Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan tabir surya penting ketika Anda akan menghabiskan waktu di luar. Selama pandemi ini, Anda mungkin jadi jarang memakai tabir surya (sunscreen) atau malah Anda lupa meletakkannya. Saat mau dipakai, Anda melihat kalau tabir surya ini sudah kedaluwarsa. Apa masih bisa dipakai?
Food & Drug Administration (FDA) sebenarnya menganggap tabir surya sebagai obat yang dijual bebas, dan karenanya memerlukan tanggal kedaluwarsa. Tabir surya ini juga tidak seperti produk skincare lainnya, di mana tanggal kedaluwarsa bisa terlihat seperti saran.
Baca Juga
Sunscreen ini bentuknya lebih seperti susu karena itu tanggal kedaluwarsa benar-benar penting. “Tidak disarankan untuk menggunakan tabir surya yang telah kedaluwarsa,” kata Dr. Marisa Garshick, dokter kulit bersertifikat seperti dikutip dari Romper.
Advertisement
Menurutnya, jika seseorang benar-benar menggunakan sunscreen sesuai anjuran dan retouch atau mengoleskannya kembali, kecil kemungkinan tabir surya banyak yang tersisa hingga kedaluwarsa.
Bagaimana jika tetap menggunakan tabir surya yang kedaluwarsa? Garshick mengatakan jika seseorang tetap menggunakan tabir surya kedaluwarsa, kemungkinan orang tersebut akan lebih mudah terbakar karena bahan kimia aktif yang melindungi dari sinar matahari rusak seiring waktu.
Ia bilang, tabir surya yang sudah kedaluwarsa tidak mungkin menawarkan perlindungan yang sama seperti pada label. Dan mungkin saja sudah tidak lagi efektif.
"Ini dapat meningkatkan kemungkinan terkena sengatan matahari atau kerusakan akibat sinar matahari," ujar Garshick.
Simpan pada Suhu Kamar
Selain itu, ia menambahkan bahwa bahan aktif dapat terdegradasi dan kemungkinan besar berkontribusi pada iritasi atau sensitivitas kulit. Namun jika Anda sudah memakainya dan baru menyadari bahwa tabir surya itu kedaluwrsa, segera cuci bersih. Lalu buang botolnya dan beli tabir surya yang baru agar lebih efektif.
"Tidak banyak yang dapat Anda lakukan setelah kejadian itu kecuali meredakan luka bakar dengan lidah buaya dan menghindari sinar matahari," kata Garshick.
Sementara itu, Angie Seelal, Asisten Dokter di Advanced Dermatology PC., mengatakan bahwa untuk mempertahankan umur simpan yang optimal, simpan tabir surya pada suhu kamar dan jauhkan dari panas dan matahari secara langsung jika bepergian.
Tanda-tanda bahwa tabir surya telah rusak termasuk perubahan warna, konsistensi, atau bau. Tetapi jika tidak ada tanda-tanda yang terlihat, dan Anda tidak yakin, lebih baik membuangnya. Sama seperti makanan atau obat kadaluwarsa, itu tidak layak untuk dikonsumsi.
Advertisement
Sunscreen Lindungi Kulit dari Sinar Matahari dan Sinar Biru Gawai
Pada masa pandemi, banyak individu bekerja dari rumah. Namun, penggunaan sunscreen tetap disarankan. Paparan sinar matahari dan sinar biru dari gawai yang terbukti punya efek negatif bagi kulit.
Kerusakan bisa terjadi berdasarkan panjang gelombang ultraviolet yang dibagi menjadi tiga yaitu UV A, UV B, dan UV C. Hal itu juga bisa terjadi pada Anda yang mendesain meja kerja di rumah dekat dengan jendela.
Sinar UV A bisa menembus hingga lapisan dalam kulit (dermis) yang ternyata dapat memicu percepatan penuaan. "Sekitar 95 persen dari sinar matahari itu mengandung UV A yang bisa menembus atmosfer, awan, jendela, hingga masuk ke lapisan dermis kulit," terang dr. Farrah Erman dari Team Medical Regenesis, beberapa waktu lalu.
Kesimpulannya, penggunaan sunscreen atau tabir surya tetap dibutuhkan meski menjalani WFH dan lebih banyak beraktivitas di dalam rumah. Dokter Farrah menyarankan, minimal memakai sunscreen dengan kandungan SPF 30 yang bisa memproteksi 95 persen paparan sinar matahari.
Sementara tabir surya dengan kadar SPF 50 mampu memproteksi hingga 98 persen. "Yang terpenting, menggunakan sunscreen dengan proteksi luas untuk UVA dan UVB, dan nilai SPF yang tinggi. Lalu, pakailah sunscreen dalam jumlah yang cukup, jangan terlalu sedikit," ungkapnya.
Takaran Pakai
Takaran pemakaian sunscreen yang benar sebanyak 1-2 sendok teh untuk area wajah dan leher. Takaran serupa juga disarankan untuk area tubuh.
Namun untuk lebih mudah, Farrah menyarankan, menakar sunscreen dengan dua ruas jari tangan untuk setiap pemakaian di wajah dan leher. Takaran yang sama juga berlaku untuk setiap pemakaian di bagian tubuh lain, seperti setiap satu lengan, paha, dan betis.
Ia menyarankan agar sunscreen sebaiknya tidak hanya dipakai sekali dalam sehari. Oleskan kembali kalau saat beraktivitas Anda terlalu banyak berkeringat atau terkena air.
Selain sinar matahari, sinar biru dari gawai juga bisa jadi pemicu penuaan dini. Untuk mencegahnya, bukan hanya dengan sunscreen tapi juga dengan menggunakan antioksidan.
Produk sunscreen yang terbuat dari tumbuhan paku juga bisa digunakan. Manfaatnya untuk mencegah kerusakan DNA dalam kulit. Menurut Farrah, kandungan itu yang melindungi kulit dari paparan sinar biru dari gawai.
Advertisement