Sukses

Prediksi Puncak Omicron BA.4 dan BA.5 Tercapai Juli, COVID-19 RI Melesat?

Prediksi puncak Omicron BA.4 dan BA.5 pada Juli nanti, kasus COVID-19 Indonesia melonjak drastis atau tidak.

Liputan6.com, Jakarta Prediksi puncak subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang tercapai pada Juli 2022 menimbulkan kekhawatiran terkait penambahan kasus COVID-19 Tanah Air. Apalagi kedua subvarian ini menjadi salah satu penyebab terjadinya lonjakan kasus di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Inggris.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, kenaikan kasus COVID-19 diharapkan tidak melonjak drastis. Meski terjadi penambahan kasus baru, kenaikan terbilang terkendali dan tidak terjadi lonjakan hospitalisasi pasien yang dirawat.

"Kita tentunya berharap tidak terjadi kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan walaupun ditemukannya varian baru. Karena pada prinsipnya, kasus yang terjaring akan melalui prosedur isolasi sampai dinyatakan sembuh," ungkap Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Kamis (23/6/2022).

Demi mengantisipasi penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Pemerintah berupaya gencar melakukan deteksi varian dengan Whole Genome Sequencing (WGS). Pemeriksaan (testing) juga dilakukan, khususnya di pintu masuk negara.

"Dan sebagai antisipasi, Pemerintah akan terus meningkatkan upaya WGS, melakukan studi epidemiologi sebaran varian, dan memastikan efektivitas alat testing, khususnya di pintu-pintu masuk. Hal ini diharapkan dapat mendeteksi dan menangani kasus dengan varian baru dengan lebih baik," jelas Wiku.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

COVID-19 Harian di Atas 1.000 Kasus

Dalam beberapa hari terakhir terjadi kenaikan kasus positif COVID-19. Kondisi ini menjadi peringatan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia.

Wiku Adisasmito menjelaskan, selama 6 hari berturut-turut, kasus COVID-19 terus berada di atas angka 1.000. Padahal, dalam dua bulan terakhir kasus harian berhasil dipertahankan di bawah 1.000 kasus.

"Meskipun angka kenaikan ini terbilang tidak tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan, tetapi kenaikan ini merupakan alarm yang perlu kita waspadai," kata Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa (21/6//2022).

Perkembangan penanganan COVID-19 per 21 Juni 2022, kenaikan kasus mingguan sebesar 105 persen. Dari 3.688 pada minggu lalu, menjadi 7.587 pada pekan ini. Kenaikan ini turut memengaruhi kenaikan kasus aktif, yang sebelumnya 4.734 menjadi 8.594 pada pekan ini.

Kenaikan kasus terbanyak disumbangkan dari tiga provinsi, yaitu, DKI Jakarta (naik 2.769 kasus), Jawa Barat (naik 686 kasus), dan Banten (naik 285 kasus).

"Dengan meningkatnya kasus positif dan kasus aktif, maka seharusnya kasus kematian ditekan dan persentase kesembuhan ditingkatkan. Nyatanya, di minggu terakhir terjadi kenaikan kematian mingguan dari 28 menjadi 44 kasus," ujar Wiku.

"Seharusnya, dengan naiknya angka kematian, maka segera lakukan evaluasi dan mitigasi agar kematian tidak terus meningkat. Selalu saya tekankan bahwa satu kematian saja terbilang nyawa.

3 dari 4 halaman

Angka Kesembuhan Sedikit Turun

Dari segi persentase kesembuhan COVID-19 terbilang masih tinggi, yakni 97,28 persen. Namun, angka ini sedikit menurun. Seharusnya, angka kembali didorong agar terus meningkat, beriringan dengan upaya penurunan tren kematian.

"Hal lain yang menjadi perhatian, dalam masa terjadi kenaikan kasus, testing menjadi salah satu indikator penting. Sebab, dengan angka yang tinggi akan meningkatkan keakuratan jumlah kasus positif di tengah masyarakat," Wiku Adisasmito menambahkan.

"Sehingga, semakin cepat menjaring kasus untuk segera ditangani dengan baik sesuai gejalanya."

Data testing minggu ini, jumlah orang diperiksa sebesar 340.723 atau mencapai 126,19 persen dari target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Angka ini mengalami peningkatan selama tiga pekan terakhir dan perlu dipertahankan agar terus meningkat.

Kabar baik dari perkembangan COVID-19, angka positivity rate mingguan yang angkanya masih di bawah 5 persen hingga pekan ini. Namun, harus diwaspadai karena terjadi kenaikan selama empat minggu berturut-turut. Dari sebelumnya 0,33 persen di minggu ke-4 Mei, menjadi 2,23 persen di pekan ini.

"Kabar baiknya, positivity rate ini masih di bawah 5 persen, dan masih dapat dikatakan aman. Tentunya, angka ini harus tetap kita tekan sehingga tidak mendekati 5 persen dengan terus gencar meningkatkan testing di tengah masyarakat" lanjut Wiku.

4 dari 4 halaman

Kesadaran Testing dan Disiplin Prokes

Demi menyikapi perkembangan penanganan COVID-19 terkini, Wiku Adisasmito menekankan, secara umum ada beberapa hal yang perlu untuk kembali digencarkan.

Pertama, deteksi kasus sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran menuju ke tempat testing COVID-19 untuk diperiksa, terutama kepada individu yang bergejala atau setelah berkontak erat dengan pasien positif COVID-19.

Kedua, kepada pemerintah daerah untuk kembali memastikan bahwa tempat testing ada dan mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Ketiga, upaya treatment pasien COVID-19 harus kembali dikuatkan. Adanya peningkatan kematian pada minggu terakhir, maka perlindungan kepada kelompok rentan juga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu terus mendorong vaksinasi khususnya pada penderita komorbid, anak-anak dan lansia untuk melindungi dari penyakit parah dan kematian.

Keempat, perlu juga pengawasan pada pasien lebih ketat di tempat isolasi terpusat atau rumah sakit rujukan. Kelima, masyarakat kembali diingatkan terus memperketat kedisiplinan protokol kesehatan.

"Karena di tengah naiknya kasus saat ini, sangat penting untuk bisa melindungi diri sendiri dan orang lain dengan terus memakai masker dan mencuci tangan dengan rutin. Ingat, masing-masing individu dapat berkontribusi dalam menekan kasus COVID-19 di Indonesia dimulai dari diri sendiri," pungkas Wiku.