Sukses

Prokes dan Vaksinasi Booster, Cegah Keparahan Saat Terpapar Virus Corona COVID-19

Vaksinasi booster sekalipun tidak menjamin 100 persen kebal dari COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Bagi masyarakat yang sudah vaksinasi booster, diingatkan bahwa tidak menjamin sepenuhnya kebal dari penularan COVID-19. Vaksinasi booster atau dosis ketiga memberikan perlindungan agar tidak sakit berat tatkala tertular COVID-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan tiga manfaat pemberian vaksin COVID-19 termasuk booster, utamanya mencegah perburukan dan mengurangi jumlah virus Corona. Hal ini membuat virus tidak mudah menularkan kepada orang lain.

"Pada prinsipnya, vaksin memiliki tiga manfaat besar. Yaitu mencegah terinfeksi, mencegah perburukan gejala apabila terinfeksi, dan mengurangi jumlah virus yang ada di dalam tubuh sehingga tidak mudah menularkan," ujar Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, ditulis Jumat (15/7/2022).

"Manfaat vaksin yang dirasakan saat seseorang terinfeksi juga dapat menegaskan, bahwa seseorang yang sudah divaksin lengkap, bahkan booster sekalipun tidak menjamin dapat 100 persen kebal dari COVID-19."

Oleh karena itu, perlindungan setelah vaksinasi COVID-19 adalah disiplin protokol kesehatan dengan tetap memakai masker. Penggunaan masker pun diimbau kini kembali diterapkan baik di dalam maupun luar ruang seiring kenaikan kasus COVID-19 yang sedang terjadi.

"Pada perayaan Hari Raya Idul Adha tanggal 10 Juli kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menegaskan pentingnya memakai masker di manapun berada. Hal ini semata-mata demi melindungi dari penularan virus yang kembali meningkat," jelas Wiku.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Booster demi Keselamatan Bersama

Upaya vaksinasi booster, menurut Wiku Adisasmito juga demi keselamatan bersama. Untuk memperkuat perlindungan optimal, perlu diimbangi dengan disiplin protokol kesehatan agar tidak mudah tertular.

"Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa pentingnya tetap menjalankan protokol kesehatan setelah sudah divaksin booster? Hal ini semata-mata demi keselamatan kita di tengah kondisi penularan virus yang meningkat kembali," imbuhnya.

"Nyatanya, secara data dan fakta menunjukkan bahwa orang yang tidak menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan benar dapat kembali tertular walau sudah divaksin booster."

Pada keterangan pers beberapa waktu lalu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro kembali menekankan, untuk menghadapi kenaikan kasus COVID-19 yang belakangan ini terjadi dan ke depannya, vaksinasi perlu digenjot bersama. 

"Mari tingkatkan kembali daya tahan tubuh kita yakni antibodi yang didapatkan melalui booster. Perlu dipahami bersama, bahwa imunitas atau kekebalan dari vaksin tersebut, tidak selamanya tinggi," katanya di Kantor Presiden Jakarta.

"Karena setelah beberapa bulan kadar atau jumlah antibodi akan menurun, sehingga perlu disuntikan booster agar meningkat kembali dan memberikan proteksi yang optimal."

3 dari 4 halaman

Reinfeksi Pasca Vaksinasi

Demi kesuksesan pelaksanaan vaksinasi, Wiku Adisasmito menyoroti efikasi vaksin COVID-19. Sebagaimana sosialisasi rutin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI setelah adanya pengumuman Emergency Use Authorization (EUA), rata-rata efikasi saat uji klinis tidak pernah mencapai sempurna 100 persen.

"Bahkan untuk vaksin bagi penyakit lain sekalipun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri telah menetapkan persentase angka efikasi ideal bagi vaksin yang layak digunakan ialah 50 persen," pungkasnya.

"Di Indonesia, semua vaksin yang ada, memiliki efikasi di atas angka WHO tersebut, sehingga seluruh vaksin yang ada dijamin efektivitasnya."

Selain itu, ditemukannya reinfeksi pasca divaksinasi atau disebut breakthrough infection dapat terjadi pada semua orang terutama populasi rentan. Seperti orang dengan gangguan imunitas, penderita komorbid, dan lansia.

"Breakthrough infection akan semakin sering terjadi jika jumlah virus di sekitar kita meningkat dan tidak diimbangi kepatuhan protokol kesehatan yang tinggi," tegas Wiku.

4 dari 4 halaman

Vaksin Kurangi Potensi Menularkan Virus

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologi WHO Dr. Katherine O'Brien menerangkan, vaksin COVID-19 mampu melawan COVID-19. Ini adalah vaksin yang sangat efektif. Rata-rata 80 persen Hhasil uji klinis menunjukkan kisaran kemanjuran vaksin di angka 90 persen.

"Tetapi itu tidak berarti bahwa 100 persen orang, 100 persen waktunya akan terlindungi dari COVID-19. Dalam program vaksin apa pun akan jarang, tetap akan ada kasus penyakit di antara orang-orang yang divaksinasi lengkap dan tentu saja di antara beberapa orang yang divaksinasi sebagian," terangnya dalam video WHO berjudul, Can I get infected after vaccination? pada Agustus 2021.

"Ini bukan berarti bahwa vaksin tidak bekerja. Bukan berarti ada yang salah dengan vaksinnya. Artinya, tidak semua orang yang menerima vaksin memiliki perlindungan 100 persen. Apa yang benar-benar ingin kami tekankan kepada orang-orang adalah bahwa sangat penting untuk mendapatkan vaksinasi, karena vaksin ini benar-benar efektif dan memberi Anda peluang yang sangat bagus untuk tidak mengembangkan penyakit."

Vaksin COVID-19 melindungi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, jika seseorang terkena COVID-19, gejala penyakit akan lebih ringan daripada jika tidak divaksinasi. Vaksin juga mengurangi penularan infeksi virus dari satu orang ke orang berikutnya.

"Jika Anda terinfeksi, jumlah virus yang ada di hidung Anda, di bagian belakang tenggorokan yang Anda keluarkan dan berpotensi menularkan ke seseorang lebih sedikit virusnya. Sehingga risiko Anda menularkannya ke orang lain lebih kecil," beber O'Brien.