Liputan6.com, Jakarta Ahli epidemiologi Dicky Budiman menjelaskan alasan mengapa COVID-19 varian Omicron BA.4 dan BA.5 lebih mudah menginfeksi ketimbang BA.1 dan B.2.
Menurutnya, subvarian BA.4 dan BA.5 adalah Variant of Concern (VOC) atau varian yang diwaspadai karena merupakan turunan dari Omicron yang juga VOC. Hingga kini, kedua subvarian ini sudah menyebar di sekitar 40 negara.
Baca Juga
“Karakter seperti apa yang membuat kita harus lebih waspada? Yang pertama, sebagaimana turunan Omicron lain, kedua subvarian ini memiliki juga mutasi-mutasi yang dimiliki oleh VOC lainnya,” ujar Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Minggu (12/6/2022).
Advertisement
BA.4 dan BA.5 adalah subvarian Omicron yang memiliki mutasi yang dimiliki juga oleh varian Delta seperti L452.
“Nah L452 ini sebagaimana pada Delta, mutasinya membuat subvarian menjadi lebih mudah menginfeksi, bukan hanya pada yang belum divaksinasi, tapi juga pada yang sudah vaksinasi dosis kedua atau pada yang pernah terinfeksi.”
Dengan kata lain, orang yang sudah terinfeksi BA.1 dan BA.2 pun masih memiliki kemungkinan bisa terinfeksi ulang (reinfeksi) oleh BA.4 atau BA.5.
“Dengan mutasi L452 ini, dia lebih mudah terikat di reseptor AC2 yang ada di banyak sel tubuh manusia terutama di sel paru. Itu sebabnya, BA.4 dan BA.5 ini mudah menginfeksi dan membuat timbulnya gejala.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Karakteristik Lainnya
Subvarian BA.4 dan BA.5 yang lebih cepat menginfeksi disetujui oleh ahli lain. Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter spesialis paru konsultan, Erlina Burhan telah menyampaikan data interim (sementara) dari kedua varian tersebut.
Menurutnya, transmisibilitas atau kemampuan menular dua subvarian tersebut kemungkinan lebih cepat ketimbang BA.1 dan BA.2.
“Namun, untuk tingkat keparahan, saat ini karena kasusnya masih sedikit belum ada indikasi lebih parah. Jadi minimal sama dengan varian Omicron yang original. Belum terlihat indikasi perbedaan mungkin karena baru sedikit (kasusnya),” ujar Erlina dalam seminar daring Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada Minggu (12/6/2022).
Ia menambahkan, masa inkubasi dan penyembuhan dari varian Omicron lebih cepat dari COVID-19 biasa. Masa infeksiusnya yakni 1 hingga 2 hari sebelum gejala hingga kurang dari 10 hari setelah gejala muncul. Subvarian ini paling menular pada 1-2 hari sebelum bergejala hingga 2-3 hari setelah bergejala.
Advertisement
Kemampuan Menghindari Sistem Imun
Sedangkan terkait gejalanya, Erlina mengatakan bahwa pada 29 April 2022 hingga saat ini terdapat sejumlah kecil kasus subvarian BA.4 dan BA.5. Sehingga terlalu dini untuk mengetahui secara pasti apakah ada gejala baru terkait dengan garis keturunan ini.
“Namun, mengingat bahwa garis keturunan masih diklasifikasikan sebagai Omicron dan bahwa sebagian besar mutasi terutama dalam protein lonjakan adalah sama, kemungkinan gejalanya akan serupa.”
Terkait kemampuan untuk menghindari sistem imun, dua varian baru ini kemungkinan besar memiliki kemampuan tersebut.
Ada bukti beberapa perubahan antigenik dibandingkan dengan BA.2 berdasarkan pemodelan struktural. BA.4 dan BA.5 paling dekat hubungannya dengan BA.2. Pemodelan struktural menunjukkan kemungkinan ada perubahan antigenik yang terkait dengan L452R yang ditemukan di varian Delta DAN F486V yang keduanya dapat memengaruhi peningkatan antibodi.
“Ini level kepercayaannya sedang, jadi mungkin kita lebih percaya bahwa BA.4 dan BA.5 ini mudah menular karena kemampuan menghindari sistem imun.”
Ditemukan di Bali dan DKI Jakarta
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terdeteksi masuk Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun sedang memonitor dua subvarian tersebut.
Hasil deteksi genom sekuensing subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 baru-baru ini keluar, yang berasal dari laporan masuk pada akhir Mei 2022. Laporan kasus yang masuk dari empat orang di Bali yang terpapar kedua subvarian tersebut.
"Untuk informasi, varian Omicron BA.4 dan BA.5 itu sudah ditemukan di Indonesia. Kemarin di Bali, sudah ada empat orang yang ditemukan terkena BA.4 dan BA.5," ungkap Budi Gunadi usai Kick Off Integrasi Layanan Kesehatan Primer di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta pada Jumat, 10 Juni 2022.
"Nah, kita sekarang sedang monitor karena memang ini bisa menghindari imunitas yang dibentuk vaksin, penyebarannya cepat sama seperti Omicron."
Setelah ditemukan di bali, kini kedua subvarian itu sudah terdeteksi juga di DKI Jakarta.
Berdasarkan data terbaru, ada 4 tambahan kasus BA.4 dan BA.5 yang berasal dari DKI Jakarta.
Dengan tambahan 4 orang, maka sudah ada 8 orang di Indonesia yang terdeteksi terpapar BA.5 dan BA.4 lewat hasil pemeriksaan whole genome sequencing.
Menurut data yang dibagikan Erlina, empat orang yang terdeteksi di Jakarta itu tiga di antaranya bergejala, sementara satu kasus tidak diketahui ada gejala atau tidak.
Berdasarkan hasil tes whole genome sequencing yang keluar 10 Juni 2022, salah seorang pasien perempuan yang terpapar BA.5 tercatat sebagai satu-satunya yang bergejala sedang. Pasien tersebut bergejala batuk, sesak napas, sakit kepala, mual muntah. Sementara dua lainnya bergejala ringan.
Pasien sudah mendapatkan dua kali suntikan vaksin Sinovac. Vaksinasi terakhir yang ia lakukan pada 21 Mei 2021 dan ia belum mendapatkan booster.
Advertisement