Liputan6.com, Jakarta Indonesia kini kembali dihadapkan oleh wabah penyakit mulut dan kuku (PMK)sejak terbebas dari tahun 1986. Ratusan ribu hewan ternak diketahui sedang terinfeksi PMK, termasuk sapi.
Pertanyaan terkait keamanan makanan serta minuman terutama yang dihasilkan dari sapi akhirnya mulai dipertanyakan oleh masyarakat. Tak sedikit yang merasa khawatir dan takut akan tertular.
Baca Juga
Apalagi pada 10 Juni mendatang, umat Muslim akan merayakan Idul Adha dengan sapi termasuk dalam salah satu hewan kurban.Â
Advertisement
Berkaitan dengan hal tersebut, dokter hewan sekaligus dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) Institut Pertanian Bogor (IPB), Denny Widaya Lukman mengungkapkan bahwa PMK bukanlah masalah kesehatan masyarakat dan bukan masalah keamanan pangan.
"Artinya apa? Masyarakat terutama konsumen daging, yang bukan peternak itu tidak perlu panik. Tidak perlu khawatir. Apalagi selama konsumen itu memakan makanan yang matang," ujar Denny dalam IPB Podcast bertema Mengenal Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan Ternak ditulis Kamis, (30/6/2022).
Menurut Denny, konsumen di Indonesia pun terbiasa untuk makan daging sapi yang matang. Biasanya daging sapi juga seringkali dimasak hingga lebih dari 30 menit.
"Kalau misalnya di sate, apakah aman? Sate juga aman, karena selain dagingnya relatif kecil, kemudian pemanasan di dalam dagingnya itu melebihi suhu 75 derajat Celsius. Jadi tidak ada masalah, aman," kata Denny.
Kondisi Daging dari Sapi yang Terinfeksi PMK
Seperti diketahui, sulit untuk mengetahui kondisi daging sapi yang hendak Anda konsumsi telah aman dari PMK atau tidak. Namun menurut Denny, daging sebenarnya akan tetap aman dikonsumsi.
"Daging itu aman dikonsumsi manusia. Tetapi kalau misalnya berasal dari hewan yang sakit, ada kemungkinan daging itu tercemar oleh virus-virus yang ada di jeroan ataupun kelenjar pertahanan," Denny menjelaskan.
"Nah kalau ini dimakan dan termakan oleh hewan-hewan yang rentan seperti sapi, kerbau, kambing, domba, bahkan babi maka hewan-hewan yang rentan tersebut akan terkena," tambahnya.
Sehingga menurut Denny, cara pencegahannya dapat dilakukan lewat tempat pemotongan daging itu sendiri yang mana sebaiknya dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).
"Karena di RPH itu diawasi oleh dokter hewan atau para medik. Sehingga hewan yang dipotong itu benar-benar hewan yang sehat. Selama pemotongan itu dilakukan secara bersih, sehat, dan hanya daging dengan bagian potongan yang sehat itulah yang boleh beredar ataupun dijual," kata Denny. Â
Advertisement
Bagaimana dengan Produk Olahan Sapi?
Lebih lanjut Denny menjelaskan bahwa virus PMK sebenarnya sangat mudah untuk dimatikan. Sehingga dalam produk olahan seperti sosis atau susu sapi, virus PMK seharusnya sudah tidak hidup.
Hal tersebut lantaran produk olahan tersebut biasanya telah melewati proses pemanasan dalam waktu yang lama. Dalam suhu di atas 75 derajat, virus PMK dapat dikatakan telah berada dalam mode inactive.
"Virus PMK itu mudah sekali dimatikan atau inaktivasi dengan pemanasan 70 derajat celsius selama 30 menit, itu virus sudah inactive. Kalau makanan itu memiliki pH dibawah enam atau diatas sembilan, maka virus itu juga inactive," ujar Denny.
"Oleh sebab itu produk hewan yang sudah diolah dengan pemanasan seperti misalnya susu pasteurisasi, susu steril, daging kornet, sosis, kemudian burger itu pasti aman. Daging mentah pun kalau dimakan orang aman, tapi tidak aman untuk kuman-kuman yang lain. Kalau kaitannya dengan PMK sudah dibuktikan aman," tambahnya.
Menurut Denny, orang Indonesia juga patut bersyukur karena sudah terbiasa untuk mengonsumsi daging secara matang.
Tidak Punya Kemampuan Menularkan ke Manusia
Dalam kesempatan berbeda, Denny juga kembali mengungkapkan bahwa PMK yang terjadi pada hewan tidak dapat menular ke manusia. Begitupun pada seseorang yang bertugas untuk menyembelih hewan yang ternyata mengidap PMK namun tidak menunjukkan gejala.
"Penyakit ini tidak menular ke orang. Sekali lagi, penyakit ini tidak menular ke orang. Pertanyaannya, 'Pak kalau saya menyembelih kebetulan hewannya sakit apakah saya juga akan tertular?', tidak. Sekali lagi, tidak menular ke orang," ujar Denny dalam webinar Sosialisasi Kurban Dalam Kondisi Wabah Penyakit Mulut dan Kuku.
Hal tersebut dikarenakan dalam kasus PMK, manusia hanya berperan untuk membawa virus PMK dari hewan yang sakit ke hewan yang sehat. Bukan memiliki kemampuan untuk ikut tertular.
"Jadi peran manusia atau perilaku manusia ini sangat penting. Oleh sebab itu kenapa pemerintah menghimbau ataupun melarang lalu lintas hewan dari daerah yang tertular ke daerah yang bebas, karena ini akan membawa virus ke daerah yang bebas," kata Denny.
Advertisement