Liputan6.com, Jakarta Sekitar tiga persen dari jumlah populasi di Inggris atau dua juta orang diprediksi alami long COVID usai terinfeksi COVID-19. Hal ini diungkap Office for National Statistics (ONS) Inggris pada 1 Juni kemarin.
ONS juga menyampaikan bahwa fatique atau rasa lelah merupakan gejala paling umum yang dirasakan mereka dengan long COVID. Sekitar 55 persen melaporkan hal tersebut. Lalu disusul dengan napas yang penedek (32 persen), batuk-batuk (23 persen) dan nyeri otot (23 persen).
Baca Juga
Keluhan long COVID terbanyak pada mereka yang berusia 35-69 tahun. Lalu, didominasi juga pada perempuan.ONS juga mencatat bahwa long COVID banyak terjadi pada profesi tertentu seperti mereka yang bekerja di perawatan sosial, pendidikan, dan pelayanan kesehatan seperti mengutip Channel News Asia, Kamis (2/6/2022).
Advertisement
Inggris merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak. Selama lebih dari dua tahun, di negara dengan 67 juta penduduk ini tercatat ada 18,8 juta orang terinfeksi virus SARS-CoV-2.Setelah vaksinasi COVID-19 dicanangkan berpengaruh signifikan terhadap penurunan pasien COVID-19 yang masuk rumah sakit.
Tak heran, pada tahun ini negara tersebut sudah mulai melonggarkan pembatasan pada Februari 2022. Termasuk diantaranya membolehkan tak memakai masker.
Long COVID adalah suatu kondisi ketika dua, tiga bahkan enam bulan setelah terinfeksi COVID-19 merasakan beberapa gejala. Lelah, batuk, lemas dan mungkin sesak napas. Data WHO menunjukkan sekitar 10-20 persen pasien COVID-19 alami long COVID.
Long COVID Bisa Timpa Pasien Bergejala Ringan
Long COVID bisa mengenai siapa saja yang pernah terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Bahkan orang tanpa gejala (OTG) bisa mengalami long COVID seperti disampaikan dokter spesialis penyakit dalam RS EMC Pulomas Dirga Sakti Rambe.
"Siapa pun yang terinfeksi COVID-19, sekalipun gejala ringan, sekalipun tidak bergejala bisa alami long COVID," kata Dirga.
Long COVID isa terjadi karena meski virus SARS-CoV-2 sudah mati dalam 14 hari di tubuh pasien tapi reaksi radang belum tuntas. Maka terjadi long COVID seperti dijelaskan Dirga yang yang juga vaksinolog ini dalam Virtual Class bersama Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Meski masih alami gejala kurang menyenangkan pascaterpapar virus Corona, orang ini tidak lagi menularkan COVID-19.
Secara umum long COVID-19 tidak mengancam nyawa namun ada kualitas hidup manusia yang terganggu.
"Bekerja jadi sulit konsentrasi, lalu ada juga yang merasa tidak bisa berolahraga kembali seperti dulu karena mudah lelah atau sesak ," kata Dirga.
Advertisement
Alami Long COVID? Periksakan ke Dokter
Jika masih merasa batuk, lemas, mudah lelah, dan keluhan lain beberapa bulan usai terineksi COVID-19 segera periksakan diri ke dokter seperti saran Dirga.
"Nanti akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes darah, ronsen. Dokter juga bisa memberikan obat sesuai gejala yang muncul," tandasnya.
Ancaman Long COVID
Di kesempatan berbeda, epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman mengatakan menambahkan, COVID-19 juga sepakat bahwa long COVID-19 bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Jangan merasa selesai dengan infeksi yang pulih di masyarakat karena 30 persen dari mereka akan mengalami long COVID dan 70 persen dari 30 persen itu akan mengalami masalah yang sangat mengganggu aktivitas.”
Hal tersebut harus segera direspons dengan mengadakan program rehabilitasi medik di fasilitas kesehatan dan melakukan pendataan.
“Jadi perang kita belum selesai bahkan setelah pandemi ini selesai,” tutup Dicky.
Advertisement