Sukses

Kasus Subvarian Omicron BA4 dan BA5 di Indonesia Capai 143 Jiwa, Banyak yang Sudah Sembuh

Banyak yang sudah sembuh dari Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia sampai dengan kemarin, Kamis, 23 Juni 2022, berjumlah 143 jiwa. Namun, banyak pasien yang juga sudah dinyatakan sembuh.

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr Mohammad Syahril SpP MPH bahwa jumlah terbanyak dari distribusi Subvarian Omicron baru tersebut adalah BA.5 yang mencapai 122 kasus, sedangkan BA.4 hanya 21 kasus.

Dalam temu media daring pada Jumat siang, 24 Juni 2022, Syahril, mengatakan, Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini terbanyak ada di DKI Jakarta (98 kasus), yang diikuti dengan Jawa Barat (29 kasus), Banten (13 kasus), dan Bali (tiga kasus)

Dari pemaparannya, baik Subvarian Omicron BA.4 maupun BA.5 menyerang hampir seluruh usia. Dari yang berumur nol s/d empat tahun (empat kasus), lima s/d sembilan tahun (enam kasus), 10 s/d 14 tahun (tujuh kasus), 15 s/d 19 tahun (11 kasus), 20 s/d 29 tahun (29 kasus), 30 s/d 39 tahun (34 kasus), 40 s/d 49 tahun (20 kasus), hingga populasi lanjut usia atau 50 s/d 59 tahun (20 kasus).

"Dari data yang ada, semuanya memiliki kesamaan, sama-sama bergejala ringan (38 kasus) dan tidak bergejala (sembilan kasus)," kata pria yang juga Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso.

"Hanya satu orang di DKI Jakata yang dikateogroikan sedang karena ada sesak napas, tapi sekarang sudah selesai dirawat dan sembuh," Syahril menambahkan. Masih dari data yang disajikan kepada media, diketahui ada 96 kasus yang masuk kategori 'tidak ada data'.

143 kasus Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ini paling banyak terjadi pada pasien laki-laki yang jumlahnya mencapai 73 jiwa, ketimbang pasien perempuan yang terdata sebanyak 70 jiwa.

2 dari 3 halaman

Kasus COVID di Tanah Air Terus Naik

Lebih lanjut Syahril mengatakan bahwa penambahan kasus Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 turut memengaruhi penambahan kasus COVID-19 secara nasional di INdonesia.

Situasi nasional saat ini, kata Syahril, per Kamis, 23 Juni 2022, terjadi penambahan sebanyak 1.907 kasus COVID-19.

"Ada 21 provinsi yang mengalami penignkatan dalam satu minggu terakhir, dan 19 provinsi mengalami penurunan kasus," katanya.

"Dari 1.907 kasus ini, positivity rate-nya sebesar 11,47 persen," dia menambahkan.

Tren kasus harian dan positivity rate nasional yang yang sempat landai, di akhir dalam minggu terakhir Mei 2022 mengalami peningkatan.

Misal, pada 1 Juni kasusnya hanya 368 jiwa, perlahan-lahan bertambah dan meningkat sampai pada akhirnya pada 18 Juni 2022 jumlahnya mencapai 1.242 jiwa.

"Kemudian berangsur naik walau sedikit, lalu dua hari terakhir terjadi peningkatan sehingga totalnya mencapai 1.985 kasus, dan kemarin 1.907 kasus," ujarnya.

"Ini tentu saja bisa kita pahami bahwa kita masih pandemi sehingga fluktasi angka-angka ini bisa naik dan turun dan harus menjadi perhatian bersama untuk waspada," kata Syahril.

3 dari 3 halaman

Kasus Subvarian Omicron Banyak yang Belum Booster

Masih dari paparannya, diketahui bahwa hampir semua kasus Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah divaksinasi tapi ada 50 persen yang belum mendapatkan vaksinasi dosis ketiga atau booster.

Dari 143 kasus tersebut memang ada lima kasus belum mendapatkan vaksinasi karena masuk kategori anak-anak.

Di tengah penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Syahril menegaskan bahwa upaya membendung agar kasus COVID-19 tidak naik signifikan dan hospitalisasi terjaga. Angka kematian juga diharapkan tidak melonjak.

"Kita memang harus fokus, bagaimana membendung agar kasus itu bisa kita kendalikan dan juga bagaimana tingkat hospitalisasi atau orang yang dirawat di rumah sakit tetap dalam kondisi di bawah lima persen atau bahkan mungkin turun lagi ya," kata Syharil dalam dialog Optimalisasi 3T: Upaya Bendung Gelombang Baru pada Kamis, 23 Juni 2022.

"Angka kematian juga diharapkan tidak naik tinggi, hari ini saja kita ada dua kasus yang meninggal.  Saya kira bagaimana hospitalisasi bisa kita jaga nih. Walaupun nanti ada kasus meningkat, kita akan tepat memberikan suatu kewaspadaan pertama pada risiko tinggi, seperti usia lanjut, komorbid. Ya itu harus kita perhatikan," ujarnya.