Liputan6.com, Jakarta Para tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia diketahui sudah menerima vaksin booster sejak bulan Agustus 2021.
Bila terhitung sejak awal periode tersebut, maka pemberian vaksin booster untuk para tenaga kesehatan seperti dokter dan lain-lainnya sudah lebih dari delapan bulan lalu.
Baca Juga
Suporter Jepang Bersih-Bersih di Stadion GBK Usai Pertandingan, Warganet: Dari Sini Aja Kalah
Profil Kompol Teguh Setiawan Pejabat Polrestabes Surabaya, Diduga Punya Hubungan dengan Pengusaha yang Minta Anak SMA Menggonggong
Ditanya Nasib Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia Keok dari Jepang, Begini Respons Erick Thohir
Antibodi dari vaksin COVID-19 untuk para nakes pun dianggap telah menurun. Mengingat antibodi dari vaksin tersebut sendiri hanya bertahan setelah enam bulan setelah disuntikkan.
Advertisement
Berkaitan dengan hal ini, spesialis penyakit dalam dari Junior Doctor Network Indonesia, dr Andi Khomeini Takdir Haruni mengusulkan untuk pemberian vaksin booster kedua atau vaksin COVID-19 keempat untuk para nakes.
Dokter yang akrab disapa Dokter Koko tersebut pun mengakui bahwa mungkin beberapa pihak belum begitu setuju dengan usulannya.
"Sore ini saya ingin mengusulkan satu hal yang mungkin bisa jadi tidak langsung diterima oleh beberapa orang atau kalangan," ujar Koko dalam keterangan video melalui akun Instagram pribadinya @andikhomeinitakdir dikutip Senin, (23/5/2022).
"Saya ingin mengusulkan kepada teman-teman semua dan terutama pada pihak pemerintah bahwa mungkin sudah waktunya untuk memulai program vaksinasi keempat yaitu vaksinasi booster kedua dalam hal ini untuk tenaga kesehatan," tambahnya.
Koko pun menjelaskan, vaksinasi booster pertama untuk nakes sudah dilakukan pada Agustus 2021 lalu dan menurut beberapa penelitian, angka antibodi terhadap COVID-19 yang dipicu oleh vaksinasi sudah berkurang sekitar delapan bulan pasca pemberian.
Pemulihan Ekonomi Negara
Maka menurut Koko, sudah saatnya vaksin booster kedua atau vaksin COVID-19 keempat sudah dapat mulai diberikan kembali terutama untuk tenaga kesehatan.
"Itu sebabnya saya merasa untuk menjaga populasi rentan dalam hal ini dokter dan tenaga kesehatan yang lain agar tetap aman dalam memberikan pelayanan pada masyarakat," kata Koko.
Dalam kesempatan yang sama, Koko juga menyampaikan bahwa ini ada kaitannya dengan tahap pemulihan ekonomi negara yang sedang dilakukan saat ini.
"Kita juga perlu untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi kita. Maka dalam konteks kita sedang berada dalam fase pandemi menuju endemi yang sebenarnya tidak menghilangkan virus COVID-19 itu sendiri," ujar Koko.
"Maka kita sebaiknya tetap berhati-hati termasuk juga dengan penerapan vaksin booster yang kedua," Koko menuturkan.
Berdasarkan perkembangan terakhir, vaksinasi booster kedua memang belum dibicarakan lebih lanjut. Sejauh ini, informasi terkait vaksin booster terakhir masih berkaitan soal opsi vaksin yang diberikan.
Sebelumnya, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa opsi untuk vaksin booster ditambah dengan jenis vaksin Sinovac.
Vaksin sinovac untuk booster pun telah mendapatkan fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Advertisement
Dianggap Belum Perlu
Pendapat berbeda disampaikan oleh Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro SpA(K).
Menurut Sri, pemberian vaksin booster kedua untuk para nakes belum diperlukan. Mengingat kondisi COVID-19 saat ini berada dalam status terkendali.
"Belum perlu, karena jumlah pasien COVID-19 aktif di rumah sakit atau puskesmas telah menurun," ujar Sri lewat pesan teks pada Health Liputan6.com, Senin (23/5/2022).
Lebih lanjut Sri mengungkapkan bahwa penularan saat ini utamanya terjadi pada sektor keluarga. Sehingga yang harus dilakukan adalah memperketat protokol kesehatan seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
"Penularan terutama terjadi di keluarga. Jadi perketat prokesnya," kata Sri.