orangtua terkait Hepatitis Akut Misterius

Kasus hepatitis akut misterius atau acute hepatitis of unknown aetiology pada anak-anak masih berlanjut.

Liputan6.com, Jakarta Kasus hepatitis akut misterius atau acute hepatitis of unknown aetiology pada anak-anak masih berlanjut.

Karenanya, orangtua diminta untuk mewaspadai gejala hepatitis pada anak-anak mereka. Guna mendidik orangtua terkait gejala hepatitis akut, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengeluarkan peringatan kesehatan pada Selasa (10/5).

"Mendengar tentang penyakit hati yang parah pada anak-anak dapat mengkhawatirkan. Jika Anda memiliki pertanyaan tentang kesehatan anak Anda, hubungi penyedia layanan kesehatan anak Anda," tulis CDC mengutip ABC, Senin (16/5/2022).

CDC menambahkan bahwa orangtua harus menyadari gejala yang terkait dengan peradangan hati, termasuk demam, kelelahan, mual, dan penyakit kuning yang ditandai menguningnya kulit dan mata.

Hepatitis berarti peradangan hati. Ini dapat disebabkan oleh penggunaan alkohol berat, racun, beberapa obat, kondisi medis dan sering disebabkan oleh virus, menurut CDC.

Berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang peringatan CDC tentang hepatitis akut pada anak:

Bersifat Global

Pada April, para peneliti di Amerika Serikat dan Eropa mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki sekelompok kecil kasus yang muncul di seluruh dunia.

Hingga minggu ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 340 kemungkinan kasus hepatitis pada anak-anak telah dilaporkan di 20 negara.

Di AS, setidaknya ada 109 kasus hepatitis akut yang dikonfirmasi dengan lima kematian di lebih dari 25 negara bagian dan Puerto Riko, menurut CDC.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Selanjutnya

Penyebab Belum Diketahui

Penyebab kasus hepatitis yang dilaporkan pada anak-anak di AS masih belum diketahui, menurut CDC.

"Kami tidak tahu dan sedang menyelidiki peran apa yang dimainkan faktor lain dalam penyakit ini, seperti paparan racun atau infeksi lain yang mungkin dimiliki anak-anak," tulis badan tersebut dalam peringatan kesehatan terbarunya.

CDC juga menambahkan bahwa penyebab kasus hepatitis pada anak yang masih belum diketahui adalah hal yang tidak biasa.

Beberapa anak yang menderita hepatitis juga memiliki adenovirus tipe 41, sejenis virus yang dapat menyebabkan penyakit perut parah pada anak-anak, menurut CDC.

Adenovirus adalah berbagai jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga bronkitis akut, pneumonia, mata merah dan gastroenteritis akut, atau radang perut.

Vaksin Hepatitis Tidak Melindungi Terhadap Wabah Ini

Virus hepatitis adalah penyebab paling umum dari hepatitis di dunia, termasuk hepatitis A, B, dan C, tetapi mereka telah dikesampingkan dalam wabah terbaru.

Jenis hepatitis yang terlihat dalam vaksin ini tidak tercakup oleh vaksin hepatitis yang diterima anak-anak, menurut Dr. Jennifer Ashton, kepala koresponden medis ABC News.

"Kasus hepatitis ini tidak ada yang (tercakup oleh vaksin), jadi ini benar-benar membingungkan pejabat kesehatan masyarakat pada saat ini," kata Ashton pada Rabu.

3 dari 4 halaman

Tidak Terkait dengan Vaksin COVID-19

Hal keempat yang perlu diketahui orangtua terkait hepatitis akut misterius menurut CDC adalah, penyakit ini tidak terkait dengan vaksin COVID-19.

Pejabat kesehatan tidak percaya wabah saat ini dalam kasus anak-anak terkait dengan virus Corona baru atau vaksin COVID-19, menurut Ashton.

"Saya baru saja berbicara dengan direktur CDC, Dr. Rochelle Walensky," kata Ashton.

"Dia ingin saya menekankan bahwa sebagian besar kasus ini terjadi pada anak-anak berusia 2 hingga 5 tahun. Anak-anak ini, seperti yang kita semua tahu, tidak memenuhi syarat untuk vaksin COVID, jadi ini tidak ada hubungannya dengan vaksin."

Hubungi Dokter Jika Gejala Muncul

CDC telah menyarankan orangtua untuk mewaspadai gejala pada anak-anak mereka termasuk:

-Demam dan kelelahan

-Mual dan muntah

-Sakit perut

-Nyeri sendi

-Penyakit kuning 

-Menguningnya bagian putih mata atau kulit

-Perubahan dalam warna urine atau feses

Jika salah satu dari gejala tersebut muncul, orangtua harus menghubungi dokter anak-anak mereka secepat mungkin, menurut CDC.

Badan tersebut juga mendesak orangtua untuk memastikan anak mereka mengikuti semua vaksinasi dan mengikuti protokol kesehatan, seperti sering mencuci tangan, menghindari orang yang sakit, menutupi batuk dan bersin mereka dan menghindari menyentuh mata, hidung atau mulut.

4 dari 4 halaman

Di Indonesia

Hepatitis akut juga terjadi di Indonesia. Pada Jumat (13/5) Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH menyampaikan update hepatitis akut misterius di Tanah Air.

Menurutnya, hingga Jumat ada 18 kasus yang bergejala hepatitis akut misterius.

“Saya ulangi ada 18 kasus yang bergejala yang disebut dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya,” ujar Syahril dalam konferensi pers daring bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Jumat (13/5/2022).

Bahkan, dari kasus-kasus ini ada pula pasien yang meninggal dunia. Sejauh ini, pasien yang meninggal akibat hepatitis akut ada 7 orang.

“Dari 18 ini pasien ada yang meninggal 7 orang dan hidup 11 orang.”

Rincian lebih lanjut dari 18 kasus ini adalah, yang probable ada 1 orang, pending classification 9 orang, discarded 7 orang, dan dalam proses verifikasi 1 orang.

Sebarannya ada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sebaran terbanyak ada di DKI Jakarta yakni sebanyak 12 orang.

Lalu, dari data yang disampaikan Syahril dari 18 kasus, terbanyak pada anak usia 5 sampai 9 tahun.

“Dari 18 kasus ini ada 9 laki-laki dan 8 perempuan, satu lagi dalam proses verifikasi.”

Ia pun menampilkan jumlah kasus di masing-masing klasifikasi usia sebagai berikut:

-Usia 0-4 ada 4 kasus

-Usia 5-9 ada 6 kasus

-Usia 10-14 ada 4 kasus

-Usia 15-20 ada 4 kasus.

Dengan demikian, kasus paling banyak terjadi pada klasifikasi usia 5-9 tahun sebanyak 6 orang.