Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)Â melaporkan data terbaru soal hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau acute hepatitis of unknown aetiology.
Pada Jumat, 27 Mei 2022, WHO mengumumkan setidaknya ada 650 kasus yang dilaporkan berkaitan dengan hepatitis akut pada anak yang belum diketahui penyebabnya ini.
Baca Juga
Menurut penelitian yang dilakukan WHO, kemungkinan kasus tersebut dilaporkan WHO dari 33 negara, dengan 99 kasus tambahan yang menunggu klasifikasi (pending classification).
Advertisement
Otoritas kesehatan di seluruh dunia juga sedang menyelidiki peningkatan kasus yang misterius ini dalam kasus hepatitis parah yang menyebabkan radang hati pada anak kecil.
Hingga saat ini, hepatitis akut misterius diduga telah menyebabkan setidaknya sembilan kematian seperti mengutip Channel News Asia, Sabtu (28/5/2022).
Pejabat kesehatan di Amerika Serikat mengumumkan pada pekan lalu bahwa infeksi Adenovirus sejauh ini masih menjadi virus paling umum yang menjadi hipotesis utama dalam kasus hepatitis akut misterius ini.
Hepatitis yang terkait dengan jenis Adenovirus ini hampir secara eksklusif dikaitkan dengan anak-anak dengan gangguan kekebalan.
Lebih lanjut, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) juga mengatakan masih dalam tahap penyelidikan terkait apakah infeksi COVID-19 mungkin berperan atau tidak, serta patogen, obat-obatan, dan faktor risiko lainnya.
Berdasarkan data UK Health Security Agency, 19 Mei 2022, ada enam dugaan penyebab hepatitis akut yaitu Adenovirus biasa, Adenovirus varian baru, sindrom post-infeksi SARS-CoV-2, paparan obat, lingkungan, atau toksin, patogen baru, kemudian varian baru SARS-CoV-2.
Dugaan Kasus Hepatitis Akut di RI
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan RI baru saja melaporkan dua tambahan kasus terbaru dengan dugaan hepatitis akut yang misterius penyebabnya.
Banten melaporkan 1 kasus dugaan hepatitis akut, begitu juga dengan Sulawesi Selatan. Tambahan dua kasus hepatitis akut tersebut masuk dalam status pending klasifikasi.
Sehingga, total kasus dugaan hepatitis akut di RI ada sebanyak 16 kasus per 23 Mei hingga pukul 16.00 WIB seperti disampaikan Juru Bicara Kementerian Kesehatan dokter Mohammad Syahril SpP.
"16 kasus ini terdiri dari 1 berstatus probable dan 14 masuk dalam pending classification," kata Syahril dalam konferensi pers daring pada Selasa, 24 Mei 2022.
Dengan tambahan dua provinsi ini maka tercatat kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya tersebar di 10 provinsi.
"Jadi, ada 10 provinsi yang sebelumnya delapan ya," kata Syahril lagi.
Ke-16 kasus ini tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Barat, Banten, DIY, dan Sulawesi Selatan.
Di luar 16 kasus dugaan hepatitis akut, Syahril juga mengatakan ada 19 kasus yang menjadi discarded atau dikeluarkan.
Hal tersebut karena hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tersebut mengalami sakit yang lain. Mereka dikeluarkan dari dugaan hepatitis akut misterius karena 11 pasien menderita DBD, 3 orang sakit bacterial spesis dan 2 2 orang hepatitis A, 1 orang dilated cardiomyopathy, 1 orang drug induced hepatitis dan 1 orang leukemia.
Advertisement
Gejala Hepatitis Akut Misterius
Dalam kesempatan berbeda, Syahril pun sempat menjabarkan gejala-gejala apa saja yang merujuk pada kasus hepatitis akut misterius.
Sejauh ini, gejala awal yang biasanya muncul berupa sakit perut, diare, muntah, dan mual. Serta dapat pula disertai oleh demam.
Bersamaan dengan itu, masyarakat juga diminta untuk waspada terkait gejala yang serupa dengan hepatitis akut seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare.
Gejala tersebut dapat berlanjut dengan perubahan warna air kencing hingga berwarna pekat seperti teh, warna feses putih pucat, kulit dan mata menguning, hingga penurunan kesadaran.
Bila anak atau orang sekitar menunjukkan gejala yang serupa dengan hepatitis akut, maka disarankan untuk langsung memeriksakan kondisi ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Kita mengingatkan agar masyarakat lebih peduli terhadap kejadian ini karena kejadiannya cepat sekali, maka kita tidak boleh menunda sampai ada gejala-gejala yang berat," ujar Syahril dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia.
"Jangan menunggu sampai mata atau kulit kuning, sampai tidak sadar dan kejang-kejang. Tapi mulai dari gejala-gejala awal seperti mual, muntah diare harus segera ditangani agar tidak berlanjut ke gejala yang lebih berat," Syahril menuturkan.
Upaya yang Bisa Dilakukan
Selanjutnya, Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Muzal Kadim, SpAK mengungkapkan bahwa virus tersebut dapat ditularkan oral melalui mulut, tangan yang terkontaminasi dan masuk lewat mulut, alat makan, atau lewat makanan dan minuman secara langsung.
Hepatitis misterius juga bisa menular lewat percikan air liur (droplet). Maka, hal yang bisa dilakukan oleh orangtua sejauh ini dapat berkaitan dengan hal-hal tersebut.
"Jadi sampai saat ini yang paling bisa dilakukan, yang paling baik adalah pencegahan untuk penularan lewat oral," ujar Muzal.
Maka, pencegahan lewat oral dapat dilakukan dengan beberapa hal seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan dari makanan dan sanitasi.
Orangtua juga bisa mengajarkan anak agar taat pada protokol kesehatan COVID-19. Mengingat hepatitis misterius juga dapat menular melalui droplet.
"Kedua, kita lanjutkan sesuai seperti protokol COVID-19 ini. Seperti pakai masker, jaga jarak untuk mengurangi risiko. Disamping COVID-19, juga mengurangi risiko penularan lewat droplet itu," Muzal menuturkan.
Dalam hal asupan makanan, Muzal juga menyarankan orangtua untuk menyiapkan sendiri makanan untuk anak. Serta menghindari mengonsumsi makanan yang tidak terjamin kebersihannya.
Advertisement