Sukses

Waspada COVID-19 RI Ngamuk, Vaksinasi Booster Sekarang Sangat Penting

Vaksinasi booster sekarang sangat penting demi kewaspadaan terhadap kenaikan kasus COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Demi kewaspadaan terhadap kenaikan kasus COVID-19 nasional yang masih terjadi, masyarakat diingatkan pentingnya menyegerakan vaksinasi booster. Terlebih, dalam beberapa hari ini, angka harian COVID-19 menembus di atas 3.000 kasus, tepatnya 3.822 kasus pada 13 Juli dan 3.584 kasus pada 14 Juli 2022.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, kewaspadaan kenaikan kasus COVID-19 juga perlu diperhatikan dengan adanya penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang mendominasi.

"Kita tetap harus waspada. Terkait apakah subvarian dapat menyebabkan lonjakan kasus kembali, sebaiknya kita menelaah pengalaman atau fakta yang terjadi di Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya," kata Reisa di Kantor Presiden Jakarta, ditulis Kamis (14/7/2022).

"Secara historis, kenaikan kasus di Indonesia selalu terjadi bersamaan dengan munculnya varian baru, termasuk Variant of Concern (VoC) seperti varian Delta pasca Idul Fitri tahun lalu serta varian Omicron pasca libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang lalu."

Dari pengalaman menghadapi gelombang COVID-19 sebelumnya, Reisa mengimbau masyarakat mempersiapkan diri dengan tingkatkan kewaspadaan. Vaksinasi booster dinilai sangat penting untuk menghadapi subvarian baru virus Corona.

"Dengan mempelajari sejarah dan fakta yang ada, maka kita harus meningkatkan kembali kewaspadaan dan persiapan diri dengan baik, termasuk dengan melakukan booster atau suntikan ketiga vaksin COVID-19. Booster menjadi hal utama yang kini sangatlah penting, terutama dengan adanya subvariabel baru ini," ucapnya.

"Dengan tingginya imunitas atau kekebalan dalam tubuh kita dan masyarakat, maka diharapkan tidak terjadi lonjakan kasus yang tinggi kembali dan angka kesakitan serta kefatalan dapat menurun."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

COVID-19 Naik karena Varian Baru

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 baru ini memang menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara di dunia. Namun, sejauh ini gejala yang ditimbulkan sampai kebutuhan perawatan di rumah sakit jauh lebih rendah.

"Diketahui jumlah kematian adalah sepersepuluh dibandingkan varian Omicron awal," Reisa Broto Asmoro melanjutkan.

Melihat pengalaman dan perkembangan kasus di dunia, kenaikan jumlah kasus positif dan kasus aktif biasanya terjadi dari 2 - 4 minggu pasca diidentifikasi varian baru yang muncul. Di Indonesia, gelombang COVID-19 sebelumnya terjadi kenaikan kasus setelah 20 hingga 35 hari pasca Hari Raya.

"Kemudian, kasus puncak terjadinya pada hari ke-43 hingga ke-65 setelah Hari Raya. Oleh karena itu, kita tidak boleh lengah, tetap harus waspada terutama dengan adanya subvarian baru ini (BA.4 dan BA.5) yang dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai Variant of Concern telah ada di sekitar kita," pesan Reisa.

"Persiapkan diri dengan baik seperti apa yang telah kita pelajari dan biasa lakukan selama lebih dari dua tahun belakangan ini. Kita harus benar-benar bisa menilai risiko dan disiplin menjalankan gaya hidup bersih dan sehat. Adaptasi Kebiasaan Baru yang kita telah jalankan sehari-hari akan membantu membawa negara ini ke dalam status kesehatan yang baik dan terkendali."

3 dari 4 halaman

Level PPKM RI Masih Aman

Penilaian apakah kasus COVID-19 terkendali, Reisa Broto Asmoro menjelaskan, hal itu berdasarkan beberapa hal penting yang harus diukur. Indikator ini mengikuti standar dari WHO.

"Salah satunya adalah penilaian transmisi komunitas atau penularan dalam masyarakat. Untuk Level 1, apabila terdapat kurang dari 20 kasus per 100.000 penduduk per minggunya," jelasnya.

"Kemudian untuk rawat inap, kurang dari 5 kasus per 100.000 penduduk per minggunya dan untuk kematian kurang dari 1 per 100.000 penduduk per minggunya."

Dalam diskusi bersama wartawan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengabarkan, Indonesia masih berada pada level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) versi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Indikator level 1 PPKM di Indonesia, 20 per 100.000 penduduk, level 2 di angka 50 per 100.000 penduduk, dan level 3 di angka 150 per 100.000 penduduk.

Apabila dihitung versi WHO yakni 7.800 kasus per hari. Sementara, kasus baru per hari di Indonesia di bawah angka tersebut, maka Indonesia berada di level 1 PPKM versi WHO. 

“Ini saya kasih ilustrasi saja, kalau kita di atas 7.800, baru loncat ke PPKM Level 2 definisinya WHO. Kita masih di Level 1 PPKM WHO. Syukur-syukur kalau kita kasusnya di bawah 7.800, jadi masih di Level 1 PPKM versi WHO,” papar Budi Gunadi di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta, Rabu (29/6/2022).

4 dari 4 halaman

Tingkatkan Kekebalan dengan Booster

Reisa Broto Asmoro kembali menekankan, untuk menghadapi kenaikan kasus COVID-19 yang belakangan ini terjadi dan ke depannya, vaksinasi perlu digenjot bersama. Dari data Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan per 14 Juli 2022 pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi booster di angka 25,24 persen.

Sementara itu, cakupan vaksinasi dosis pertama di angka 96,93 persen dan dosis kedua di angka 81,38 persen.

"Saat ini perlu segera ditingkatkan (vaksinasi booster). Ingat, kita tidak bisa hanya sehat sendirian, sehat itu untuk semua. No one is safe until everyone safe (tidak ada seorangpun yang aman sampai semuanya aman)," terang Reisa.

"Mari tingkatkan kembali daya tahan tubuh kita yakni antibodi yang didapatkan melalui booster. Perlu dipahami bersama, bahwa imunitas atau kekebalan dari vaksin tersebut, tidak selamanya tinggi. Karena setelah beberapa bulan kadar atau jumlah antibodi akan menurun, sehingga perlu disuntikan booster agar meningkat kembali dan memberikan proteksi yang optimal."

Masyarakat juga diminta bekerja sama meningkatkan capaian vaksinasi. Upaya ini demi menghadapi COVID-19 yang masih berlangsung.

"Mari saling bekerja sama, kita bergotong-royong kembali untuk meningkatkan capaian vaksinasi sebagai ikhtiar kita dalam menghadapi COVID-19 terutama dengan adanya subvarian yang baru ini," pesan Reisa.