Sukses

Update COVID-19 Hari Ini 30 Mei 2022: Ada 20 Provinsi Nol Kasus Baru

Laporan harian sebaran COVID-19 per 30 Mei 2022 pukul 12.00 WIB menunjukkan ada 20 provinsi yang tidak menunjukkan penambahan kasus baru sama sekali.

Liputan6.com, Jakarta Laporan harian sebaran COVID-19 per 30 Mei 2022 hingga pukul 12.00 WIB menunjukkan ada 20 provinsi yang tidak menunjukkan penambahan kasus baru alias nol kasus positif.

Provinsi-provinsi itu yakni Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat.

Lalu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Maluku.

Sementara itu, berikut rincian 5 provinsi penyumbang kasus baru terbanyak. Kelima provinsi ini adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Bali.

-DKI Jakarta hari ini melaporkan 81 kasus baru dan 99 orang sembuh.

-Jawa Barat 34 kasus positif baru dan 36 orang sembuh dari COVID-19.

-Banten 34 kasus baru dan 12 orang telah sembuh.

-Jawa Timur melaporkan 22 kasus baru dan 22 sembuh.

-Bali di peringkat kelima dengan 16 kasus baru dan 15 pasien telah sembuh.

Total penambahan kasus positif hari ini adalah 218. Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif menjadi 6.054.633 terhitung sejak Maret 2020.

Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 287 sehingga akumulasinya menjadi 5.895.176.

Sayangnya, kasus meninggal juga masih mengalami kenaikan. Hari ini kasus meninggal tercatat ada 12 sehingga akumulasinya menjadi 156.586. 

Sedangkan, kasus aktif mengalami penurunan sebanyak 81 sehingga totalnya menjadi 2.871.

Data tersebut juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 69.993 dan suspek sebanyak 2.166.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Capaian Vaksinasi 30 Mei 2022

Selain merinci perkembangan kasus COVID-19, data Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 juga menunjukkan capaian vaksinasi per 30 Mei 2022.

Hari ini ada penambahan capaian vaksinasi pada dosis pertama, kedua, dan ketiga atau booster dengan rincian sebagai berikut:

-Vaksinasi dosis pertama mengalami penambahan sebanyak 3.994 sehingga akumulasinya menjadi 200.202.182.

-Vaksinasi dosis kedua bertambah 5.002 sehingga akumulasinya menjadi 167.330.132.

-Vaksinasi dosis ketiga hari ini bertambah 16.162 sehingga akumulasinya menjadi 45.412.157.

Total penambahan capaian vaksinasi hari ini adalah 25.158 sehingga akumulasinya menjadi 412.944.471. Sedangkan target sasaran vaksin adalah 208.265.720.

Meski sudah melampaui target, tapi vaksinasi tetap dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kasus COVID-19 yang masih menunjukkan peningkatan ditambah munculnya varian Omicron menandakan bahwa virus ini akan berada di tengah masyarakat dalam waktu lama.

Maka dari itu, di tahun-tahun mendatang, berbagai dosis vaksinasi kemungkinan akan tetap diperlukan untuk menguatkan komunitas global terhadap dampak negatif virus.

Terkait hal ini, peneliti bidang virologi di Queen's University Belfast, UK, Connor Bamford melihat adanya potensi pengembangan vaksin COVID-19 di masa mendatang.

3 dari 4 halaman

Vaksin Intranasal

Menurut Bamford, secara khusus, para ilmuwan sedang mengerjakan vaksin yang mengaktifkan sistem kekebalan "mukosa" yang mungkin lebih mampu mencegah infeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.

“Dan bukannya disuntik ke lengan Anda (vaksin intramuskular), vaksin ini bisa diberikan sebagai semprotan ke hidung Anda (vaksin intranasal),” katanya mengutip CNA, Jumat (27/5/2022).

Bamford kemudian menjelaskan latar belakang dari pengembangan vaksin ini. Menurutnya, SARS-CoV-2 dapat menginfeksi sel-sel yang melapisi permukaan saluran pernapasan (biasa disebut sebagai selaput lendir) mulai dari hidung hingga paru-paru. Tepat di permukaan ini, virus dapat merusak sel-sel dan memicu peradangan yang menyebabkan disfungsi lebih lanjut baik secara lokal maupun di seluruh tubuh.

Vaksin digunakan untuk mengurangi seberapa banyak virus dapat mereplikasi dan mengendalikan peradangan berikutnya, yang mungkin merupakan penyebab utama penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.

Vaksin saat ini bekerja dengan menghadirkan sedikit virus (protein lonjakan) sebagai apa yang dikenal sebagai "antigen" untuk sistem kekebalan di otot penerima vaksin.

Idenya, vaksin diberikan sebelum infeksi SARS-CoV-2 dan memungkinkan tubuh memproduksi antibodi antivirus. Ini dapat memblokir virus agar tidak masuk ke dalam sel, serta sel T, yang dapat membantu menyembuhkan sel-sel yang terinfeksi.

4 dari 4 halaman

Perlindungan Lebih Baik

Meskipun awalnya diberikan ke otot di lengan, antigen vaksin menuju ke kelenjar getah bening terdekat. Ini adalah organ yang merangsang respons imun dalam darah dan cairan lain yang mengalir ke seluruh tubuh. Tapi apa yang sering kurang jelas setelah vaksinasi tradisional adalah respons pada jaringan mukosa seperti usus, paru-paru atau hidung.

Ini karena sistem kekebalan mukosa agak independen dari yang sistemik. Mengingat seberapa sering permukaan ini terkena infeksi atau rangsangan seperti debu dan polusi, jaringan mukosa memiliki sistem kekebalannya sendiri, terdiri dari antibodi khusus dan sel T.

Meskipun vaksin standar memberikan perlindungan mukosa, kadarnya tidak terlalu tinggi. Sedangkan, sistem kekebalan mukosa bisa dihadirkan secara langsung dengan antigen vaksin yang menggunakan metode seperti semprotan hidung. Ini memicu respons mukosa yang jauh lebih kuat.

Para ilmuwan sering berpikir bahwa memunculkan respons kekebalan di hidung, tenggorokan, dan saluran udara, di mana biasanya virus seperti SARS-CoV-2 awalnya masuk ke dalam tubuh dan tumbuh, dapat menghasilkan perlindungan yang lebih baik dibandingkan dengan vaksin intramuskular. Vaksin dengan semprotan di hidung pada dasarnya menghentikan paparan virus di sumbernya.