Sukses

Puluhan Hewan Ternak di Garut dan Tasikmalaya Terjangkit PMK, Jabar Bentuk Unit Respons Cepat

Menurut Kepala DKPP Jawa Barat M. Arifin Soedjayana, usai Dinas Peternakan Jawa Timur melaporkan adanya kasus PMK, otoritasnya langsung berkoordinasi dengan 27 daerah di untuk mencegah dan mewaspadai adanya temuan kasus PMK.

Liputan6.com, Bandung - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat membentuk unit respons cepat menyusul munculnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

Menurut Kepala DKPP Jawa Barat M. Arifin Soedjayana, usai Dinas Peternakan Jawa Timur melaporkan adanya kasus PMK, pihaknya langsung berkoordinasi dengan 27 daerah di Jawa Barat untuk mencegah dan mewaspadai adanya temuan kasus PMK.

“Jawa Timur melaporkan tanggal 5 Mei, dari informasi tersebut, kami langsung koordinasi dengan daerah agar meningkatkan kewaspadaan, juga membentuk Tim Unit Respons Cepat PMK. Ada laporan dari Garut diduga ada kasus PMK di sana,” ujar Arifin ditulis Bandung, Rabu, 18 Mei 2022.

Arifin mengatakan pada 7 Mei 2022, DKPP Jawa Barat bersama Tim Balai Veteriner Subang langsung mengambil sampel terduga PMK di Garut.

Selain di Garut, pada hari berikutnya sampel juga diambil di lokasi terduga di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Banjar.

“Sejumlah sampel terkonfirmasi 100 persen positif PMK,” kata Arifin.

Arifin merinci temuan kasus PMK positif ada di Leles, Garut sebanyak 25 ekor sapi potong, 3 ekor sapi perah dan 5 ekor domba.

Sementara di Tasikmalaya 18 sampel sapi dinyatakan positif PMK, dan 11 ekor sapi di Kota Banjar dinyatakan positif 100 persen PMK.

“Kami juga menggelar rapat koordinasi dengan stakeholder peternakan di Jabar, sekaligus inspeksi ke Pasar Hewan Tanjung Sari Sumedang dan Manonjaya, Tasikmalaya,” ucap Arifin.

 

2 dari 3 halaman

Surat Edaran Mewaspadai Penyebaran PMK

Atas adanya temuan itu, otoritasnya langsung menerbitkan surat edaran kepada kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten dan kota di Jawa Barat untuk mewaspadai penyebaran PMK.

Arifin mengaku saat ini tegah menyiapkan strategi dan rencana penutupan jalur pengeluaran ternak dan pasar ternak.

Selain itu juga penutupan pemasukan media pembawa dan melakukan pengawasan lalu lintas ternak terutama di dua checkpoint Losari dan Banjar.

“Dari 1 April sampai 10 Mei ada 5.025 ekor sapi potong, 294 domba, 578 kambing, dan 11 kerbau masuk lewat dua checkpoint itu yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali,” terang Arifin.

Hingga Selasa, 19 Mei 2022 otoritasnya aktif melakukan penelusuran dan pencegahan di sejumlah titik. Sekaligus memperkuat informasi dan sosialisasi terkait PMK, hingga vaksinasi dan pengobatan suportif.

“Strategi lain adalah biosecurity dan dekontaminasi,” tambah Arifin.

Guna memperkuat pencegahan dan kewaspadaan PMK di Jabar, pihaknya tengah menyusun surat edaran Gubernur Jawa Barat untuk Bupati dan Wali Kota terkait penanganan PMK.

Arifin mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik berlebihan dengan PMK.

"PMK bukan zoonosis, jadi penyakit ini tidak bisa menular dari hewan ke manusia. Aman mengonsumsi produknya selama dimasak dengan benar," tukas Arifin.

3 dari 3 halaman

PMK Jarang Menular ke Manusia

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyakit mulut dan kuku sangat jarang menular ke manusia.

"Kami sudah diskusi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku dominan di hewan, hampir tidak ada yang loncat ke manusia," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 9 Mei 2022. 

Kala itu, Budi menaggapi perihal ribuan hewan ternak di Jawa Timur terjangkit PMK. Budi juga menjelaskan bahwa PMK berbeda dengan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang ditularkan hewan kalelawar ke manusia. Berbeda pula dengan flu babi dan flu burung. Budi menekankan bahwa PMK hanya menular di hewan berkuku.

"Kalau penyakit mulut dan kuku memang adanya hanya di hewan yang berkuku dua. Sangat jarang yang loncat ke manusia. Jadi tidak usah khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.

Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku memang sangat menular di hewan. "Tapi sekali lagi, di manusia masih sangat jarang," kata Budi.