Sukses

Teman Berduka, Ini Saran Psikiater Kala Mengirim Ucapan Dukacita

Hindari kata-kata berikut kala melayat atau mengirimkan ucapan dukacita.

Liputan6.com, Jakarta Saat keluarga atau teman tengah berdukacita karena kehilangan sosok yang ia cintai untuk selama-lamanya, kita bisa melayat atau mengirimkan pesan belasungkawa. Bagi sebagian orang ini adalah situasi yang tidak mudah. Rasa-rasanya ingin menemani tapi tidak tahu harus mengatakan apa kala teman atau keluarga berduka.

Psikiater Zulvia Oktanida Syarif mengatakan saat melayat atau mengirimkan pesan kepada orang tersebut bisa dengan memberikan ucapan belasungkawa dan turut berdukacita, serta doa bagi almarhum dan keluarga yang ditinggalkan.

Zulvia menyarankan untuk menghindari kata-kata berikut kala melayat atau mengirimkan ucapan duka cita:

- "Sudah takdir"

- "Pasti ada hikmahnya"

- "Sabar ya"

- "Ini yang terbaik"

Jika memang tidak bisa berbicara banyak, tidak perlu banyak bicara. Terkadang dalam situasi seperti ini diam adalah emas.

"Kadang diam lebih baik daripada berkata-kata yang mungkin belum tentu membantu orang yang berduka," kata wanita yang berpraktik di RS Pondok Indah Pondok Indah ini lewat pesan teks ke Liputan6.com.

Zulvia juga menjelaskan ketika orang berduka karena ditinggal untuk selama-lamanya orang yang dekat atau ia kasihi, masa berduka bisa berlangsung cepat maupun lama.

"Tidak ada periode waktu berduka yang wajar atau normal. Ada yang melewati proses berduka dengan cepat, ada yang butuh bertahun-tahun," katanya.

2 dari 4 halaman

Jadi Pendengar yang Baik

Sebagai sahabat atau keluarga dari orang tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan selain memberi ucapan dukacita. Zulvia menyarankan untuk menjadi pendengar yang baik. Jangan juga bertanya tentang kejadian (bagaimana proses sakit, proses meninggalnya).

"Yang terpenting adalah mendampingi, cari tahu kebutuhannya apa, apa hal yang perlu dibantu," kata Zulvia.

Bisa dengan menyiapkan makanan, membantu mengurus anak, mengurus hal pemakaman, dan lainnya.

"Usahakan ia tidak sendiri, temani."

3 dari 4 halaman

Lama Waktu Berduka

Zulvia menekankan bukan kepada waktu atau lama berduka tapi apakah seseorang yang ditinggalkan bisa kembali menjalani kehidupan atau tidak.

"Tolok ukurnya bukan waktu, tapi apakah fungsi kehidupan sehari-hari dapat terlaksana dengan baik atau tidak, misal makan, tidur, higienitas diri, dan aktivitas lainnya," jelas Zulvia.

Bila proses berduka sampai mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mau makan, tidak bisa tidur, dan tidak mandi. Lalu, menangis sepanjang hari, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, menarik diri. Kemudian tidak mau beraktivitas atau bahkan mulai ada pikiran untuk membahayakan diri sebaiknya segera berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.

"Apabila hal ini berlangsung 2 minggu berturut-turut, sebaiknya konsultasi dengan psikiatri,"

4 dari 4 halaman

Harus ke Psikiater Bila...

Zulvia menekankan bukan kepada waktu atau lama berduka tapi apakah seseorang yang ditinggalkan bisa kembali menjalani kehidupan atau tidak.

"Tolok ukurnya bukan waktu, tapi apakah fungsi kehidupan sehari-hari dapat terlaksana dengan baik atau tidak, misal makan, tidur, higienitas diri, dan aktivitas lainnya," jelas Zulvia.

Bila proses berduka sampai mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mau makan, tidak bisa tidur, dan tidak mandi. Lalu, menangis sepanjang hari, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, menarik diri. Kemudian tidak mau beraktivitas atau bahkan mulai ada pikiran untuk membahayakan diri sebaiknya segera berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.

"Apabila hal ini berlangsung 2 minggu berturut-turut, sebaiknya konsultasi dengan psikiatri," saran Zulvia.

Video Terkini