Seperti narkotik, psikotropik yang merupakan obat penenang juga banyak dikonsumsi orang-orang galau. Obat-obat penenang ini membuat si pemakainya merasa nyaman, tapi ada bahaya laten yang mengintai si pemakainya.
Berikut ini adalah jenis obat yang mengandung zat adiktif yang sangat berbahaya seperti dikutip dari situs Badan Narkotika Nasional (BNN), Alkoholism dan drugpolicy.org, Senin (28/1/2013) :
1. Amfetamin: Shabu, Inex, dan Ekstasi
Amfetamin merupakan bahan adiktif berbentuk pil, kapsul atau tepung yang merupakan pendorong stimulan yang bisa mengubah suasana hati. Efeknya biasanya berlangsung antara 10-12 jam.
Amfetamin ini sering digunakan untuk mengobati gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak.
Dan juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.
Namun kini Amfetamin sering disalahgunakan terutama methamphetamine dan amfetamin tipe ekstasi. Oleh penggunanya, amfetamin dikenal dengan shabu, inex, dan ecstasy.
Dosis tunggal 5mg biasanya digunakan oleh pengguna pemula saat mereka berada di tempat hiburan umum seperti kafe, club malam atau sejenisnya.
Gejala penggunaan amfetamin bisa dilihat secara fisik dengan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah meningkat, membesarnya pupil, muntah dan tidak bisa tidur.
2. LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide)
LSD merupakan jenis halusinogen yang memiliki efek sangat buruk terhadap mental seseorang. Menurut peneliti dari laboratorium Sandoz tahun 1943, menyebutkan kalau LSD mempunyai efek menyerupai gangguan psikosis.
LSD berbentuk pil, cara pemakaiannya ditelan atau melalui mukosa oral dengan menggunakan kertas yang diresapi LSD dengan dosis 100-300 mikrogram.
Efek dari tripping LSD bisa mencapai 6-8 jam, ditambah dengan 2-6 jam offset (penurunan), meliputi:
- Meningkatnya energi dan tidak bisa tidur
- Halusinasi penglihatan seperti tembok yang bernapas, motif gambar yang bergerak dan meninggalkan jejak, perubahan bentuk benda menjadi bentuk lain (morphing).
- Halusinasi pendengaran sehingga musik terkesan bergema dan memiliki efek chorus tambahan
- Emosi yang labil dan sangat tergantung oleh mood pada saat itu sehingga bisa menyebabkan senang, sedih, marah, takut, jengkel, atau depresi.
- Perubahan persepsi tentang waktu
- Banyak berkeringat
- Susah konsentrasi
- Gigi geraham yang rasanya terikat
- Paranoid dan sering tiba-tiba teringat akan masa-masa lalu
Tanda-tanda fisik maupun psikologis yang timbul pada pengguna LSD seperti tekanan darah meningkat, suhu tubuh meningkat sehingga berkeringat terus, mual, pusing, dan penglihatan kabur.
Sedangkan tanda psikologis muncul seperti perubahan suasana hati (mood), gangguan persepsi, gangguan proses pikir dan perilaku, keras kepala, paranoia, panik, muncul ide bunuh diri, hingga disorientasi waktu dan tempat.
Pengguna LSD dalam tingkat kronis bisa menunjukkan gejala halusinasi atau berkhayal buruk dan disertai kilas balik (flashback) pada penggunanya.
Gejala flashback merupakan sindrom yang ditandai dengan pengalaman kembali berbagai gangguan persepsi, setelah tidak menggunakan narkoba jenis halusinogen dalam beberapa waktu.
3. Obat penenang/obat tidur (sedativa-hipnotika): Pil BK, megadon, diazepam, bromazepam, obat tidur (nitrazepam, estazolam)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran seperti pil BK, megadon, diazepam, bromazepam, obat tidur (nitrazepam, estazolam) merupakan keluarga psikotropika yang memiliki zat penenang.
Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis besar dapat membuat orang yang tertidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah awalnya gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang.
Jika pemakaiannya overdosis maka pecandu akan banyak bicara tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, napasnya lambat, turunnya kesadaran, pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.
4. Obat anti depresi: Nitrazepam, Dumolid dan Megadon.
Nitrazepam sering digunakan sebagai hipnotik dalam terapi jangka pendek imsonia, cemas, depresi, dan iritabilitas. Obat ini memiliki efek ketergantungan dengan dosis yang makin meningkat, gangguan kepribadian.
Ketika berhenti menggunakan obat ini, tiba-tiba dapat menimbulkan gejala depresi, gelisah dan diare. Efek jangka pendek dari nitradiazepam adalah reaksi acuh tak acuh, kemampuan penilaian menurun, hilangnya daya konsentrasi, dan reaksi koordinasi pengendalian yang terganggu.
Efek jangka panjang berupa berat badan yang menurun, mudah tersinggung, perilaku yang membingungkan. Obat-obatan ini biasanya dijual dengan nama Dumolid dan Megadon.
5. Antipsikotik: clozaril, dogmatil, stelazine
Antipsikotik berfungsi untuk mengatasi masalah pikiran. Biasanya obat ini diberikan pada pasien sakit jiwa. Banyak macam obat-obatan antipsikotik seperti clozaril, dogmatil, stelazine dll. Masing-masing pengguna memiliki reaksi di otak yang berbeda-beda sehingga harus berdasarkan resep dokter. (Fit/Igw)
Berikut ini adalah jenis obat yang mengandung zat adiktif yang sangat berbahaya seperti dikutip dari situs Badan Narkotika Nasional (BNN), Alkoholism dan drugpolicy.org, Senin (28/1/2013) :
1. Amfetamin: Shabu, Inex, dan Ekstasi
Amfetamin merupakan bahan adiktif berbentuk pil, kapsul atau tepung yang merupakan pendorong stimulan yang bisa mengubah suasana hati. Efeknya biasanya berlangsung antara 10-12 jam.
Amfetamin ini sering digunakan untuk mengobati gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada pasien dewasa dan anak-anak.
Dan juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis.
Namun kini Amfetamin sering disalahgunakan terutama methamphetamine dan amfetamin tipe ekstasi. Oleh penggunanya, amfetamin dikenal dengan shabu, inex, dan ecstasy.
Dosis tunggal 5mg biasanya digunakan oleh pengguna pemula saat mereka berada di tempat hiburan umum seperti kafe, club malam atau sejenisnya.
Gejala penggunaan amfetamin bisa dilihat secara fisik dengan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah meningkat, membesarnya pupil, muntah dan tidak bisa tidur.
2. LSD (Lycergic Syntetic Diethylamide)
LSD merupakan jenis halusinogen yang memiliki efek sangat buruk terhadap mental seseorang. Menurut peneliti dari laboratorium Sandoz tahun 1943, menyebutkan kalau LSD mempunyai efek menyerupai gangguan psikosis.
LSD berbentuk pil, cara pemakaiannya ditelan atau melalui mukosa oral dengan menggunakan kertas yang diresapi LSD dengan dosis 100-300 mikrogram.
Efek dari tripping LSD bisa mencapai 6-8 jam, ditambah dengan 2-6 jam offset (penurunan), meliputi:
- Meningkatnya energi dan tidak bisa tidur
- Halusinasi penglihatan seperti tembok yang bernapas, motif gambar yang bergerak dan meninggalkan jejak, perubahan bentuk benda menjadi bentuk lain (morphing).
- Halusinasi pendengaran sehingga musik terkesan bergema dan memiliki efek chorus tambahan
- Emosi yang labil dan sangat tergantung oleh mood pada saat itu sehingga bisa menyebabkan senang, sedih, marah, takut, jengkel, atau depresi.
- Perubahan persepsi tentang waktu
- Banyak berkeringat
- Susah konsentrasi
- Gigi geraham yang rasanya terikat
- Paranoid dan sering tiba-tiba teringat akan masa-masa lalu
Tanda-tanda fisik maupun psikologis yang timbul pada pengguna LSD seperti tekanan darah meningkat, suhu tubuh meningkat sehingga berkeringat terus, mual, pusing, dan penglihatan kabur.
Sedangkan tanda psikologis muncul seperti perubahan suasana hati (mood), gangguan persepsi, gangguan proses pikir dan perilaku, keras kepala, paranoia, panik, muncul ide bunuh diri, hingga disorientasi waktu dan tempat.
Pengguna LSD dalam tingkat kronis bisa menunjukkan gejala halusinasi atau berkhayal buruk dan disertai kilas balik (flashback) pada penggunanya.
Gejala flashback merupakan sindrom yang ditandai dengan pengalaman kembali berbagai gangguan persepsi, setelah tidak menggunakan narkoba jenis halusinogen dalam beberapa waktu.
3. Obat penenang/obat tidur (sedativa-hipnotika): Pil BK, megadon, diazepam, bromazepam, obat tidur (nitrazepam, estazolam)
Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran seperti pil BK, megadon, diazepam, bromazepam, obat tidur (nitrazepam, estazolam) merupakan keluarga psikotropika yang memiliki zat penenang.
Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan, sedangkan dalam dosis besar dapat membuat orang yang tertidur.
Gejala akibat pemakaiannya adalah awalnya gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun, bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur, gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik, dan kejang-kejang.
Jika pemakaiannya overdosis maka pecandu akan banyak bicara tetapi tidak jelas, sempoyongan, suka bertengkar, napasnya lambat, turunnya kesadaran, pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat menimbulkan kematian.
4. Obat anti depresi: Nitrazepam, Dumolid dan Megadon.
Nitrazepam sering digunakan sebagai hipnotik dalam terapi jangka pendek imsonia, cemas, depresi, dan iritabilitas. Obat ini memiliki efek ketergantungan dengan dosis yang makin meningkat, gangguan kepribadian.
Ketika berhenti menggunakan obat ini, tiba-tiba dapat menimbulkan gejala depresi, gelisah dan diare. Efek jangka pendek dari nitradiazepam adalah reaksi acuh tak acuh, kemampuan penilaian menurun, hilangnya daya konsentrasi, dan reaksi koordinasi pengendalian yang terganggu.
Efek jangka panjang berupa berat badan yang menurun, mudah tersinggung, perilaku yang membingungkan. Obat-obatan ini biasanya dijual dengan nama Dumolid dan Megadon.
5. Antipsikotik: clozaril, dogmatil, stelazine
Antipsikotik berfungsi untuk mengatasi masalah pikiran. Biasanya obat ini diberikan pada pasien sakit jiwa. Banyak macam obat-obatan antipsikotik seperti clozaril, dogmatil, stelazine dll. Masing-masing pengguna memiliki reaksi di otak yang berbeda-beda sehingga harus berdasarkan resep dokter. (Fit/Igw)