Sukses

Gili Tramena Lombok Dipilih Jadi Lokasi Penelitian PIRN XX, Ini Alasannya

Pekan Pemuda Inovasi dan Riset Nasional (PIRN XX) digelar di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Liputan6.com, Jakarta Pekan Pemuda Inovasi dan Riset Nasional (PIRN XX) digelar di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Lokus penelitiannya sendiri dilakukan di tiga Gili yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air ketiga gili itu sering juga diakronimkan dan disebut Gili Tramena. Terkait pemilihan lokasi ini, Koordinator Bidang Pembinaan Kader Talenta Riset dan Inovasi Yutainten menjelaskan alasannya.

Menurutnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah bekerja sama dengan pemerintah daerah NTB untuk membangun Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA).

“Jadi kami berusaha untuk me-matching-kan program-program yang ada di BRIN Pusat dengan teman-teman dari BRIDA (NTB). Dari situ akhirnya terlihat nih kita matching dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusianya,” ujar Yuta kepada Health Liputan6.com, Rabu (13/7/2022) saat ditemui di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat.

“Setelah itu kami berdiskusi lalu akhirnya melakukan audiensi dengan Pak Gubernur. Saat itu Pak Gub bilang ‘Oh ini menarik, perlu kita manfaatkan’ karena kan dasar penelitian PIRN itu potensi daerah ya.”

Saat pandemi COVID-19, tiga lokasi di Gili kondisinya memang 'mati'. Jika hal ini bisa diteliti, dikaji, atau bisa mendatangkan potensi dan keuntungan dengan mendatangkan peserta dari seluruh Indonesia, itu bisa memajukan kembali industri pariwisata di Lombok.

“Akhirnya dipilih Lombok dan Lombok bersedia menjadi tuan rumah.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Prinsip Pekan PIRN XX

Yuta menambahkan, prinsip pekan PIRN XX ini adalah mengkaji potensi masalah sumber daya alam dan sosial di Lombok.

“Lokus penelitiannya ada di tiga Gili jadi yang akan diangkat adalah potensi dan masalah di tiga Gili itu.”

Penelitian yang dilakukan pun beragam, mulai tentang kualitas air, gerakan komunitas seperti konservasi lingkungan termasuk pengendalian sampah, pemanfaatan danau dan potensi listriknya.

“Banyak sekali topiknya tapi terkait dua bidang (bidang alam dan sosial). Bagaimana bahasa lokal akhirnya berakulturasi atau dilestarikan di daerah-daerah tersebut, bagaimana perkawinan campuran yang mungkin terjadi di daerah wisata atau akulturasi budaya yang sangat bervariasi di tiga lokus tersebut.”

“Itu semua Lombok, 31 penelitian semuanya Lombok karena lokusnya di Lombok.”

Lebih umum, Yuta mengatakan bahwa pekan PIRN XX pada prinsipnya merupakan pengenalan riset bagi para pelajar dan guru. Mulai dari pemberian materi di kelas, penelitian ke lapangan, proses analisa data, laporan dan presentasi ilmiah.

3 dari 4 halaman

Buah Pemikiran Peserta

Dalam kesempatan yang sama, instruktur peneliti dari BRIN Dede Heri Yuli Yanto menjelaskan bahwa berbagai judul penelitian merupakan buah pemikiran dari para peserta sendiri.

"Ide penelitian pertama harus dari siswa tapi sebelumnya kita memberi visualisasi Gili Trawangan dan Gili Meno, lalu kita arahkan peserta mencari informasi," kata Dede kepada Health Liputan6.com.

"Mereka cari permasalahannya, tim BRIN sudah survei duluan, mengidentifikasi beberapa potensi permasalahan yang bisa dicari solusinya. Jadi memang kita memberikan informasi awal tapi untuk memilih permasalahannya mereka sendiri yang tentukan."

Dede terkesan lantaran dari beberapa ide yang diajukan ada ide-ide unik di luar ekspektasi. Misalnya, terkait kandungan tanin pada tumbuhan mangrove.

"Air laut itu lama-lama mengekstrak bahan kimia salah satunya tanin dan bagaimana pengaruhnya terhadap ekosistem. Itu sama sekali tidak kita arahkan, unik sih sebenarnya."

4 dari 4 halaman

Peserta PIRN XX

PIRN XX diikuti oleh 409 peserta yang terdiri dari 102 guru, 207 siswa dari 28 provinsi di Indonesia, serta 100 mahasiswa dari Provinsi NTB.

Para peserta dibagi dalam 5 kelas, satu kelas terdiri dari 6 kelompok. Guru dikelompokkan dengan guru lagi dan siswa dengan siswa lagi. Namun, dalam satu kelompok siswa bisa terdiri dari campuran siswa SMP dan SMA.

Menurut penuturan Dede, sejauh ini tak ada kendala yang berarti selama pelaksanaan acara.

"Paling kemarin sempat ada siswa yang capek karena perjalanan jauh, alergi juga, tapi alhamdulillah aman."

"Kendala paling berarti sebenarnya karena banyaknya peserta. Jadi kita harus membagi-bagi," tambahnya.

Di sisi lain, pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan keterbatasan waktu.

"Memang peserta kan baru pertama kali datang saat ambil sampel, idealnya kalau dalam penelitian kita survei awal dulu kemudian dia baru ambil sampel. Tapi karena waktu (terbatas) mereka langsung ambil sampel tanpa survei awal."

"Secara substansi sebenarnya tidak ada kendala yang berarti hanya memang karena waktu, jadwal mereka sebenarnya padat. Jadi hanya tiga jam di sana (Gili Trawangan). Mereka ambil sampel pasir, tanah, air, untuk dibawa ke lab," katanya.

Video Terkini