Sukses

5 Cara Bantu Orangtua dari Beda Generasi Pahami Kesehatan Mental Lebih Dalam

Beberapa orang mengaku kesulitan untuk berbicara soal kesehatan mental, terutama dengan orangtua dari generasi baby boomers hingga X.

Liputan6.com, Jakarta - Di era saat ini, kesehatan mental jadi salah satu topik yang terus digaungkan oleh beberapa pihak. Alhasil, banyak orang terutama yang masuk dalam kategori generasi milenial mulai memahami apa itu kesehatan mental.

Namun tak dapat dipungkiri, beberapa orang mengaku kesulitan untuk bicara soal kesehatan mental dengan orangtua dari generasi baby boomers hingga X.

Hal tersebut lantaran tak sedikit dari mereka yang menganggap membicarakan soal kesehatan mental, berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, serta melakukan terapi adalah sesuatu yang menyedihkan.

Bahkan, ada pula yang menganggap bahwa mereka yang mencari pertolongan profesional lewat psikolog dan psikiater hanyalah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Survei yang dilakukan oleh NRC Health pun menemukan pembuktian dalam hal satu ini. Lebih dari 50 persen partisipan dari generasi milenial mengaku bahwa mereka masih mungkin untuk meminta bantuan profesional untuk menghadapi masalah kesehatan mental.

Namun, generasi baby boomers kebanyakan berpendapat bahwa mereka tidak mungkin sama sekali untuk pergi meminta bantuan profesional terkait masalah mentalnya.

Padahal kesehatan mental merupakan hal yang begitu luas dan kepentingannya sama dengan kesehatan fisik. Terlebih, siapapun termasuk orangtua dari generasi baby boomers sangat mungkin untuk membutuhkan bantuan profesional dan mengenal lebih dalam lagi soal kesehatan mental.

Meski sulit untuk mengetahui apa-apa saja faktor yang menjembatani kesenjangan dalam tiap generasi soal kesehatan mental, masih ada cara tertentu yang dapat Anda coba untuk membantu orangtua memahami lebih jauh soal kesehatan mental.

Lalu, apa sajakah itu? Mengutip laman Bustle pada Selasa, (5/7/2022), berikut diantaranya.

2 dari 4 halaman

1. Jangan Berekspektasi Terlalu Tinggi

Aturan paling umum saat hendak membicarakan persoalan emosional pada orangtua adalah dengan tidak berekspektasi terlalu tinggi dan berharap mereka dapat langsung mengerti.

"Anda harus 100 persen yakin pada pendirian Anda dan fleksibel saat orangtua tidak setuju dengan itu. Anda harus baik-baik saja dengan mereka yang tidak setuju agar percakapan tersebut tidak hanya berputar soal benar dan salah," ujar psikolog klinis sekaligus pendiri Madison Park Psychological Services, Yasmine Saad.

Terlebih jika Anda belum pernah berbicara soal kesehatan mental sebelumnya dengan orangtua. Maka, mendorong percakapan terlalu keras dan berharap mereka untuk langsung mengerti bukanlah ide yang baik.

"Hampiri mereka dengan pengertian dan cinta. Berusahalah untuk tidak terpicu oleh kritik-kritik tersebut, lihatlah bahwa itu hanyalah cara mereka untuk melindungi anaknya berdasarkan apa yang mereka pahami," kata Yasmine.

2. Sampaikan Alasan yang Jelas

Menurut Yasmine, jika alasan Anda membicarakan kesehatan mental pada orangtua agar mereka dapat mengerti kondisi Anda dan ada kaitannya dengan mereka, maka sampaikanlah itu dengan jelas.

"Bahkan jika Anda merasa mereka perlu memperhatikan kesehatan mentalnya karena telah menimbulkan masalah serius, cobalah juga berbicara dengan bahasa mereka. Misalnya, sehat secara mental punya manfaat untuk fisik, seperti dapat menurunkan hipertensi dan lain-lain," kata Yasmine.

3 dari 4 halaman

3. Gunakan nada suara dan bahasa tubuh yang baik

Menurut terapis pernikahan dan keluarga, Kiaundra Jackson, agar percakapan soal kesehatan mental terbangun dengan baik, maka Anda dan orangtua harus sama-sama berada pada kondisi yang siap.

"Jika orangtua Anda nampak sedang stres atau gelisah karena Anda membicarakan topik ini, maka tahanlah misi tersebut. Mungkin waktunya tidak tepat," kata Kiaundra.

"Kita sering berfokus hanya pada apa yang dikatakan. Namun bagaimana jika mereka tidak mengatakan apa yang sesungguhnya? Jadi perhatikan bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah mereka," tambahnya.  

4. Berikan Afirmasi dan Validasi

Psikolog, Dathan Landon-Freeman mengungkapkan bahwa memberikan afirmasi dan validasi terhadap perasaan dalam kondisi yang sulit seperti saat membicarakan kesehatan mental dapat membantu.

"Ungkapkan saja bahwa sulit bagi Anda untuk membicarakan itu pada mereka dan Anda mengerti bagaimana kondisi tersebut juga sulit bagi mereka. Validasilah jawaban mereka dan ungkapkan manfaat dari mengenal soal kesehatan mental," ujar Dathan.  

4 dari 4 halaman

5. Berbicaralah dengan Kepekaan pada Budaya dan Nilai

Penting untuk memulai percakapan antar generasi dengan memperhatikan budaya dan nilai yang dianut dari masing-masing pihak. Hal tersebut lantaran banyak orangtua yang tumbuh pada masa kesehatan mental masih distigmatisasi.

"Kesenjangan generasi dan budaya memang ada dan tidak semua orang setuju untuk memprioritaskan kesehatan mental. Hal tersebut karena terkadang orangtua melihatnya sebagai kelemahan atau membuka luka lama yang tidak perlu," ujar Dathan.

Yasmine menambahkan, bagi banyak generasi baby boomers, masalah kesehatan seringkali tidak diselesaikan. Sehingga efek-efek dari masalah tersebut pun juga kerap tidak disadari oleh mereka.

"Generasi yang lebih tua yang mengalami kesulitan menjaga kesehatan mental mereka, itu tertanam dalam keyakinan dan keyakinan tersebut telah mereka percayai. Sehingga menakutkan bagi mereka untuk terbuka soal kesehatan mental," kata Yasmine.

Sehingga menurutnya, memahami orangtua Anda yang tidak terbuka untuk menangani kesehatan mental merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan.

Hal tersebut pun dapat Anda pahami agar tidak memaksakan mereka untuk segera mengerti tentang hal tersebut.