Liputan6.com, Jakarta - Mengenang Achmad Yurianto yang pernah menjadi Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 termasuk sosok humoris. Selama menyampaikan perkembangan COVID-19 di layar kaca, sorotan publik pun turut menyasar padu padan batik dan masker yang dikenakannya terlihat selaras.
Egy Massadiah yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo periode 2019-2021 mengisahkan, sosok Achmad Yurianto yang meninggal dunia pada Sabtu, 21 Mei 2022. Sebelum meninggal, Yuri, sapaan akrabnya dikabarkan mengalami stroke pasca kemoterapi kanker usus.
Baca Juga
"Ketika Pak Yuri presscon (press conference), yang tak luput dari perhatian adalah floor director. Floor director bertugas mengingatkan Yuri dengan timer. Misal, menit pertama sampai ketujuh bagian pengantar, menit kedelapan sampai ke-10 ganti topik kanal informasi dengan background angka atau statistik di belakang," cerita Egy melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 21 Mei 2022 malam.
Advertisement
"Intervensi yang sederhana, tapi hasilnya lebih terarah. Praktis, sejak Maret hingga Juli 2020, Yuri bicara non-setop. Pemirsa makin berkenan dengan performanya. Terhadap tim asistensi, Yuri makin rileks."
Dari sisi pergaulan, Egy memotret kepribadian Yurianto yang humoris. Setiap kali sebelum tampil di layar kaca, Yuri yang terpilih menjadi Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan rupanya suka bercanda. Hal ini tentu berbeda tatkala Yuri tampil dengan ekspresi yang selalu serius.
"Jauh seperti yang Anda saksikan di layar kaca. Dalam pergaulan, Yuri sangat humoris. Sangat boleh jadi, ketika berbicara di televisi, Anda melihat Yuri yang serius," imbuhnya.
"Asal Anda tahu, menit-menit sebelum tampil, dia banyak bercanda bersama anggota tim. Ketika suasana kerja makin kondusif, ide-ide segar pun mengalir deras."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Padu Padan Batik-Masker yang Selaras
Setiap konferensi pers perkembangan COVID-19, menurut Egy Massadiah, Achmad Yurianto sampai keratif terkait urusan fashion. Tak heran, Yuri setiap hari tampil dengan batik yang berbeda.
Bukan saja berbeda, tapi sesekali Yuri mengenakan batik motif custom, seperti batik virus Corona, motif burung elang, motif flora dan fauna. Yang lebih menarik adalah ketika Yuri memadu-padankan pakaian batik dengan masker yang selaras.
"Anda tentu berpikir, 'Ada butik yang meng-endorse busana Yuri.' Keliru. Semua batik itu adalah hasil jahitan tangan istrinya. Istri Yuri pula yang menyiapkan baju dan masker suami," tutur Egy yang menuliskan kisah Yuri dalam buku berjudul, Titik Nol Corona.
"Setelah berjalan beberapa hari, teman-teman istri Yuri kemudian berinisiatif menjahitkan baju batik juga buat Yuri. Termasuk maskernya. Itu yang sesungguhnya terjadi. Dampaknya, masker batik viral. Ibu-ibu ini termasuk yang kecipratan pesanan."
Selanjutnya, yang tidak terduga adalah permainan bingo' atau tebak-tebakan seputar, Pak Yuri pakai baju batik apa hari ini? Sejumlah wartawan bahkan ikut-ikutan dalam permainan ini.
"Terang sudah, audiens berkenan dengan acara press conference Yuri. Bahkan ada peningkatan jumlah audiens yang menyaksikan penampilannya. Termasuk para policy maker yang ingin meng-update angka atau data terakhir," lanjut Egy.
Ketika gimmick marak seputar motif batik apa yang dikenakan Yuri hari ini? disusul gimmick-gimmick lain. Misal, permainan bingo kata-kata. Ada beberapa kata yang sangat sering diucapkan Yuri, seperti "oleh karena itu”, “adalah”. “maka dari itu”, “kita yakin kita bisa”, serta logat Jawa yang medok.
Advertisement
Keinginan Foto Bersama Achmad Yurianto
Melejitnya nama Achmad Yurianto membuat beberapa orang, diketahui khusus datang ke Graha BNPB untuk melihat penampilannya secara langsung. Bahkan ada satu ibu-ibu datang meminta izin untuk diperkenankan mengabulkan permohonan anaknya yang penyandang disabilitas: ingin bisa berfoto bareng Yuri.
"Dikabulkanlah keinginan itu. Sebab, Yuri adalah sosok yang humanis. Maka, esoknya pun terjadi pemandangan yang sangat mengharukan. Usai jumpa pers, seorang anak disabilitas terkabul keinginannya berfoto bersama Yuri," Egy Massadiah menuturkan.
Satu lagi peristiwa yang mirip, tetapi sedikit berbeda. Ada juga seorang anggota tim transkrip. Karena kebijakan Work From Home (WFH), maka i mengerjakan tugas transkrip materi Yuri dari rumah. Ketika era Gugus Tugas berakhir, maka berakhir pula tugas Yuri sebagai jubir yang setiap hari “manggung”.
"Staf transkrip ini menyampaikan perasaannya yang sangat sedih. Bukan karena pekerjaan mentranskrip sudah selesai, tapi karena selama Maret hingga Juli 2020 mentranskrip keterangan pers Yuri, ada satu keinginan terpendam yang belum tersampaikan, yakni ingin berfoto bareng Yuri," ucap Egy.
"Kisah itu akhirnya sampai ke telinga Yuri. Apa yang terjadi? Yuri menanyakan nama dan alamat petugas transkrip itu, dan segera meluncur ke rumahnya. Anda bisa bayangkan betapa bahagianya staf transkrip itu. Bukan saja bisa berfoto bersama Yuri, lebih dari itu, Yuri sendiri yang datang ke rumahnya."
Melukis Sendiri Motif Batik yang Dikenakan
Cerita lainnya terjadi juga di kediaman Achmad Yurianto di kawasan Bogor, Jawa Barat. Khusus hari Sabtu dan Minggu, banyak anak-anak datang ke rumah Yuri dan nongkrong di depan rumahnya. Rupanya, mereka menunggu saat-saat Yuri keluar rumah dan melaukan aktivitas rutin di pagi hari, yakni menyiram bunga atau mencuci mobil.
Saat itulah, mereka menghambur ke depan pagar dan meminta izin masuk dan berfoto. Yuri meladeninya dengan senyum ramah, demikian cerita Egy Massadiah.
"Di luar yang Anda ketahui, sosok Yuri, sejatinya juga seorang seniman. Ia melukis sendiri motif batik baju yang dikenakan. Termasuk motif burung elang, flora-fauna, dan motif-motif lain. Di rumahnya, juga berjajar koleksi patung karyanya," terang Egy.
Begitu lekat sosok Yuri di hati pemirsa TV, di hati masyarakat, tidak heran jika banyak yang “kehilangan” ketika acara rutin presscon Yuri hilang. Tepat pada 21 Juli 2020 adalah hari terakhir Yuri presscon dan purnatugas menjadi Juru Bicara COVID-19, seiring Gugus Tugas berganti menjadi Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
Pada tanggal 23 Juli 2020 adalah Hari Anak Nasional. Hari itu, Yuri diundang dalam rangka pesta perpisahan. Terjadilah pemandangan yang luar biasa unik dan menarik. Pesta perpisahan dengan tema “Hari Anak Nasional”.
"Jadilah, anak-anak di posisi juru kamera. Acara talk show menghadirkan beberapa pejabat, seperti I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Doni Monardo diwakili Deputi II BNPB, Lili Kurniawan, Lula Kamal, dr Vito Damay, dan para pejabat eselon I yang ada hubungannya dengan anak-anak, termasuk dari Kemenkes dan Bappenas. Pemandu acara adalah anak-anak," tulis Egy.
Advertisement
Kalungan Bunga untuk Achmad Yurianto
Pada perpisahan tanggal 24 Juli 2020 di Graha BNPB, Achmad Yurianto kaget. Belum hilang rasa kagetnya, tiba-tiba muncul sosok anak-anak maju ke podium dan menyampaikan materi jumpa pers.
Si anak pemeran Yuri pun berbicara dengan logat dan tata bahasa yang biasa digunakan Yuri. Termasuk tidak mengucapkan salam, melainkan strike to the point ke topik bahasan. Di sebelahnya juga siap anak perempuan yang memerankan dr Reisa Broto Asmoro.
Usai paparan, anak-anak tadi lalu menuju tempat duduk Yuri dan memberi kalungan bunga disertai ucapan terima kasih.
"Pak Yuri nyaris tak bisa menyembunyikan air mata harunya, demi mendapat kalungan bunga, ucapan terima kasih, dan semua rangkaian acara “pesta perpisahan” yang sangat indah," Egy Massadiah menambahkan.
Hingga hari terakhir presscon di Graha BNPB, tercatat 140 hari Yuri manggung. Sebanyak hari itu, Yuri tak pernah absen sekali-pun. Bukan saja tak pernah absen, tapi juga tidak pernah terlambat sedetik pun.
Yuri mengawali kariernya di dunia militer tahun 1987 sebagai perwira utama kesehatan daerah militer Kodam V/Brawijaya. Kemudian berpindah-pindah tempat penugasan. Di antaranya, sebagai dokter Batalyon Infantri 745/Sampada Yudha Bakti untuk misi di Dili, Timor Timur tahun 1991.
Cukup lama berkiprah sebagai dokter militer, terakhir adalah tahun 2011 ketika Yuri menjadi Kepala Dinas Dukungan Kesehatan Operasi Pusat Kesehatan TNI. Setelah itu, ia diminta menangani Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan sebagai Kepala.
Tahun 2019, Yuri diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes.
"Saya pribadi mengenal Yuri pada bulan Januari 2020 di Natuna. Saat itu, kami intens terlibat kegiatan penyambutan kepulangan WNI asal Wuhan," tutup Egy.
Pendapat saya tentang Yuri? Singkat: “Orangnya asyik!”