Sukses

WHO Catat Testing COVID-19 Global Turun, Bagaimana di Indonesia?

Testing COVID-19 global menurun, bagaimana situasi di Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta Di tengah tren penurunan kasus COVID-19 global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pemeriksaan (testing) semakin menurun. Adanya relaksasi mengubah strategi testing COVID-19, yang berdampak pada testing menjadi lebih rendah.

Perkembangan testing di Indonesia, menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito diakui memang turut terjadi penurunan. Walau begitu, testing di Indonesia sudah mencapai standar ideal WHO, yakni 1 per 1.000 orang setiap minggu.

"Saat ini, Indonesia telah mencapai standar testing ideal WHO, bahkan sejak Januari 2021 lalu. Walaupun ada penurunan angka testing, mengingat adanya penyesuaian mobilitas masyarakat tentang kewajiban testing, namun penurunan tidak signifikan," jelas Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Rabu, 8 Januari 2022.

Berdasarkan data yang dihimpun Satgas Penanganan COVID-19, dalam hal angka testing pada pekan ketiga Juli 2021, Indonesia sudah empat kali melampaui standar testing yang ditargetkan WHO. Target nasional ke depan terkait testing mengedepankan prinsip prioritas yaitu mendahulukan suspek dan kontak erat dari kasus terkonfirmasi.

Hingga September 2021, tingkat testing COVID-19 di Indonesia mencapai 1,1 juta orang per minggu. Tingkat pelacakan (tracing) di Indonesia rata-rata 10 orang kontak erat per satu orang yang terkonfirmasi positif COVID-19.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Pastikan Testing COVID-19 Berlanjut

Sebagaimana laporan mingguan WHO, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 91 yang terbit pada 8 Juni 2022, testing di Indonesia harus lebih gencar dilakukan. Sebab, terjadi penurunan testing secara nasional.

Selama seminggu dari 30 Mei hingga 5 Juni 2022, proporsi tes positif secara nasional rata-rata di angka 0,8 persen. Proporsi ini dapat ditafsirkan secara andal hanya dengan pengawasan yang komprehensif dan pemeriksaan setidaknya satu orang diuji per 1.000 populasi per minggu.

Selama seminggu tersebut, tingkat pemeriksaan turun menjadi 1,10 per 1.000 populasi per minggu. Sangat penting untuk memastikan kelanjutan dari pemeriksaan yang ketat strategi untuk secara cepat mengidentifikasi kasus COVID-19 di antara kasus yang dicurigai dan kontak erat, demikian laporan WHO yang diterima Health Liputan6.com.

WHO juga mencatat, selama 30 Mei hingga 5 Juni 2022, insiden COVID-19 mingguan per 100.000 penduduk secara nasional di Jawa - Bali dan luar Jawa - Bali berturut-turut adalah 0,7, 1,1 dan 0,2. Insiden mingguan secara nasional terus menurun setelah mencapai puncak pada 21 - 27 Februari 2022.

Analisis tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperlukan untuk terus meningkatkan surveilans yang berfokus pada identifikasi klaster. Pelacakan kontak tetap penting untuk memastikan pengendalian penyakit di masyarakat dan mencegah penularan di antara populasi yang berisiko tinggi, tulis WHO.

3 dari 4 halaman

Testing COVID-19 Tidak Cukup

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, jumlah kasus dan kematian COVID-19 secara global dilaporkan terus menurun. Di sisi lain, perkembangan testing masih tidak cukup sehingga perlu dikejar lebih agresif lagi.

"Ini jelas merupakan tren yang sangat menggembirakan, tetapi WHO terus mendesak agar berhati-hati. Secara global, testing-nya tidak cukup, dan capaian vaksinasi juga belum cukup," ujarnya saat membuka sesi COVID-19 media briefing pada 8 Juni 2022.

"Rata-rata, sekitar tiga perempat petugas kesehatan dan orang berusia di atas 60 tahun di seluruh dunia telah divaksinasi. Tetapi angka ini jauh lebih rendah di negara-negara berpenghasilan rendah."

Hampir 18 bulan sejak vaksinasi COVID-19 pertama diberikan, 68 negara masih belum mencapai cakupan 40 persen. Pasokan vaksin sekarang cukup, tetapi permintaan di banyak negara dengan tingkat vaksinasi terendah masih kurang.

"WHO dan mitra kami bekerja sama dengan negara-negara untuk dorong mengirimkan vaksin COVID-19 ke tempat orang-orang berada melalui kampanye dari pintu ke pintu (door to door), dan dengan memobilisasi para pemimpin masyarakat," tegas Tedros.

"Persepsi bahwa pandemi sudah berakhir dapat dimengerti, tetapi salah arah. Lebih dari 7.000 orang kehilangan nyawa karena virus Corona pada pekan lalu – itu 7.000 terlalu banyak. Varian baru dan bahkan lebih berbahaya dapat muncul kapan saja, dan sejumlah besar orang tetap tidak terlindungi."

4 dari 4 halaman

Lebih dari 3 Juta Kasus COVID-19 Sepekan

Laporan WHO per 8 Juni 2022 juga memaparkan, secara global lebih dari 3 juta kasus dilaporkan dalam periode 30 Mei hingga 5 Juni 2022. Ada penurunan 12 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Jumlah kematian mingguan baru juga terus menurun dengan lebih dari 7.600 kematian dilaporkan. Jumlah ini menandakan adanya penurunan 22 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Di tingkat regional, jumlah kasus mingguan baru meningkat sebanyak 19 persen di wilayah Mediterania Timur dan Wilayah Asia Tenggara sebanyak 1 persen. Sementara itu, di empat wilayah WHO lainnya mengalami penurunan.

Jumlah baru kematian mingguan meningkat di wilayah Pasifik Barat sebanyak 7 persen, sedangkan tren penurunan terlihat di lima wilayah lainnya. Pada 5 Juni 2022, lebih dari 529 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 6 juta kematian telah dilaporkan secara global.

Data juga menunjukkan jumlah kasus mingguan baru di tingkat negara dengan kasus tertinggi dilaporkan di Amerika Serikat dengan 657.268 kasus baru. Laporan kasus baru tertinggi disusul Tiongkok dengan 528.432 kasus baru, Australia di peringkat ketiga dengan 221.935 kasus baru, Brasil 216.334 kasus baru, dan Jerman 215.955 kasus baru.

Jumlah kematian mingguan baru tertinggi juga dilaporkan di Amerika Serikat, yakni 1.703 kematian baru. Disusul Tiongkok (910 kematian baru), Brasil (652 kematian baru), Rusia (565 kematian baru), dan Italia (380 kematian baru).