Liputan6.com, Jakarta - Seorang perawat menjadi perbincangan di media sosial usai mengunggah konten yang dianggap bernada pelecehan seksual.
Dalam sebuah video singkat, perawat dengan akun TikTok @moditabok menuliskan bahwa ia memasang kateter atau alat saluran buang air pada pasien pria yang seumuran dengannya.
Baca Juga
Pilihan Karier Putri Charlotte dan Pangeran George di Masa Depan Terungkap, Dianggap Merakyat
Poltekkes Medan dan Bandung Buka Kelas Internasional Jerman, Usai Lulus Perawat Bisa Langsung Dikirim
Jelang Laga Versus Jepang di GBK, Bintang Timnas Indonesia Thom Haye: Atmosfer Bermain di Kandang Itu Gila
“Ketika aku harus memasang kateter urin/DC untuk pasien cowok. Mana udah cakep, seumuran lagi,” tulisnya dalam video tersebut.
Advertisement
Video singkat itu sontak mengundang perhatian warganet dan tak sedikit yang berkomentar fulgar.
“Aku saja yang gantiin mba, enggak digaji enggak apa-apa yang penting cowoknya good looking,” tulis seorang warganet.”
“Mau jadi perawat.”
“Walaupun tidak bisa memiliki setidaknya sudah melihat.”
“Kebayangnya sampe kost.”
“Ingin amnesia tapi sayang,” balas perawat tersebut.
Unggahan ini pun viral di Twitter. Beberapa pengguna Twitter melihat unggahan ini sebagai pelecehan seksual.
“Ini sudah termasuk pelecehan kok mas,” tulis pengguna Twitter.
“Itu pekerja medis bukannya profesional tapi moditabok (mau ditabok) sesuai user name.”
“Dengan upload begitu sudah enggak profesional atuh.”
“Walaupun enggak disebutin identitas pasiennya tapi ini termasuk pelecehan enggak sih.”
“Kalau cowok yang begini, auto diserang itu sama kalimat pelecehan seksual. Giliran cewek malah didukung.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Belum Ada Tanggapan PPNI
Hingga kabar ini menyebar, belum ada tanggapan dari pihak Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Perawat terkait kemudian menghapus unggahan tersebut dari akun TikTok-nya.
Kasus pelecehan seksual yang dilakukan perawat kepada pasien sebelumnya sempat beberapa kali terjadi.
Salah satunya yang terjadi di RS National Hospital Surabaya pada 2018. Kasus ini viral setelah korban melaporkan bahwa saat dibius sebelum menjalani operasi, antara sadar dan tidak, korban merasa bagian intimnya diraba-raba oleh oknum perawat tersebut.
Serupa dengan kasus tersebut, di negara lain, ada perawat yang juga melakukan pelecehan seksual.
Modus yang lebih banyak terjadi, perawat melakukan aksi pelecehan seksual kepada pasien, yang tengah dipengaruhi obat bius atau obat penenang.
Perawat laki-laki asal Adams County, Colorado harus mendapat hukuman penjara selama 12 tahun karena menganiaya pasien yang diberi obat penenang. Penyidik mengatakan, Thomas Moore, 45, menganiaya setidaknya 10 pasien di Colorado dan Wyoming.
Adanya kasus tersebut membuat pemerintah negara bagian Colorado mempertanyakan, mengapa Moore bisa bekerja di rumah sakit. Moore ternyata tidak pernah melewati pemeriksaan latar belakang.
Advertisement
Selain Pelecehan Seksual
Pada waktu itu, Colorado adalah satu dari lima negara bagian yang tidak mengizinkan regulator negara mengumpulkan sidik jari untuk pemeriksaan latar belakang pada perawat. Namun, undang-undang itu kini telah diubah.
"Jika Thomas Moore diselidiki atau diperiksa, dia tidak akan dipekerjakan di tempat lain. Dia akan kehilangan lisensinya sejak lama," kata salah satu korban, dikutip dari Rare.
Selain terkait pelecehan seksual, beberapa oknum perawat juga sempat tersandung kasus karena melakukan hal-hal tidak menyenangkan kepada pasien.
Misalnya, kelakuan tiga perawat di sebuah rumah sakit di Arab Saudi yang menjadikan bayi baru lahir sebagai mainan. Tindakan ini membuat mereka kehilangan pekerjaan.
Dalam video singkat yang beredar, seorang perawat dari rumah sakit anak di Taif dengan teganya menekan bagian dahi dan leher bayi itu dengan kedua tangannya. Tindakan tersebut dapat membuat bayi kaget atau bahkan melukai wajah bayi.
Sementara perawat lainnya merekamnya sambil tertawa saat melihat wajah bayi malang itu dijadikan mainan.
Bayi tersebut berada di rumah sakit selama 10 hari dalam perawatan infeksi saluran kemih.
Setelah video bayi itu beredar di jejaring sosial, pelakunya pun segera dilacak. Ketiga perawat itu kemudian diskors dan dicabut izin medisnya.
Menari Saat Operasi
Kasus lain yang sempat viral juga terungkap setelah sebuah video tersebar di media sosial. Sebuah video menunjukkan seorang dokter dan perawat yang mengenakan pakaian khusus operasi terekam kamera tengah menari saat melakukan operasi di sebuah rumah sakit di Kolombia.
Ketika operasi berlangsung, keduanya tampak sambil memutar lagu pop. Sesekali mereka meletakkan peralatan bedah dan mulai menari sambil tertawa.
Saat petugas medis itu menari, terlihat bagian perut pasien yang sedang dioperasi dibiarkan terbuka dengan berlumuran darah.
Meski banyak yang menganggap bahwa video tersebut hanya guyonan, kedua petugas medis itu diselidiki untuk ditindak tegas.
Perilaku oknum-oknum perawat di atas jelas menyalahi kode etik dan peran perawat. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan (Pusdatin Kemenkes) 2017, peran-peran perawat meliputi:
-Care provider (pemberi asuhan).
-Manager and community leader (pemimpin komunitas).
-Educator (pendidik).
-Advocator (pembela).
-Researcher (peneliti).
Seorang perawat tidak hanya ditujukan untuk mengobati individu saja, tetapi juga memiliki peran yang lebih luas. Maka dari itu, profesi perawat ditempatkan di jajaran terdepan perubahan dunia kesehatan. Maka dari itu, profesi perawat juga disebut sebagai profesi yang mulia.
Advertisement