Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah mengumumkan dibukanya 1.300 beasiswa untuk para dokter yang ingin mengambil spesialisasi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.
Menurut Budi, hal tersebut menjadi salah satu tugas yang diberikan pada Kemenkes untuk melakukan transformasi pada sistem kesehatan di Indonesia.
Baca Juga
Transformasi tersebut pun terbagi dalam enam aspek dan yang disoroti kali ini berkaitan dengan sumber daya manusia kesehatan, yang ternyata di Indonesia masih sangat kekurangan tenaga profesionalnya.
Advertisement
"Jadi ada beberapa program. Salah satu programnya adalah program beasiswa dokter spesialis dan dokter gigi spesialis," ujar Budi dalam konferensi pers ditulis Jumat, (3/6/2022).
Budi pun menuturkan bahwa jikalau pengambilan spesialis para dokter tersebut dipersulit oleh senior, maka segera laporkan hal tersebut pada pihak Kemenkes.
Mengingat hingga saat ini, Budi mengaku masih kerap menerima laporan yang berkaitan dengan hal tersebut.
"Kalau ada nanti dokter-dokter spesialis senior yang menghalangi dokter umumnya mau menjadi spesialis, tolong di WA saja langsung ke kita. Nanti kita tindak lanjuti segera," kata Budi.
"Karena di lapangan saya juga dengar banyak cerita seperti itu. Ada yang dokter seniornya mempersulit dokter juniornya. Nah itu harus kita disiplinkan karena kita juga kekurangan dokter spesialis," tambahnya.
Lebih lanjut pihak Kemenkes mengungkapkan bahwa persoalan semacam itu juga bisa dilaporkan pada Halo Kemenkes.
Beasiswa untuk Dokter Spesialis
Menurut Budi, program beasiswa untuk dokter spesialis ini menjadi penting karena fakta yang ada di lapangan. Seperti, penyakit yang paling berat dampak nyawa dan biayanya adalah jantung, stroke, kanker, dan ginjal.
"Begitu kita lihat kemampuan negara Indonesia, bukan hanya pemerintah pusat. Tapi daerah, swasta untuk bisa memberikan layanan jantung, karena ini penyakit yang paling besar korbannya dan paling besar biayanya," kata Budi.
"Itu enggak semua provinsi bisa melayani layanan jantung. Baik itu layanan jantung dasar seperti pasang ring yang enggak usah bedah jantung terbuka --- maupun layanan yang lebih lanjut," tambahnya.
Hal tersebut pun menjadi target bagi Kemenkes RI untuk nantinya pada 2024 sudah bisa memberikan layanan kesehatan jantung di seluruh provinsi yang ada di Indonesia, baik yang dasar hingga lanjut.
"Kami melihat ada masalah alat, ruang operasi, itu bisa diberesi dalam 12 bulan paling lama, dan uangnya juga ada, pasti selesai. Kami sadar masalahnya adalah dokter spesialisnya kurang, tidak ada di daerah tersebut," ujar Budi.
Advertisement
Kekurangan Dokter Spesialis
Lebih lanjut Budi mengungkapkan bahwa Indonesia kekurangan dokter spesialis terutama pada penyakit-penyakit yang berat seperti jantung, kanker, dan lain-lainnya.
"Banyak masyarakat kita yang tidak terlayani dan harus meninggal karena memang kurangnya dokter spesialis yang tidak merata di seluruh provinsi," ujar Budi.
"Sehingga dengan latar belakang seperti itu, kami mempercepat program produksi dari dokter-dokter spesialis ini," Budi menjelaskan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah memiliki jumlah standar dokter spesialis yang harus dimiliki tiap negara. Di negara berkembang seperti Indonesia, setidaknya harus ada 1:1000 dokter spesialis yang tersedia.
"Jadi Indonesia kalau 270 juta rakyat, itu dokternya harus sekitar 270 ribu. Sekarang yang punya STR dan praktek mungkin 140 ribu --- Kurangnya kita 130 ribu," ujar Budi.
"Itu sebabnya kenapa program beasiswa ini merupakan salah satu program dalam transformasi sumber daya manusia kesehatan," tambahnya.
Budi menuturkan, program beasiswa bagi dokter spesialis ini nantinya akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan RI melalui program LPDP.
Jumlah Beasiswa
Kemenkes RI menyediakan setidaknya 600 beasiswa untuk dokter spesialis, dokter sub-spesialis, dan dokter gigi spesialis pada tahun 2022.
Sedangkan dari Kementerian Keuangan RI menyediakan setidaknya 700 beasiswa untuk dokter spesialis yang kemungkinan akan naik menjadi seribu beasiswa nantinya.
Sehingga secara keseluruhan, beasiswa yang tersedia untuk dokter spesialis menyentuh angka 1.300 hingga 1.600.
"Jadi totalnya tahun ini akan ada sekitar 1.300 sampai 1.600 (beasiswa dokter spesialis). Rencana kami untuk tahun depan kami akan mempercepat dan memperbanyak lagi," ujar Budi.
"Bagi para dokter yang ingin mengambil spesialis itu akan diberikan beasiswanya oleh kami," tambahnya.
Budi menuturkan, penempatan para dokter yang mendapatkan beasiswa tersebut juga nantinya akan diatur. Mengingat perlu adanya pemerataan dalam hal penempatan dokter spesialis di Indonesia.
"Karena kenyataannya ada banyak rumah sakit umum daerah, hampir setengahnya belum memiliki tujuh dokter spesialis sesuai standar. Jenis dokter-dokter spesialisnya juga akan kita prioritaskan ke standar tujuh dokter spesialis yang dibutuhkan di daerah," kata Budi.
Advertisement