Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebryesus mengatakan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir.
"Apakah COVID-19 sudah berakhir? Belum berakhir. Saya tahu itu bukan pesan yang ingin Anda dengar dan jelas bukan pesan yang ingin saya sampaikan," tegas Tedros di hadapan perwakilan Kementerian Kesehatan dari 194 negara dalam World Health Assembly di Jenewa, Swiss.
Baca Juga
Ia juga menyorot banyak negara telah melakukan pelonggaran dan mencabut beberapa pembatasan dan protokol kesehatan (prokes). Hal ini membuat tampaknya kehidupan sudah seperti sebelum pandemi Corona yang disusuldengan peningkatan kasus. Ada 70 negara melaporkan kenaikan kasus.
Advertisement
Sementara itu, di aspek pengujian atau testing COVID-19 pun mengalami penurunan.
"Lalu, tingkat pengujian COVID-19 juga anjlok," tambahnya mengutip laman resmi UN, Selasa (24/5/2022).
Tedros memperingatkan bahwa kematian yang dilaporkan juga meningkat di Afrika, benua dengan cakupan vaksinasi terendah.Melihat data-data ini, Tedros mengaku masih kerap dikejutkan dengan virus SARS-CoV-2. Sehingga, WHO pun mengaku belum bisa memprediksi karakter virus penyebab COVID-19 itu.
"Virus COVID-19 ini mengejutkan kami di banyak kesempatan- kala ada bada yang melanda masyarakat berulang kali, dan kami masih belum bisa memprediksi alur atau intensitasnya," kata Tedros lagi
Gap Vaksinasi di Beberapa Negara
Mengenai vaksinasi, Tedros mengungkap sekitar 60 persen populasi dunia sudah divaksinasi COVID-19. Namun,Tedros mengingatkan bahwa hampir satu miliar orang di negara-negara berpenghasilan rendah belum divaksinasi.
“Ini belum berakhir di mana-mana sampai selesai di mana-mana… Hanya 57 negara yang telah memvaksinasi 70 persen dari populasi mereka – dan hampir semuanya negara berpenghasilan tinggi”, kata pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan Etiopia ini.
Ia juga memperingatkan bahwa peningkatan penularan berarti lebih banyak kematian dan lebih banyak risiko munculnya varian baru. “Kita membutakan diri kita sendiri terhadap evolusi virus”.
Masih juga ia melihat mengenai disinformasi mengenai vaksinasi COVID-19 yang beredar di masyarakat. Hal ini bisa membuat target sasaran jadi enggan mendapatkan perlindungan dari virus penyebab COVID-19 itu.
“Dan secara keseluruhan, kami melihat keragu-raguan vaksin didorong oleh informasi yang salah dan disinformasi”, tambahnya.
Mungkin untuk mengakhiri pandemi, fokus utama WHO sekarang adalah untuk mendukung negara-negara melakukan vaksinasi secepat mungkin. Sayangnya, masih ada negara yang memiliki masalah darisisi pasokan untuk tes dan terapi dengan dana dan akses yang tidak mencukupi.
Advertisement
Optimistis Pandemi COVID-19 Bisa Berakhir
Di kesempatan tahunan itu, Tedros mengungkapkan bahwa kita bisa bersama-sama mengakhiri pandemi. Bermodal ilmup pengetahuan, pandemi bisa diakhiri.
“Pandemi tidak akan hilang secara ajaib. Tapi kita bisa mengakhirinya. Kami memiliki pengetahuan. Kami memiliki alatnya. Ilmu pengetahuan telah memberi kita keunggulan”, katanya.
Selain itu, ia juga menyerukan negara-negara untuk bekerja sama mencapai 70 persen warganya sudah mendapat vaksinasi COVID-19.
Penyakit Lain Bermunculan
Di kesempatan ini juga, Tedros mengatakan bahwa ketika COVID-19 belum usai, muncul beragam penyakit lain. Sebut saja Ebola yang kembali muncul, cacar monyet yang menyebar bukan di daerah endemik hingga hepatitis akut yang menyerang anak dengan penyebab masih misterius.
"Dan krisis kemanusiaan yang kompleks di Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan, Republik Arab Suriah, Ukraina, dan Yaman," lanjutnya.
Ada juga masalah lain seperti kekeringan, kelaparan, dan perang yang hebat, didorong oleh perubahan iklim, ketidakadilan, dan persaingan geopolitik. Hal ini disampaikan Tedros di hadapan banyak menteri dari berbagai negara dunia.
Advertisement