Sukses

Rentan Tertelan, Dokter Imbau Hijaber Tak Letakkan Jarum Pentul di Mulut

Pada 5 Juli 2022 dokter paru dari Divisi Pulmonologi Paru dan Gawat Darurat Napas RSUP Persahabatan Mohamad Fahmi menangani kasus pasien yang tak sengaja menelan jarum pentul.

Liputan6.com, Jakarta Pada 5 Juli 2022 dokter paru dari Divisi Pulmonologi Paru dan Gawat Darurat Napas RSUP Persahabatan Mohamad Fahmi menangani kasus pasien yang tak sengaja menelan jarum pentul.

Menurutnya, kasus seperti ini bukan kali pertama terjadi. Umumnya, kejadian ini menimpa para pengguna hijab (hijaber) baik para pekerja maupun pelajar putri.

“Ini sering terjadi pada saudari kita yang sudah bekerja maupun para pelajar putri pengguna hijab. Mereka menggigit jarum di mulut kemudian ada temannya menyapa atau mengagetkan sehingga jarum tertelan hingga masuk ke saluran napas,” ujar Fahmi dalam konferensi pers RSUP Kamis (7/7/2022).

Mengingat kasus serupa bukan hanya sekali atau dua kali terjadi, ia pun mengimbau pengguna hijab untuk tidak meletakkan jarum di mulut saat hendak merapikan kerudung.

“Imbauannya tentu saja kita berharap teman-teman para hijabers tolong kalau sedang pakai hijab jarum pentulnya disimpan di meja saja, jangan ditaruh di mulut ini bahaya sekali.”

“Kasus ini (tersedak jarum pentul) sering terjadi. Selain jarum, benda-benda lain seperti tutup pulpen juga ada kasusnya. Jadi untuk ade-ade di sekolah jangan biasakan gigit-gigit pulpen. Kami mengimbau apapun benda yang tidak sepatutnya masuk ke mulut tolong jangan dimasukkan.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Mudah Masuk Sulit Keluar

Fahmi mengingatkan bahwa benda asing yang tajam seperti jarum pentul cenderung mudah masuk tapi sulit dikeluarkan.

Jarum pentul bisa masuk ke saluran napas dengan mudah lantaran ada kepala jarum yang bulat terbuat dari plastik. Jika terkena ludah, bagian tersebut akan menjadi licin dan bisa meluncur hingga saluran napas bawah.

“Tapi tidak bisa keluar sendiri, karena itu jarum yang tajam. Ketika ada benda asing masuk saluran napas maka akan ada rangsangan batuk, nah begitu dia batuk tentu saja ujung jarum yang tajam itu melukai saluran napas.”

Luka tersebut dapat membuat pasien batuk dengan mengeluarkan bercak darah.

Pada pasien yang ditangani RSUP Persahabatan pada 5 Juli, jarum pentul juga tertelan saat ia hendak merapikan hijab. Perempuan usia 19 tersebut menggigit jarum di mulut dan tanpa sengaja jarum itu masuk hingga ke saluran napas. Jika sudah demikian, maka diperlukan bantuan dari dokter ahli untuk mengeluarkannya.

3 dari 4 halaman

Ditangani dengan Cepat

Beruntung kasus tersebut cepat ditangani. Menurut Fahmi, pasien ini termasuk pasien yang cepat tanggap karena usianya sudah cukup dewasa. Jadi begitu tersedak, ia langsung ke rumah sakit setempat dan kemudian dirujuk ke RSUP Persahabatan.

“Kalau yang agak repot itu yang pasiennya lebih kecil, misalnya anak SD. Mereka kalau sudah tersedak biasanya takut untuk mengakui.”

Fahmi sempat menangani kasus anak yang tersedak jarum tapi baru ditangani 2 bulan setelahnya. Hal ini dikarenakan si anak tidak berani melapor.

“Anak itu tinggal di pondok pesantren putri dan ia takut untuk mengaku sehingga didiamkan saja. Setelah dua bulan, baru terjadi komplikasi, baru batuk dengan bercak darah. Lalu, dibawa ke dokter setempat dan disangka TBC.”

Saat dilakukan tindakan foto rontgen, tampak ada jarum di saluran napas. Setelah itu, baru lah anak tersebut mengaku bahwa ia sempat menelan jarum tanpa sengaja. Beruntung jarum tersebut akhirnya bisa dikeluarkan tanpa pembedahan.

4 dari 4 halaman

Ditangani Tanpa Pembedahan

Tindakan tanpa pembedahan juga dilakukan pada pasien perempuan usia 19 tadi. Sesampainya di RSUP Persahabatan, pasien diberi tindakan oleh tim medis. Tindakan ini menggunakan teropong atau Bronkoskopi dalam waktu yang relatif cepat.

Tindakan dilakukan dengan evaluasi setiap cabang bronkus untuk menemukan lokasi jarum. Ada kamera kecil yang dimasukkan ke saluran napas pasien sehingga dokter bisa melihat kondisi saluran napas pasien melalui layar monitor.

Jarum ditemukan di lobus bawah kiri dengan posisi ujung tajamnya mengarah ke atas. Setelah lokasi jarum ditemukan, maka pengangkatan jarum tersebut bisa dilakukan. Tindakan ini memakan waktu lebih kurang 20 menit.

Pasien diberi tindakan sekitar pukul 11.00 dan pemulihan kondisi serta pasca anestesinya sekitar pukul 13.00.

“Karena kita yakinkan pada waktu tindakan itu tidak ada komplikasi, setelah kita observasi 2-3 jam di ruang istirahatnya dan tidak ada masalah, pasien pas sorenya langsung kita pulangkan.”

“Sebelum konferensi ini, kami telepon lagi (pasien) dan menanyakan apa ada keluhan, ternyata Alhamdulillah tidak ada,” tutup Fahmi.