Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi masuk Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun sedang memonitor dua subvarian tersebut.
Hasil deteksi genom sekuensing subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 baru-baru ini keluar, yang berasal dari laporan masuk pada akhir Mei 2022. Laporan kasus yang masuk dari empat orang di Bali yang terpapar kedua subvarian tersebut.
Baca Juga
"Untuk informasi, varian Omicron BA.4 dan BA.5 itu sudah ditemukan di Indonesia. Kemarin di Bali, sudah ada empat orang yang ditemukan terkena BA.4 dan BA.5," ungkap Budi Gunadi usai Kick Off Integrasi Layanan Kesehatan Primer di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta pada Jumat, 10 Juni 2022.
Advertisement
"Nah, kita sekarang sedang monitor karena memang ini bisa menghindari imunitas yang dibentuk vaksin, penyebarannya cepat sama seperti Omicron."
Walaupun sudah terdeteksi Omicron BA.4 dan BA.5, Budi Gunadi menekankan, kekebalan masyarakat Indonesia terhadap COVID-19 masih tinggi. Hal ini berdasarkan hasil sero survei antibodi yang dilakukan Kemenkes bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).
Diakui, adanya dua subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 itu menjadi penyebab terjadinya kenaikan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Namun, kenaikan kasus tidak terjadi signifikan.
"Tapi berhubung imunitas kita masih tinggi yang sero survei bulan Maret kemarin dan kenaikannya kita lihat masih dalam tahap level yang aman," terang Budi Gunadi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Positivity Rate dan Transmisi Terkontrol
Di tengah penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, perkembangan kasus COVID-19 nasional dalam tahap terkendali. Angka positivity rate -- proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites -- dan transmisi komunitas -- level penularan COVID-19 yang terjadi dalam suatu lingkungan tertentu -- terkontrol.
"Ada dua yang kita lihat, yaitu positivity rate kita di bawah 5 persen. Sekarang kan positivity rate kita masih 1,15 persen, paling tinggi Jakarta itu 3 persen-an," Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan.
"Untuk indikator transmisi ada pengaturannya dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu 20 per 100.000 penduduk per minggu. Kita sekarang masih 1 per 100.000 penduduk per minggu. Dua indikator ini masih terkontrol."
Berdasarkan laporan mingguan WHO, Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 91 yang terbit pada 8 Juni 2022, rentang 30 Mei hingga 5 Juni 2022, semua provinsi di Indonesia berada pada tingkat transmisi komunitas yang rendah (CT1) dengan kejadian kasus mingguan kurang dari 20 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan pedoman interim WHO, level CT1 di Indonesia berarti bahwa ada risiko infeksi COVID-19 yang rendah untuk populasi umum dan insiden yang rendah dari kasus yang terdeteksi secara lokal dan tersebar luas dalam 14 hari terakhir.
Advertisement
Kategori Variant Under Monitoring
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, dijelaskan Budi Gunadi Sadikin termasuk kategori Variant Under Monitoring (VUM). VUM merupakan garis keturunan Variant of Concern (VoC) yang mungkin memerlukan perhatian dan pemantauan yang diprioritaskan.
Tujuan utama dari kategori ini untuk menyelidiki apakah garis keturunan varian virus Corona VoC dapat menimbulkan ancaman tambahan bagi kesehatan masyarakat global dibandingkan dengan virus lain yang beredar.
Di Indonesia, kejadian kasus kenaikan COVID-19 dipicu dari adanya penyebaran varian baru Corona.
"Yang perlu dipahami, kenaikan dari kasus selalu disebabkan varian baru. Kita sudah pastikan bahwa kenaikan (kasus) bukan disebabkan liburan atau hari besar, tapi disebabkan dengan varian baru," jelas Budi Gunadi.
"Varian bru ada tingkatan jaringannya, ada Variant Under Monitoring, Variant of Interest (VoI), yang paling tinggi tingkatannya Variant of Concern. VOC yang terakhir terdata adalah varian Omicron, memang keluar beberapa under monitoring, yaitu varian Omicon BA.4 dan BA.5."
Menurut Menkes Budi Gunadi, varian Omicon BA.4 dan BA.5 menjadi penyebab kenaikan kasus COVID-19 di sejumlah negara di dunia.
"Ini yang memang membuat kenaikan (kasus) beberapa negara di Eropa dan di Asia serta Amerika," imbuhnya.
Omicon BA.4 dan BA.5 di Amerika
Salah satu contoh persebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di beberapa negara bagian Amerika berdasarkan data Centers for Disease Control and Prevention per 10 Juni 2022, antara lain:
- New York/New Jersey: BA.4 mencakup 2 persen kasus. BA.5 mencakup 4 persen dari kasus.
- Upper Northeast: Termasuk negara bagian seperti Massachusetts dan Maine. BA.4 mencakup 4,4 persen dari kasus. BA.5 mencakup 2,8 persen dari kasus.
- West coast: Termasuk California, Washington, dan Oregon. BA.4 mencakup 6,3 persen kasus di California dan 4,1 persen kasus di Washington dan Oregon. BA.5 mencakup 6,8 persen kasus di California dan 11,7 persen kasus di Washington dan Oregon.
- South East: Termasuk negara bagian seperti Carolina Utara dan Selatan. BA.4 mencakup 6,9 persen dari kasus. BA.5 mencakup 3,3 persen dari kasus.
- South Central: Termasuk negara bagian seperti Texas dan New Mexico. BA.4 mencakup 8,9 persen dari kasus. BA.5 mencakup 13,2 persen dari kasus.
- South: Termasuk negara bagian seperti Florida dan Alabama. BA.4 mencakup 3,9 persen dari kasus. BA.5 mencakup 9,1 persen dari kasus.
Advertisement