Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa kasus COVID-19 harian kembali mengalami kenaikan satu bulan pasca Lebaran.
Kemarin pada Kamis, 9 Juni 2022, ada sebanyak 556 kasus COVID-19 baru yang terdeteksi, termasuk dua subvarian Omicron terbaru yakni BA.4 dan BA.5.
Baca Juga
"Sekarang kita pasca Lebaran 2022 ini ditandai setelah hari ke 38 adanya subvarian baru yaitu BA.4 dan BA.5," ujar Syahril dalam konferensi pers Update Perkembangan COVID-19 di Indonesia, Jumat, (10/6/2022).
Advertisement
Syahril menjelaskan bahwa terdapat satu WNI yang terdeteksi dengan Omicron subvarian BA.4 dan tiga orang WNA dengan subvarian BA.5.
Tiga di antaranya yang terinfeksi Omicron BA.5Â merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23-28 Mei 2022.
"Dari kondisi klinis, tiga orang itu tidak bergejala, yang satu orang ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah divaksin bahkan ada yang sudah empat kali divaksin," kata Syahril.
Lebih lanjut Syahril mengungkapkan, subvarian BA.4 dan BA.5 memang menyebabkan kenaikan kasus pada beberapa negara di dunia seperti Afrika Selatan, Portugal, dan Chile. Namun di Indonesia sendiri kasus Omicron BA.4 dan BA.5 baru terdeteksi pada empat orang.
Berdasarkan data yang ada, Syahril juga menuturkan tidak ada indikasi yang menyebabkan kesakitan lebih parah dari varian Omicron lainnya.
Akan tetapi masih ada kemungkinan Omicron varian BA.4 dan BA.5 dapat menyebar lebih cepat daripada varian sebelumnya.
"Jadi transmisinya lebih cepat tapi keparahannya tidak separah yang Omicron sebelumnya," kata Syahril.
Status Masih Terkontrol
Meskipun terjadi kenaikan kasus, Syahril mengungkapkan bahwa positivity rate di Indonesia masih relatif rendah yakni 1,15 persen.
Hal tersebut berpacu pada standar positivity rate yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni sebesar 5 persen.
"Artinya apa? Kita masih dalam keadaan pandemi yang terkontrol kalau dilihat dari positivity rate ini," kata Syahril.
Namun capaian vaksinasi lengkap (dosis satu dan dua) di Indonesia sendiri masih kurang dari standar WHO. Menurut Syahril, hal tersebutlah yang menjadi tugas kedepannya untuk segera dipenuhi.
Capaian vaksinasi dosis lengkap Indonesia saat ini adalah 62,16 persen. Sedangkan target WHO adalah 70 persen untuk dapat disebut mencapai herd immunity.
Begitupun dengan vaksinasi booster yang capaiannya masih rendah. Dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, baru lima diantaranya yang mencapai 30 persen.
"Ini menjadi tugas kita bersama karena vaksinasi ini merupakan upaya kita untuk memberikan kekebalan atau imunitas pada seseorang atau komunitas yang ada di masyarakat kita," ujar Syahril.
Advertisement
Rencana Kemenkes
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diketahui memiliki karakteristik mampu menghindar dari imunitas tubuh manusia yang dibentuk oleh vaksin.
Namun di sisi lain saat ini pelonggaran terkait COVID-19 juga sudah dilakukan. Seperti dikendorkannya aturan untuk menggunakan masker di ruangan terbuka bagi orang yang masuk dalam kategori sehat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Syahril menuturkan bahwa pelonggaran tersebut pun akan dievaluasi kedepannya.
"Kelonggaran pemakaian masker di luar ruangan terbuka tapi dengan perbatasan akan tetap dievaluasi. Apabila ada peningkatan kasus yang nanti memang ada kaitannya dengan kenaikan BA.4 atau BA.5, maka kita akan lebih memperketat protokol kesehatan," ujar Syahril.
"Karena protokol kesehatan ini menjadi upaya utama bagi kita semua di samping adalah vaksinasi. Tentu saja kita tidak ingin adanya lonjakan kasus lagi," tambahnya.
Sudah Terdeteksi Sejak Mei
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa empat kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi di Bali sejak Mei 2022.
Sedangkan hasil dari genome sequencing terkait empat data tersebut telah diterima oleh Kemenkes pada Kamis, 9 Juni 2022 malam.
Lebih lanjut Budi mengungkapkan bahwa Kemenkes saat ini juga tengah berupaya untuk mencegah adanya peningkatan angka kasus di wilayah DKI Jakarta dengan mengintensifkan pelacakan kasus dan penegakan protokol kesehatan.
Hal tersebut lantaran positivity rate di Jakarta menjadi yang paling tinggi secara nasional.
"Di Indonesia positivity rate di bawah 5 persen. Secara nasional sekarang 1,15 persen, paling tinggi di DKI Jakarta 3 persenan," ujar Budi mengutip Antara.
Advertisement