Sukses

Satgas: Vaksin COVID-19 Masih Efektif Lindungi Tubuh dari Omicron BA.4 dan BA.5

Vaksin masih efektif lindungi dari varian baru COVID-19 BA.4 dan BA.5. Ayo segera divaksin bagi yang belum.

Liputan6.com, Jakarta - Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang disebut-sebut meningkatkan jumah kasus COVID-19 di beberapa negara sudah masuk Indonesia. Meski demikian, para pakar berpendapat vaksin COVID-19 masih efektif memberikan perlindungan dari varian baru yang ada.

"Ahli sepakat, vaksin masih efektif meningkatkan perlindungan dari varian baru yang ada," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito dalam Konferensi Pers, 14 Juni 2022.

Pakar di Eropa juga mengatakan orang yang sudah dapat vaksinasi COVID-19 risikonya lebih rendah tertular varian BA.4 dan BA.5. Vaksinasi juga dapat melindungi individu dari keparahan sakit hingga mencegah kematian jika terpapar.

"Menurut European Center Disease and Control peluang penularan varian ini menurun pada orang yang sudah divaksin daripada yang belum divaksin walau sudah divaksin sebelumnya," kata Wiku.

Secara umum, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki karakter menular lebih cepat, juga mampu menghindari kekebalan tubuh yang tercipta dari infeksi COVID-19 varian sebelumnya. Walau begitu, tidak ditemukan indikasi gejala lebih parah bila terpapar varian ini.

"Simpulan ini masih sementara dan masih butuh studi lanjutan," kata Wiku.

Mengingat vaksinasi masih penting, maka bagi Anda yang belum mendapatkan vaksin COVID-19 ayo segera lengkapi. Bila yang sudah bisa mendapatkan suntikan dosis ketiga ayo segera mendaftar untuk divaksin.

2 dari 4 halaman

Masuknya Varian Baru Sulit Dihindarkan

Wiku mengatakan bahwa kemunculan varian baru tidak bisa dihindarkan. Namun, masyarakat bisa mengupayakan pencegahan agar tidak tertular dengan protokol kesehatan serta menerapkan gaya hidup bersih dan sehat.

Hal senada pun disampaikan Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indoensia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengatakan untuk kembali menggalakkan penerapan protokol kesehatan (prokes).

"Rasanya prokes harus digalakkan lagi - agar kita dapat menekan risiko penularan sebelum telat," kata Zubairi.

Ia pun sadar bahwa sebagian masyarakat mungkin merasa sudah bosan berhadapan dengan COVID-19. Namun, bagaimanapun prokes merupakan salah satu kunci penting mencegah penularan kasus yang lebih luas.

"Saya tahu beberapa orang jengah dengan COVID-19. Tapi saya harus ingatkan kembali (soal penerapan prokes)," kata Zubairi dalam cuitan di Twitter @ProfesorZubairi pada Selasa, 14 Juni 2022.

 

3 dari 4 halaman

20 Kasus BA.4 dan BA.5

Hingga Selasa, 14 Juni 2022 Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa ada 20 kasus teridentifikasi terpapar subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengutip Antara.

Laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.

BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian.

4 dari 4 halaman

Gejala BA.4 dan BA.5

Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dokter spesialis paru konsultan Erlina Burhan mengatakan gejala terpapar BA.4 dan BA.5 mirip Omicron terdahulu yakni BA.1 dan BA.2.

"Hingga saat ini para ahli sepakat gejala BA.4 dan BA.5 gejala mirip Omicron terdahulu. Tidak akan berbeda yang bermakna," lanjut wanita yang sehari-hari praktik di RSUP Persahabatan Jakarta ini.

Gejala terbanyak pada Omicron adalah batuk, sesak napas, demam, badan pegal-pegal, fatique.

"Replikasi terbanyak Omicron itu di saluran napas atas, meski ada juga sedikit kasus yang replikasi hingga saluran napas bawah sehingga bisa sampai sesak napas," jelasnya.

Transmisibilitas atau kemampuan menular dua subvarian tersebut kemungkinan lebih cepat ketimbang BA.1 dan BA.2.

“Namun, untuk tingkat keparahan, saat ini karena kasusnya masih sedikit belum ada indikasi lebih parah. Jadi minimal sama dengan varian Omicron yang original. Belum terlihat indikasi perbedaan mungkin karena baru sedikit (kasusnya),” ujar Erlina