Sukses

Penyakit Terbanyak Diderita Jemaah Haji Indonesia Selama di Tanah Suci

Batuk pilek yang mendominasi penyakit jemaah haji Indonesia selama di Tanah Suci.

Liputan6.com, Jakarta Batuk pilek yang mendominasi penyakit jemaah haji Indonesia selama di Tanah Suci. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI ada 15.953 orang yang alami batuk pilek.

"Batuk pilek mendominasi. Kami menganjurkan kepada semua jemaah haji agar tetap prokes (protokol kesehatan) dalam sisa-sisa hari di sana. Tetap menggunakan masker untuk mencegah transmisi penyakit dari banyak orang," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana.

Budi mengatakan batuk pilek banyak terjadi di beberapa waktu terakhir ini. Pada awal-awal ibadah haji penyakit yang mendominasi seperti hipertensi dan gagal jantung.

"Terjadi pergeseran penyakit ya. Di awal-awal hipertensi, penyakit jantung. Lalu saat ini, batuk pilek," terangnya.

Analisis Budi, tingginya kasus batuk pilek belakangan karena faktor kelelahan. Aktivitas haji banyak mengandalkan fisik sehingga bisa menimbulkan kelelahan. Saat orang lelah jadi mudah jatuh sakit.

Selain kelelahan, jemaah haji juga banyak merasa dehidrasi karena suhu panas di Arab Saudi. Menurut Budi, Warga Negara Indonesia (WNI) yang tidak terbiasa dengan suhu panas akan lebih mudah merasa dehidrasi.

"Jadi bahwa kelelahan dan dehidrasi menjadi faktor penyebab utama timbulnya penyakit jemaah kita," tutur Budi.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Penyakit Lain

Selain batuk pilek, Budi mengatakan tidak ada penyakit infeksi membahayakan lainnya menimpa jemaah haji di sana.

Selain itu, ada juga beberapa penyakit yang dikeluhkan para jemaah haji selama di Tanah Suci. Seperti penyakit kardiovaskular atau jantung dan diabetes melitus.

"Ini menjadi perhatian kami ya, harus ditangani serius karena banyak jemaah haji yang lukanya lama sembuh."

Selain itu, kasus-kasus psikiatri atau kesehatan jiwa juga dilaporkan terjadi pada jemaah haji Indonesia.

 

3 dari 4 halaman

Kepulangan Jemaah Haji ke Tanah Air

Sekitar 151 ribu jemaah haji Indonesia bakal kembali ke Tanah Air. Kepulangan mereka bakal dilakukan secara bertahap. Jemaah haji gelombang pertama yang terdiri dari enam kloter rencananya tiba di Tanah Air pada Jumat, 15 Juli 2022.

Setibanya di bandara, bakal ada pemeriksaan kesehatan pada jemaah haji. Diantaranya dengan pemeriksaan suhu tubuh dengan thermal scanner dan thermo gun. Lalu, diperiksa juga tanda atau gejala ada tidaknya penyakit menular.

Budi mengatakan bila jemaah haji menunjukkan gejala COVID-19 atau suhu tubuh di atas 37,5 derajat Celsius bakal dilakukan tes konfirmasi dengan tes COVID-19. 

"Sementara bagi jemaah yang sehat dapat langsung ke daerahnya masing-masing," kata Budi.

Sebenarnya, bukan cuma COVID-19 yang diwaspadai. Pemeriksaan kesehatan di bandara terhadap jemaah haji dilakukan juga untuk mendeteksi dini ada tidaknya kasus penyakit menular seperti Mers-Cov, meningitis, polio, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIOC).

 

4 dari 4 halaman

Kesehatan Jemaah Haji Dipantau 21 Hari

Budi mengatakan, setibanya di Tanah Air para jemaah haji yang dalam kondisi sehat bisa pulang ke daerahnya masing-masing.

Lalu, bakal dibekali dengan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH). Selama 21 hari, dinas kesehatan masing-masing daerah bakal memantau kesehatan para jemaah haji.

Bila sakit seperti demam selama masa pemantauan segera ke puskesmas terdekat sambil membawa K3JH.

"Tidak ada karantina tapi yang ada pengawasan kesehatan secara mandiri. Jemaah yang sehat bisa melakukan aktivitas seperti biasa," tutur Budi dalam konferensi pers pada Kamis, 14 Juli 2022.

 

Video Terkini