Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan hasil survei Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), hanya 36,6 persen lansia yang sudah mendapat vaksinasi booster. Hasil ini sebagaimana 'Survei Kesejahteraan Lansia' bertepatan dengan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) tertanggal 29 Mei 2022.
Kepala Divisi Geriatri IPD Fakultas Kedokteran Universitas - RS Cipto Mangunkusumo Jakarta sekaligus Pengurus Besar PERGEMI Kuntjoro Harimurti mengatakan, survei ini merupakan survei untuk kelompok lanjut usia (lansia) terbesar di Indonesia.
Baca Juga
“Ini merupakan survei awal dan yang terbesar khusus kelompok lansia di Indonesia. Semoga data survei membuat kita semakin paham untuk memedulikan lansia," kata Kuntjoro saat acara Survei Nasional Persepsi Lansia di Masa Pandemi - PERGEMI Untuk Negeri pada Minggu, 29 Mei 2022.
Advertisement
Pada survei PERGEMI, mayoritas lansia sudah vaksin COVID-19, namun akses untuk mendapatkan vaksin secara lengkap sulit. Hanya 36,6 persen yang sudah vaksinasi booster.
Alasannya, belum ada lagi program vaksinasi serta kekhawatiran terhadap efek samping. Selain itu, lebih banyak lansia laki-laki yang mendapatkan vaksin COVID-19 dibandingkan lansia perempuan.
Terkait vaksin, akses vaksin COVID-19 kedua dan vaksinasi booster bagi lansia perlu ditingkatkan. Upaya yang bisa dilakukan dengan membuka tempat vaksin COVID-19 di daerah yang mudah dijangkau, dan memperbanyak edukasi mengenai efek samping yang menyasar kepada keluarga lansia.
"Ini juga mendorong keluarga untuk mengedukasi lansia di sekitarnya dan membantu mereka mendaftarkan untuk ikut divaksin," lanjut Kuntjoro.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Alasan Belum Vaksinasi COVID-19
Survei Kesejahteraan Lansia yang dilakukan PERGEMI melibatkan 816 responden yang terdiri atas 57,2 perempuan dan 42,8 laki-laki yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia pada 9–22 Mei 2022. Responden terbagi dalam lima kategori usi, yaitu 60-65 tahun (64,2 persen), 66-70 tahun (20,1 persen), 71-75 tahun (9,6 persen), 76-80 tahun (3,7 persen) dan >80 tahun (2,5 persen).
Pekerjaaan responden berusaha sendiri atau wiraswasta atau pedagang 52,3 persen, buruh (12,2 persen), petaniatau nelayan (8,0 persen), freelance atau tidak tetap (5,0 persen), berkebun (3,4 persen), sopir atau ojek online (3,1 persen), pengajar atau guru atau dosen (dengan status tetap) (2,7 persen), karyawan swasta (2,3 persen), ibu rumah tangga (1,9 persen), dan lainnya (penjahit, asisten rumah tangga) (9,1 persen).
Secara rinci, berikut ini alasan lansia belum disuntik vaksinasi COVID-19 dari responden yang belum vaksin sama sekali yang berjumlah 178 responden (dalam persen):
- Ada penyakit bawaan 51,1
- Takut disuntik 50,0
- Tidak ada yang mengantar ke tempat vaksin 3,4
- Tidak ingin saja 3,4
- Sulit bepergian/mobilisasi akibat hambatan fisik 2,8
- Tidak paham cara mendaftar 2,8
- Tidak berpergian sehingga tidak vaksin 2,2
- Atas saran dokter 2,2
- Tidak vaksin karena merasa sehat 1,7
- Info dari awal bahwa lansia tidak bisa divaksin 1,1
- Takut ada efek samping 1,1
- Lainnya 1,7
Advertisement
Proaktif Ajak Lansia Vaksinasi COVID-19
Masih banyaknya lansia yang belum mendapat vaksinasi COVID-19, PERGEMI merekomendasikan kepada Pemerintah untuk meningkatkan kerja sama antara Pemerintah, fasilitas kesehatan, dan keluarga/pelaku rawat untuk peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19 bagi usila hingga lengkap, termasuk vaksinasi booster, baik di kota besar maupun di daerah terpencil.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per Mei 2022, 34 persen lansia masih belum menerima vaksinasi COVID-19 dosis ke-2, dan baru 21 persen menerima dosis ke-3 atau booster.
Rekomendasi PERGEMI untuk fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, yakni secara proaktif meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 untuk lansia, khususnya di daerah yang cakupannya masih rendah melalui upaya edukasi, motivasi, dan memfasilitasi kemudahan akses vaksinasi untuk lansia dan keluarganya.
Bagi lansia, keluarga, pelaku perawat, dan lingkungan masyarakat sekitar, PERGEMI meminta keluarga perlu secara proaktif mendukung dan memotivasi lansia untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19 hingga lengkap. Jika terdapat penyakit komorbid, dapat terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat rekomendasi vaksinasi.
Informasi Vaksinasi Lansia yang Salah
Lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan terpapar COVID-19. Para lansia menjadi kelompok prioritas penerima vaksin. Namun, tak sedikit lansia di Indonesia enggan mendapat vaksinasi.
Hal ini disampaikan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi dalam seminar pada Rabu, 11 Mei 2022.
“Memang sulit meyakinkan lansia untuk divaksinasi, banyak juga lansia yang enggak mau divaksinasi,” kata Nadia.
Lansia yang enggan mendapat vaksinasi COVID-19, salah satunya diakibatkan paparan informasi yang salah.
“Mereka mendengar informasi yang salah, contohnya ‘lansia kalau banyak komorbid jangan divaksinasi nanti malah jadi sakit berat’ Nah, ini adalah informasi yang salah karena sebenarnya justru vaksinasi COVID-19 ini ditujukan pada lansia dan orang dengan komorbid," sambung Nadia.
Selain akibat hoaks atau berita bohong, beberapa lansia juga mengalami pengalaman tak menyenangkan setelah vaksinasi dosis pertama. Akibatnya, membuat lansia tak ingin melanjutkan vaksinasi.
“Lansia mungkin di dosis satu mengalami efek samping seperti demam, sakit, ngilu-ngilu seluruh badannya, akhirnya jadi takut untuk dosis kedua," imbuh Nadia.
Advertisement