Sukses

Tanaman Bisa Tumbuh di Sampel Tanah Bulan, Peneliti: Pencapaian yang Menjanjikan

Para peneliti di Amerika Serikat pada Kamis mengatakan bahwa mereka telah menanam benih di sampel tanah Bulan dan melihat adanya pertumbuhan.

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Amerika Serikat pada Kamis mengatakan bahwa mereka telah menanam benih di sampel tanah Bulan. Tak lama berselang, mereka melihat adanya pertumbuhan.

Tanah Bulan yang digunakan adalah tanah yang sudah sejak lama diambil oleh penjelajah Bulan NASA, badan antariksa AS.

Eksperimen ini juga melibatkan gulma berbunga kecil yang disebut Arabidopsis thaliana – sejenis selada – dalam 12 wadah berukuran kecil, masing-masing berisi sampel kecil bahan yang diambil selama misi Apollo pada tahun 1969 dan 1972.

Tanah Bulan yang juga dikenal sebagai regolit Bulan, memiliki partikel yang tajam dan kekurangan bahan organik, sangat berbeda dari tanah di Bumi.

Maka dari itu, pertumbuhan gulma ini dianggap sebagai sebuah pencapaian yang menjanjikan karena di masa depan, kemungkinan manusia dapat menggunakan tanaman Bumi untuk mendukung pemanfaatan “dunia lain” di luar Bumi.

Awalnya, peneliti tidak mengetahui apakah benih akan berkecambah jika ditanam di tanah Bulan. Tapi, setelah dua hari, tanaman itu bertunas dan tumbuh.

“Ketika kami pertama kali melihat banyaknya kecambah hijau yang tersebar di semua sampel tanah Bulan, kami tercengang,” kata profesor ilmu hortikultura Anna-Lisa Paul, direktur Pusat Penelitian Bioteknologi Interdisipliner Universitas Florida dan co-pemimpin studi yang diterbitkan dalam jurnal Communications Biology mengutip Al Jazeera, Senin (23/5/2022).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Pemanfaatan Sumber Daya Bulan

Pertanyaan terkait tanaman bisa tumbuh di Bulan pada dasarnya adalah pertanyaan sederhana tapi sulit untuk dijawab.

“Tanaman bisa tumbuh di tanah Bulan. Satu pernyataan sederhana itu sangat besar dan membuka pintu untuk eksplorasi masa depan menggunakan sumber daya di Bulan dan kemungkinan Mars,” kata Anna.

Sejauh ini, NASA sedang bersiap untuk kembali ke Bulan sebagai bagian dari program Artemis, dengan tujuan jangka panjang untuk membangun keberadaan manusia yang langgeng di permukaannya.

“Penelitian ini sangat penting untuk tujuan eksplorasi manusia jangka panjang NASA,” kata Administrator NASA Bill Nelson.

“Kita perlu menggunakan sumber daya yang ditemukan di Bulan dan Mars untuk mengembangkan sumber makanan bagi astronot masa depan yang tinggal dan beroperasi di luar angkasa.”

Dia menambahkan penelitian itu juga merupakan contoh bagaimana NASA bekerja "untuk membuka inovasi pertanian yang dapat membantu kita memahami bagaimana tanaman dapat mengatasi kondisi stres di daerah yang kekurangan makanan di Bumi".

3 dari 4 halaman

Perbedaan Pertumbuhan Tanaman

Pada awalnya, tidak ada perbedaan fisik pada tahap awal pertumbuhan antara benih yang ditaburkan di tanah bulan dengan yang ditaburkan di abu vulkanik Bumi.

Tanah bulan sebagian besar terdiri dari batuan basal yang dihancurkan. Sedangkan, abu vulkanik dari Bumi memiliki komposisi mineral dan ukuran partikel yang sama.

Namun seiring waktu perbedaan memang muncul dengan tanaman pembanding. Mereka yang ditanam di tanah Bulan tumbuh lebih lambat dan umumnya lebih kecil, memiliki akar yang lebih kerdil dan lebih cenderung menunjukkan sifat-sifat yang berhubungan dengan stres seperti daun yang lebih kecil dan warna hitam kemerahan yang tidak khas untuk pertumbuhan yang sehat.

Mereka juga menunjukkan aktivitas gen yang menunjukkan stres, mirip dengan reaksi tanaman terhadap garam, logam, dan oksidasi.

“Meskipun tanaman bisa tumbuh di tanah Bulan, mereka harus bekerja keras secara metabolik untuk melakukannya,” kata Paul.

Tetapi para peneliti menekankan, fakta bahwa tanaman itu bisa tumbuh di tanah bulan sudah merupakan sesuatu yang luar biasa.

4 dari 4 halaman

Harapan Besar di Masa Depan

Hasil ini memberikan harapan bahwa suatu hari nanti mungkin saja manusia bisa menanam tanaman langsung di Bulan.

Ini dapat menghemat biaya misi luar angkasa di masa depan dan memfasilitasi perjalanan yang lebih lama.

Rekan pemimpin studi Rob Ferl, asisten wakil presiden penelitian Universitas Florida, mengatakan dia merasa senang karena melihat sesuatu yang baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

“Melihat tanaman tumbuh adalah pencapaian yang mengatakan bahwa kita bisa pergi ke Bulan dan menanam makanan kita, membersihkan udara kita dan mendaur ulang air kita menggunakan tanaman seperti yang kita gunakan di Bumi ini.”

“Ini juga merupakan wahyu yang mengatakan bahwa kehidupan terestrial tidak terbatas pada Bumi,” tambahnya.

Jacob Bleacher, Kepala Ilmuwan Eksplorasi yang mendukung Program Artemis NASA di Markas Besar NASA di Washington juga menyampaikan bahwa pemanfaatan Bulan adalah sesuatu yang diperlukan.

“Untuk menjelajahi lebih jauh dan mempelajari tata surya tempat kita tinggal, kita perlu memanfaatkan apa yang ada di Bulan, jadi kita tidak perlu membawa semuanya,” kata Bleacher mengutip laman resmi NASA.

Ini juga menjadi jawaban mengapa NASA mengirim misi robot ke Kutub Selatan Bulan di mana diyakini mungkin ada air yang dapat digunakan oleh astronot masa depan.

“Terlebih lagi, menanam tanaman adalah hal yang akan kita pelajari saat kita pergi. Jadi, studi di lapangan ini membuka jalan untuk memperluas penelitian itu oleh manusia berikutnya di Bulan,” katanya.