Liputan6.com, Jakarta - Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) dapat menjadi salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kanker serviks pada wanita, yang mana dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Berdasarkan anjuran yang ada, vaksin HPV sebaiknya diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual. Lalu, bagaimanakah keefektifannya jika diberikan pada mereka yang sudah melakukan hubungan seksual? Akankah vaksin HPV tetap efektif?
Baca Juga
Menurut Konsultan Onkologi Ginekologi dan Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Dr dr Andrijono, bila seseorang sudah melakukan hubungan seksual dan hendak melakukan vaksin HPV, maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih dulu.
Advertisement
Hal tersebut lantaran kanker serviks mungkin saja memiliki gejala yang tidak langsung terlihat. Terlebih menurut Andrijono, vaksin HPV menjadi tidak berguna bila seseorang sudah terkena kanker serviks.
"Takutnya nanti kalau divaksin dulu, tidak dilihat dulu serviksnya ada (atau tidak), ada kanker serviks yang tersembunyi," ujar Andrijono dalam seminar media bertema Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia oleh Roche Indonesia ditulis Jumat, (20/5/2022).
"Jangan sampai mereka sudah kanker serviks, kita vaksin. Itu enggak ada gunanya," Andrijono menuturkan.
Lebih lanjut Andrijono menuturkan bahwa vaksin HPV juga bisa diberikan pada usia sembilan sampai 45 tahun. Namun terdapat perbedaan dosis antara rentang usia tersebut.
"Bedanya kalau sembilan sampai 13 tahun itu dua dosis, kalau 14-45 itu tiga dosis," kata Andrijono.
Vaksin HPV Gratis
Berkaitan dengan vaksin HPV di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI sendiri telah menyampaikan bahwa vaksin satu ini sudah resmi akan masuk dalam daftar imunisasi wajib pada anak.
Vaksin HPV tersebut akan diberikan pada mereka yang berada di bangku kelas 5-6 SD secara gratis. Cara ini menjadi salah satu upaya pemerintah untuk menekan adanya angka kematian akibat kanker serviks.
Hal tersebut sempat disampaikan langsung oleh Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr Prima Yosephine beberapa waktu lalu.
"Target vaksin HPV gratis (vaksinasi program nasional) adalah anak perempuan usia sekolah kelas 5 dan 6 SD atau sederajat," ujar Plt Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr Prima Yosephine melalui pesan singkat pada Health Liputan6.com, Kamis, 21 April 2022.
Vaksinasi HPV akan diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) setiap bulan Agustus, yang mana berlangsung di sekolah masing-masing.
"Imunisasi HPV ini diberikan pada saat imunisasi anak sekolah setiap bulan Agustus," kata Prima.
"Untuk anak yang tidak bersekolah maka petugas kesehatan setempat akan mendata dan menentukan kapan dan dimana pelayanan akan dilaksanakan," tambahnya.
Advertisement
Minim Deteksi Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak dialami oleh perempuan Indonesia. Badan Organisasi Dunia (WHO) pada tahun 2020 lalu mencatat bahwa setidaknya ada 21.003 wanita Indonesia yang meninggal dunia akibat kanker serviks.
Padahal, kanker serviks menjadi salah satu penyakit yang bisa untuk dicegah. Namun prevalensi dan angka kematiannya masih kerap tinggi. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh minimnya kemauan masyarakat untuk melakukan deteksi dini.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Andrijono yang merujuk pada data Litbangkes, kebanyakan orang enggan untuk melakukan skrining kanker serviks.
"Mereka kebanyakan tidak mau skrining karena malu, enggan, dan belum merasa perlu karena tidak ada keluhan," ujar Andrijono.
Andrijono menambahkan, padahal deteksi yang dilakukan saat menunggu keluhan berarti kanker serviks sudah terjadi. Sedangkan bila sudah terdeteksi lebih awal atau saat belum ada keluhan sebenarnya dapat mencegah untuk risiko kanker itu sendiri untuk dapat berkembang lebih jauh.
"Jadi kenapa kanker serviks di Indonesia masih tinggi? Ya tadi, deteksi dininya tidak berjalan dengan baik," kata Andrijono.
Hambatan dalam Skrining
Menurut direktur sekaligus country manager diagnostics Roche Indonesia, Ahmed Hassan, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah rasa takut.
"60 persen masyarakat global masih menghadapi hambatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan berbagai alasan seperti kurangnya informasi, faktor biaya, hingga ketakutan terhadap hasil tes yang positif," ujar direktur sekaligus country manager diagnostics Roche Indonesia, Ahmed Hassan.
Menurut Ahmed, hal tersebut menjadi hambatan dalam melakukan deteksi dini suatu penyakit. Padahal jika terlambat terdeteksi, angka harapan hidup pasien kanker serviks juga menurun sebanyak 20 persen.
Lebih lanjut Andrijono mengungkapkan bahwa sebenarnya deteksi dini merupakan hal yang mutlak harus dilakukan pada wanita yang sudah melakukan hubungan seksual.
“Perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap risiko penularan virus HPV. Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks," kata Andrijono.
Advertisement