Sukses

Jadi Konsumen Cerdas, Kenali Tanda-Tanda Skincare Mengandung Merkuri

Produk kosmetik atau skincare dengan kandungan merkuri punya tanda yang sering dilewatkan oleh pengguna.

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang telah memahami bahwa cantik tak melulu harus putih. Namun tak dapat dimungkiri, masih banyak orang yang mendambakan warna kulit tersebut.

Alhasil, tak sedikit produsen produk kosmetik termasuk untuk perawatan kulit (skincare) yang memberikan iming-iming dapat memberikan efek kulit putih dalam sekejap. Bahkan tanpa secara transparan memberi tahu konsumen apa kandungan di dalamnya.

Padahal dengan tidak memberi tahu secara transparan, konsumen seringkali jadi pihak yang dirugikan jikalau ada efek samping dari produk tersebut. Terutama jika produk memiliki kandungan merkuri.

Dokter sesialis kulit dan kelamin, Listya Paramita mengungkapkan bahwa untuk melihat tanda-tanda krim pemutih yang bermerkuri memang agak sulit.

Hal tersebut lantaran terkadang tanda-tanda produk mengandung merkuri tidak selalu spesifik langsung muncul usai penggunaan. Sehingga banyak orang akhirnya tidak menyadari.

"Tanda-tanda penggunaan krim pemutih yang bermerkuri itu agak sulit memang dilihat. Kenapa? Karena tanda-tandanya itu enggak spesifik. Tanda di kulit terutama," ujar Listya dalam acara CosmeTalk Webinar Stop Kosmetik Bermerkuri: Petaka Dibalik Putih dalam Sekejap ditulis Jumat, (15/7/2022).

Tetapi, masih ada beberapa tanda yang bisa dikenali saat menggunakan produk bermerkuri. Listya mengungkapkan bahwa salah satunya diawali dengan kulit kering.

"Rata-rata awalnya mengeluh kalau kulitnya kering, terasa kasar, mengelupas, kemudian ngerasa ada merah-merah di kulit atau kulitnya mungkin menjadi lebih merah," kata Listya.

2 dari 4 halaman

Perubahan pada Kondisi Kulit

Lebih lanjut Listya mengungkapkan bahwa tanda produk bermerkuri juga bisa dilihat lewat adanya perubahan pada kondisi kulit yang terjadi usai penggunaan produk.

"Ada rasa terbakar, ada gatal, panas, kemudian mungkin (jadi) sensitif terhadap matahari. Jadi kena paparan matahari sedikit saja, merah banget. Tapi seringkali tanda-tanda ini diabaikan," ujar Listya.

"Misalnya nih kita dapat krim ini dari penjual, dari seller. Kita ngeluh, kerasa. Terus kita tanya ke penjualnya, wah aku ngerasa gini. Penjualnya pasti ngomong kalau obatnya lagi kerja, obatnya lagi bereaksi. Obatnya lagi bekerja untuk bikin putih kulitnya," tambahnya.

Menurut Listya, tanda skincare merkuri tersebut akhirnya dilewatkan oleh pengguna lantaran mendapatkan argumentasi bahwa efek tersebut hanyalah cara untuk produk tersebut bekerja.

"Jadi selalu di awal-awal kita ngerasa, namun seringkali itu diabaikan. Nah, kemudian lama-kelamaan terjadi kerusakan kulit pasti kan," kata Listya.

3 dari 4 halaman

Efek Samping Merkuri

Listya mengungkapkan bahwa efek samping merkuri pun bisa beragam. Misalnya seperti munculnya kemerahan yang menetap, munculnya hiperpigmentasi, dan warna kulit yang berbeda meski dalam satu sisi.

"Kalau jangka lama sekali, hiperpigmentasi muncul. Lebih cokelat, lebih gelap, fleknya jadi lebih lebar atau mungkin menjadi kulit wajahnya warna-warni," ujar Listya.

"Jadi ada warna kulit aslinya, ada warna yang menggelap, ada warna yang lebih pucat. Itu sering banget terjadi. Jadi dia ada fleknya, ada bintik-bintik, ada putihnya. Itu sering, itu biasanya kalau sudah dipakai jangka lama banget," tambahnya.

Tak berhenti di sana, Listya menjelaskan, efek jangka panjang dari produk merkuri adalah sistemik. Artinya, bisa muncul gangguan atau kerusakan pada organ dalam tubuh lainnya.

"Nah untuk mendeteksinya itu enggak bisa. Kecuali kita memang cek itu krim yang digunakan. Secara fisik kita enggak bisa mendeteksi, kita enggak bisa melihat dari tampilan fisiknya saja," kata Listya.

4 dari 4 halaman

Tanda Awal untuk Mendeteksi

Dalam kesempatan yang sama, Listya menjelaskan ada tanda awal atau tanda fisik yang bisa disadari oleh konsumen terkait produk kosmetik yang digunakan. Tanda ini bisa menjadi salah satu cara untuk mencurigai kandungan merkuri di dalamnya.

"Ada tanda-tanda yang menjurus ke arah sana (merkuri). Meskipun enggak akurat 100 persen ya. Nomor satu adalah skincare yang dipakai itu enggak ada BPOM-nya dan itu dijual bebas," kata Listya.

"Misalnya kita beli di e-commerce, marketplace atau dimanapun, tapi itu polosan. Enggak ada merk, ingredients, expired, manufactured produsennya dimana enggak ada, nah itu sudah tanda-tanda. Terus iklannya bombastis spektakuler," Listya menjelaskan.

Ia menambahkan, biasanya produk yang tidak jelas tersebut juga ditambahkan dengan foto before after (sebelum dan sesudah) penggunaan. Padahal, produk yang bisa memberikan efek putih permanen sangatlah tidak masuk akal.

"Ingat teman-teman, jangan mudah tergiur dengan iklan yang tidak masuk akal. Tujuh hari putih permanen itu gimana caranya gitu lho," pungkasnya.Â