Liputan6.com, Jakarta - Tipe orang tua yang strict parents (tegas dan cenderung keras) maupun lunak sama-sama bisa menghasilkan anak yang baik. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya.
Strict parents artinya apa? Pemimpin Redaksi Parenting for Brain, Pamela Li, dalam tulisannya menjabarkan alasan para orang tua memilih tipe strict parents. Ada yang baik, tapi tak sedikit pula yang hanya mementingkan diri sendiri.
Baca Juga
Pamela yang menulis mengenai pola pengasuhan berdasarkan pada studi ilmiah peer-review --- yang bahkan telah menjadi rujukan American Psychiatric Association --- mengatakan bahwa beberapa orang tua yang strict atau ketat memiliki harapan yang tinggi.
Advertisement
Para orang tua tipe ini akan mengajari arti dan pentingnya disiplin diri ke anak-anaknya, lalu meminta pertanggungjawab mereka.
Namun, ada pula yang menjadikan diri mereka strict parent karena takut dianggap sebagai orang tua yang tidak kompeten jika anak-anak mereka melakukan kesalahan. Orang tua seperti itu lebih memperhatikan perasaan dan ketidakamanan mereka sendiri daripada kesejahteraan si Kecil.
Kebanyakan orang tua yang ketat membenarkan pilihan gaya pengasuhan mereka. Alasannya, mereka tidak ingin membesarkan anak-anak yang membangkang, dan pola asuh yang lunak sering kali diyakini menyebabkan anak-anak membangkang.
"Jadi mereka beralih ke pola asuh yang ketat," kata Pamela dikutip dari situs Parenting for Brain pada Senin, 4 Juli 2022.
Menurut Pamela, anak strict parents artinya mereka percaya bahwa seseorang hanya bisa menjadi orang tua yang permisif atau orang tua yang tegas. Sentimen mereka biasanya mencakup kombinasi berikut ini.
"Saya tidak membiarkan anak-anak saya berjalan di sekitar saya."
"Saya ingin anak-anak yang berperilaku baik."
"Aku tidak ingin membesarkan anak-anak yang sulit diatur."
"Anak saya membutuhkan saya untuk menjadi orang tua, bukan teman."
"Saya tidak ingin anak-anak saya berakhir di penjara."
Apa Itu Strict Parents?
Dalam psikologi, strict parents didefinisikan sebagai orang tua yang menempatkan standar dan tuntutan tinggi pada anak-anak mereka. Mereka bisa menjadi otoriter atau tidak tergantung pada keyakinan disiplin orang tua dan responsivitas terhadap kebutuhan anak mereka.
Ketika orang tua memasangkan standar tinggi dengan dukungan yang hangat dan responsif kepada anak-anak mereka, kata Pamela, mereka adalah orang tua yang berwibawa.
Meskipun menetapkan standar tinggi, Pamela mengatakan bahwa orang tua yang berwibawa akan menghargai pemikiran mandiri.Â
Mereka mengizinkan anak-anak untuk menantang aturan mereka atau memberikan umpan balik. Pengasuhan otoritatif umumnya menghasilkan hasil terbaik pada anak-anak.
Sayangnya, lanjut Pamela, kebanyakan orang tua yang tegas atau strict parent tidak berwibawa.
Kebanyakan orang tua yang ketat bersikap dingin, tidak responsif, dan tidak mendukung anak-anak mereka. Aturan mereka seringkali terlalu ketat dan sewenang-wenang.
Advertisement
Pola Strict Parents Akan Baik Jika
Menurut Pamela, orangtua yang strict parents dan cenderung otoriter tidak akan mengizinkan anak-anak mereka untuk menyuarakan pendapat mereka atau mempertanyakan keputusan orang tua.
Ibu dan ayah yang mempraktikkan gaya pengasuhan otoriter, akan menghasilkan hasil yang lebih buruk daripada gaya otoritatif.
Sementara gaya pengasuhan yang ketat dan responsif (otoritatif), kata Pamela, akan menghasilkan hasil terbaik pada anak-anak ketimbang gaya pengasuhan yang ketat dan tidak responsif (otoriter).
Untuk poin nomor dua, dampaknya akan menghasilkan hasil yang merugikan termasuk masalah perilaku, harga diri rendah, masalah pengendalian diri, dan masalah kesehatan mental.
Ketika orang berbicara tentang pengasuhan yang ketat, mereka umumnya mengacu pada tipe otoriter.
Dampak Pola Pengasuhan Strict Parents
Pamela lalu menjabarkan tanda-tanda dari orangtua yang tergolong strict parents:
1. Memiliki banyak aturan ketat dan menuntut
2. Menuntut anak mereka untuk mematuhi secara membabi buta harapan mereka
3. Tidak biarkan anak mereka mempertanyakan otoritas orang tua
4. Menghukum berat karena melanggar aturan apa pundingin, tidak responsif terhadap anak-anak mereka
5. Menggunakan kata-kata yang memalukan dan kasar
6. Tidak membiarkan anak mereka berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
7. Memiliki harapan tinggi yang tidak realistis
8. Tidak mentolerir kesalahan
9. Memiliki sikap bahwa mereka selalu benar
Orang tua ini memandang keberhasilan akademis sebagai prioritas dan menilai efektivitas pengasuhan mereka dari kinerja anak-anak mereka di sekolah. Jenis pengasuhan ini dapat menghasilkan prestasi akademik yang tinggi di beberapa budaya seperti di banyak negara Asia.
Namun, terlepas dari keberhasilan akademis yang tampak di beberapa budaya, gaya pengasuhan ini juga mengakibatkan banyak kerusakan pada anak-anak.
Pamela, mengatakan, banyak studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan yang ketat cenderung tidak bahagia dan depresi.
Serta menunjukkan lebih banyak gejala depresi.
Â
Advertisement