Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pentingnya upaya promotif preventif dalam mengatasi penyakit tidak menular (PTM) dalam diskusi Heart Health for Development pada World Heart Summit, Sabtu (21/5) di Jenewa, Swiss.
"Sangat penting untuk dibicarakan soal upaya promotif preventif. Ini jauh lebih murah dibandingkan menjalani pengobatan," ujarnya mengenai upaya pencegahan menghindari berbagai penyakit.
Baca Juga
Dalam upaya pencegahan, menurut Budi, harus dilakukan intervensi yang lebih serius. Merujuk pada pola hidup setiap individu berbeda-beda, sehingga perlu pendekatan yang tepat dalam memberikan pemahaman mengenai upaya promotif preventif.
Advertisement
Teknologi dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan guna memudahkan dalam memberikan edukasi secara digital. Langkah tersebut juga akan memudahkan masyarakat mendapatkan edukasi terkait upaya pencegahan penyakit.
"Jadi cara orang berperilaku berbeda. Cara sektor kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kita harus menggunakan teknologi dan mengidentifikasi dengan baik," ucap Budi, dikutip dari laman Sehatnegeriku.
World Heart Summit adalah kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Federasi Jantung Dunia (World Heart Federation). Ajang ini mempertemukan para pembuat kebijakan, peneliti, perusahaan dan konsultan kesehatan, serta komunitas global kardiovaskular. Tujuannya, guna memperkuat respons global terhadap penyakit tidak menular.
Pada tahun ini, untuk pertama kalinya KTT akan disiarkan secara langsung sehingga memungkinan masyarakat dunia mengikuti sesi, berinteraksi dengan peserta lain, dan terinspirasi saat kita bekerja sama untuk menciptakan dunia yang lebih sehat dan adil.
Gerakan Bulan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular
Terkait pencegahan penyakit menular, Indonesia tengah melaksanakan Gerakan Bulan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular yang dimulai serentak pada 18 Mei 2022 di Balai Kota Depok, Jawa Barat. Gerakan ini akan berlangsung selama satu bulan, hingga 18 Juni 2022, dengan sasaran usia 15 tahun ke atas.
Dalam pelaksanaan gerakan ini, dilakukan berbagai pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan antropometri, pengukuran tekanan darah, gula darah, pemeriksaan tajam penglihatan dan tajam pendengaran, serta penyakit paru obstruktif kronik. Sementara khusus bagi wanita usia 30-50 tahun yang sudah menikah, dilakukan pemeriksaan IVA dan SADANIS.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan penyakit tidak menular merupakan masalah yang semakin mengkhawatirkan di dunia, termasuk Indonesia. Setiap tahun jumlah kasus terus meningkat, seiring dengan meningkatnya faktor risiko, seperti konsumsi gula dan garam yang tinggi, merokok, dan rendahnya aktivitas fisik.
Riset Kesehatan Dasar yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya 3 dari 10 PTM yang terdeteksi.
“Jadi kalau ada 10 orang PTM yang berpenyakit gula, yang terdeteksi hanya 3 orang. Tujuh lainnya terdeteksi setelah dilakukan skrining ulang. Selebihnya tidak mengetahui bahwa dia sakit dan tidak menunjukkan gejala,” jelas Wamen Dante saat mencanangkan Gerakan ini di Depok, Jawa Barat (18/5).
Advertisement
Jangan tunggu hingga sakit
Sementara untuk penyakit kanker, Dante menjelaskan, 7 dari 10 penderita terdeteksi pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan PTM pada penderita yang terdeteksi tersebut awalnya sering muncul tanpa gejala.
Jika ada gejala pun sering diabaikan oleh penderita karena dianggap tidak terlalu berpengaruh pada rutinitas. Ia menekankan bahwa tantangan pada setiap deteksi dini PTM ini adalah menghilangkan stigma.
Lebih lanjut Wamen Dante menjelaskan bahwa deteksi dini ppenyakit tidak menular ini penting untuk menekan kematian dini. Jika deteksi penyakit dapat segera, maka dapat memberikan anjuran kepada penderita untuk berobat secara langsung dan berobat secara berkelanjutan.
“Tidak harus menunggu pada saat itu sakit,” tegas Dante.
Lakukan Deteksi Dini Berkala
Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Elvieda Sariwati menyatakan bahwa gerakan ini untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya deteksi dini PTM guna menurunkan kematian dini akibat penyakit tidak menular.
Pencanangan yang juga dihadiri secara daring oleh kepala daerah provinsi maupun kab/kota se-Jawa dan Bali beserta dinas kesehatan, dan organisasi profesi juga untuk meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan kolaborasi lintas sektor dalam percepatan pencapaian cakupan deteksi dini PTM.
“Cakupan ini merupakan bagian dari Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan, khususnya layanan usia produktif dan lanjut usia (lansia),” jelas Elvieda.
Untuk itu, deteksi dini PTM ini harus dilakukan secara berkala, yaitu 3 tahun sekali untuk deteksi dini kanker dan minimal setahun sekali untuk PTM lainnya, jika tidak mempunyai faktor risiko. Promosi Kesehatan untuk pencegahan PTM akan terus dilakukan sebagai bagian upaya promotif-preventif, yaitu dengan melakukan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stress).
Advertisement